Suami Kedua Untuk Istriku

"Hahaha...kubilang juga apa.. kau akan mengemis juga kan padaku.." oceh Stanley.

" Uuhh..... ssshh...ah.. ah.... aaahhh.. " Reisya menggila , ia sudah tak bisa mengendalikan dirinya lagi saat obat itu begitu mempengaruhi kerja otak dan tubuhnya. Ia hanya bisa  mengeluarkan suara desah nikmatnya saat Stanley menerjang tubuhnya dengan ganas.

Stanley sepertinya memberi dosisnya lebih besar, Reisya bahkan tak bisa berpikir lagi. Logikanya sudah hilang. Ia sudah seperti orang kecanduan seks saja sampai menuruti semua perintah Stanley. Di suruh berlutut, berbaring, miring , nungging bahkan di suruh memohon pun di lakukannya. Obat itu benar benar menghilangkan kesadarannya. Ia benar benar menjadi budak Stanley karena obat laknat itu.

.

.

" Stanley.. pakai kondom.." pinta Reisya saat mereka hendak melakukannya di awal tadi.

" Untuk apa kondom? bule itu saja tak pakai apa apa kenapa aku yang harus pakai? " tolak Stanley.

" Keluarkan di luar , jangan di dalam "

" Jangan mengaturku.. kalau bule itu bisa aku pun juga sama " Stanley sesuka hatinya memperlakukan Reisya. Ia tak mengindahkan sama sekali ucapan Reisya.

Semua ia lakukan hanya untuk kepuasannya sendiri. Yang penting hasratnya tersalurkan dan dendam terbalaskan. Ia puas bisa membalas Reisya dan bule itu. Membuat Reisya bertekuk lutut di kakinya dan menuruti semua kemauannya.  Dan juga membuat Reisya meninggalkan bule itu untuk menghabiskan malam dengannya. Rasanya puas sekali, sekali dayung 2 pulau terlampaui.

.

.

' Hahahaha... Ternyata masih sama.. benar .. wanita itu elastis...Setelah di pakai ia akan kembali ke asal...ini sempit dan menggigit..nikmat sekali..

Tololnya aku membiarkan rasa ini di rasakan oleh orang lain. ..jalan milikku juga di nikmati batang lain...

Setelah semua yang terjadi

Aku sangat membencimu , Reisya

Tapi tubuhmu tetap canduku..

Reisya...Aku rindu tubuhmu..

Tubuhku sangat merindukanmu...

.

.

Stanley memeluk tubuh Reisya , ia tumpahkan semuanya, segala hasrat yang selama ini di pendamnya. Ia memanfaatkan Reisya yang sudah kehilangan kesadarannya karena pengaruh obat itu.

.

.

' Untung saja bule itu sudah mau kembali ke negaranya.. jadi aku tak perlu melihat muka memuakkannya itu lagi...'

.

***********

.

.

Keesokan harinya, Reisya bangun dengan syok. Ia tidur dalam pelukan Stanley. Tubuhnya terasa remuk redam, kepalanya nyut nyutan.

.

.

' Astaga..  semalam aku bercinta dengan Stanley.. Bagaimana ini.. dia tidak memakai kondom dan dia sepertinya juga mengeluarkannya di dalam..

Nanti kalau aku hamil ..bagaimana.. ini anak siapa ..Ya Tuhan...apa yang harus kulakukan...' 

Stanley benar benar gila .. dia bilang dia sudah tidak mau menyentuhku lagi.. tapi kenyataannya benihnya malah bercampur dengan benih Evrard... kalau dia mau menyentuhku, seharusnya dia tak mendorongku dengan Evrard...'

Kalau seperti ini aku harus bagaimana.. '

.

.

       Reisya pelan pelan melepaskan pelukan Stanley, ia lalu segera bangun. Ia tahu , Stanley hanya memperalat dirinya saja untuk melampiaskan nafsunya saja.

Andai saja Stanley benar benar tulus, mungkin ia akan memikirkan ulang  semuanya. Tapi apa , yang di lakukan Stanley justru membuatnya kian muak . Tidak cuma memaksa, Stanley bahkan menjebaknya. Dan lagi lagi dengan obat perangsang.

Reisya kembali ke kamarnya dengan Evrard. Ia melihat Evrard tertidur di sofa. Sepertinya semalam Evrard menunggunya.

" Sayang..." Ucap Evrard langsung terbangun saat mendengar suara pintu di tutup. Ia langsung bangun dan memeluk Reisya.

" Jangan , Evrard.. aku kotor.." Reisya menolak pelukan Evrard karena tubuhnya bekas pergumulan dengan Stanley. Ia tak ingin Evrard mencium aroma bekas keringat dan juga lava muntahan Stanley dari tubuhnya. Ia saja masih syok dengar semua yang di lakukan Stanley.

Evrard tak peduli , ia tetap memeluk Reisya.

" Apa kamu baik baik saja ?" tanya Evrard saat Reisya berada dalam pelukannya. Ia membelai punggung Reisya dan mengusap kepalanya dengan penuh kasih sayang.

Reisya pun tak bisa menahan  lelehan air matanya lagi. Ia pun menangis dalam pelukan Evrard.

.

.

.

.

.

Setelah  Reisya puas menangis,  Evrard menemani Reisya berendam bersama di bath tube . Busa sabun yang melimpah menutupi tubuh keduanya yang saling bersandar di pinggirannya.

" Sepertinya.. kau benar Evrard.. perilaku buruk Stanley itu karakternya. Dia terlalu egois.. hanya memikirkan dirinya sendiri " ucap Reisya pelan.

Evrard tak mengerti apa yang dikatakan Reisya , hanya sebagian yang ia pahami seperti egois dan karakter. Ia bisa menerka kemana arah pembicaraan Stanley.

" Apa ...kamu.. tidak ..bahagia? " tanya Evrard terbata.

" Apa itu penting , Evrard ? " tanya Reisya.

Ia hanya bisa pasrah menjalani pernikahannya karena semua terjadi juga karena obsesinya pada Stanley. Namun ia sadar cintanya salah. Ia memilih orang yang salah, orang yang di pilihnya hanya mengedepankan nafsu dan keegoisannya.

Sama sekali tak memikirkan akibatnya. Pemikirannya benar benar seperti bocah, tak ada dewasanya. Reisya tahu, itu mungkin karena Stanley memang masih terlalu muda, belum siap berumah tangga.

Sama seperti dirinya sendiri , ia dulu juga menghalalkan segala cara agar bisa memiliki Stanley, dan itu benar benar salah. Namun penyesalan tidak akan bisa merubah segalanya. Ia tetap harus menjalaninya.

Evrard yang bingung berkomunikasi dengan Reisya mengajaknya keluar dari kamar mandi. Ia ingin bicara dengan  google translate nya agar tak miss komunikasi dengan Reisya.

' Aku tadi bertanya , apa kau tak  bahagia dalam pernikahanmu dengan Stanley?' tanya Evrard sambil menunjukkan hp nya yang sudah ia beri translate.

' Itu tidak penting , Evrard. Sejak awal pernikahan kami itu salah . Dan ini adalah resiko yang harus ku terima.' jawab Reisya.

' Bagaimana kalau kau ikut aku ke Jerman ?'

" Jerman ? " tanya Reisya.

" Yes " jawab Evrard .

' Berpisahlah dengan Stanley , dan ikut aku ke Jerman. Kita buat keluarga bahagia kita sendiri .. kau dan aku ..' Evrard menunjukkan tulisan isi hatinya di hp pada Reisya.

Ia sungguh tak rela jika harus meninggalkan Reisya dengan Stanley yang selalu bersikap buruk pada Reisya. Meski ia cuma suami sementara , namun ia ingin Reisya bisa bahagia.

' Evrard.. terima kasih atas kepedulianmu.. Tapi kau tahu sendiri , aku sudah menikah dengan Stanley. Dan itu sah secara hukum '

" Tapi .. kamu .. tak ... bahagia " ucap Evrard.

Reisya menitikkan air matanya. Kenapa Evrard begitu peduli padanya , padahal mereka baru saja bertemu. Evrard hanya suami sementara saja , namun kasih sayangnya begitu tulus.

.

.

Andai saja aku bisa memutar waktu Evrard, 

aku tidak akan melakukan itu..Aku tidak akan mau menuruti nafsu Stanley... Aku tidak akan memaksakan dia menjadi milikku.. Aku akan patuh pada orang tuaku..

Dan andai saja kita bertemu lebih cepat, mungkin aku tak akan seperti ini...Sejak bersama Stanley, semuanya kacau.. Sekolahku, keluargaku, cita citaku , bahkan rumah tanggaku..

Andai aku bisa memutar waktu

Aku tak akan memilih Stanley...

.

.

.

       Reisya tergugu. Ia tak sanggup lagi menahan air matanya. Ia menangis menyesali semua yang di lakukannya. Ia benar benar menyesal...

Reisya tertidur di pelukan Evrard. Setelah mandi tadi mereka tidur bersama. Namun mereka tak bercinta. Hanya tidur dan saling berpelukan saja. Mereka masih tertidur meski sudah pukul 10.

.

.

Stanley yang sudah bangun begitu kesal, karena tak mendapati Reisya di kamarnya. Ia melihat laci nakas di samping tempat tidurnya terbuka. Ia yakin Reisya telah mengambil kunci kamarnya yang di sembunyikan disana dan kembali ke kamar Evrard.

" Sialan... !!" Stanley mengumpat kesal saat membuka hpnya. Ia mengecek kamera tersembunyi yang ia letakkan di kamar Reisya dan Evrard.

" Mereka sudah berganti baju dan masih tidur.. mereka pasti habis bercinta. Wanita gatal sialan ..apa k*****ku saja tidak cukup.. masih meminta tambah pada bule sialan itu !" Umpatnya kesal.

" Dasar wanita sange' an !! Gatal terus seperti ulat bulu !! " Stanley memaki Reisya dalam amarahnya. " Brengsek...mana adik gue pas bangun lagi.."

Stanley bangkit dari tempat tidur dan menuju ke kamar mandi. Meski sudah bermain semalaman , adiknya masih saja minta lagi. Ia benar benar kesusahan mengendalikan nafsunya sendiri.

.

.

.

.

.

Tepat pukul 12 siang , Evrard dan Reisya telah bersiap siap hendak pergi kr restoran . Mereka yang begitu lapar ingin mencari makanan untuk mengisi perut mereka.

Mereka terpaksa jalan kaki, karena guide dan mobil sewaan sudah mereka stop.Evrard kira mereka akan segera kembali ke Jakarta.

Nyatanya Stanley menambah 3 hari. Sehingga mau tak mau ia juga ikut menemani Reisya 3 hari lagi. Terhitung dengan kemarin tinggal hari ini dan besok. Besok mereka semua akan kembali ke Jakarta.

Reisya menggandeng tangan Evrard menyusuri jalan trotoar di depan hotel mereka.

' Mau makan apa? ' Tanya Evrard.

'Aku tiba tiba ingin bakso . Yang pedas kuahnya..'jawab Reisya.

' Okay kita beli bakso ' jawab Evrard.

Reisya tersenyum. Mereka kemudian mampir ke sebuah warung bakso di pinggir jalan. Evrard tidak gengsi saat Reisya mengajaknya makan disana. Mereka makan bakso dengan lahap karena saking laparnya. Semalam Evrard menunggu Reisya hingga melewatkan makan malam.

" Lagi.." ucap Evrard ingin minta tambah lagi karena ia belum kenyang. Bakso itu cuma lewat saja di perutnya .

" Kamu doyan apa kelaparan. Kamu sudah habis 3 mangkok lho " kata Reisya.

" Lagi ...sayang...aku ..mau..lagi.." ucap Evrard terbata dengan logat anehnya.

" Ya ampun...bule satu ini.. Pak ..tambah lagi  .." Reisya pun memesan lagi baksonya.

.

.

' Baksonya memang enak si.. tapi tumben makannya Evrard banyak sekali..  biasanya dia menghitung hitung kalori , lemaknya dulu.. 

Ini malah seperti grandong...' 

.

.

.

" makanan indonesia... itu lezat.." ucapnya senang sambil memakan bakso itu lagi.

" Ya jelas dong.. ini bakso urat dan kikil.. tentu terasa banget gurihnya...coba kalau ada tulang sumsumnya seperti bakso langganan ku di Jakarta , kamu pasti makan lebih banyak " kata Reisya sambil tersenyum melihat Evrard makan dengan lahap.

" Aaa " Evrard mengulurkan daging bakso potongan pada Reisya. Reisya menerima suapan dari Evrard itu.

.

.

" Makasih Evrard..aku kenyang banget.. gara gara kamu aku jadi ikut nambah.. gila.. kamu sampai habis 5 mangkok.. aku juga 2 mangkok.. apa kamu gak takut gemuk.." kata Reisya sambil menyentuh perut Evrard yang rata dan six pac itu.

" Apa sayang..." Tanya Evrard.

" Gemuk " ucap Reisya sambil tangannya membentuk  perut yang besar.

" Ha..mil..??" Evrard malah salah paham. Ia mengira Reisya membahas soal kehamilan karena dia menunjuk perut besar seperti orang hamil.

Reisya langsung terdiam. Ia jadi teringat kembali tentang tadi malam.

.

.

' Benih Evrard bercampur dengan benih Stanley di tubuhku.. kalau aku benar hamil..siapa Ayah anakku? ' 

.

.

.

" Sayang...??" Tanya Evrard bingung karena Reisya tiba tiba terdiam.

" Kita kembali ke hotel saja, Evrard. Aku tidak enak badan "

" Are you ...okay ??...." Evrard heran dengan perubahan mendadak Reisya. Namun ia menuruti keinginannya, mereka segera kembali ke hotel.

Reisya dan Evrard berjalan bersama melewati lobbi hotel. Ruang lobbi itu tampak cukup ramai karena banyak orang yang hendak check in. Sekumpulan  orang memakai jas rapi ada di sana.

" Reisya ! " Panggil seseorang. Namun Reisya yang tak fokus tak mendengarnya. Ia masih pusing memikirkan calon bayinya jika ia hamil nanti.

" Schatz... " Evrard menghentikan langkah Reisya dengan menepuk bahunya dan membawanya berbalik ke orang yang memanggilnya.

" ( dia memanggil kamu ) " kata Evrard menunjukkan seseorang yang memanggil Reisya.

Reisya langsung ternganga saat melihat sosok yang di tunjukkan Evrard itu.

.

.

' Mati aku... Itu kan Papa...'

.

.

Reisya begitu terkejut saat melihat Papanya sedang ada di depannya. Dia adalah Sebastian. Pengacara hebat, Papa kandungnya sendiri.