Apa jadinya jika kita diberikan kesempatan mengulang waktu?
Seorang gadis dan pria muda terjebak dalam pernikahan yang memusingkan. Mereka bersepakat untuk melakukan Friend with Benefit. Tanpa memasukkan perasaan dalam hubungan mereka.
Pernikahan hanya akan dilaksanakan 1 Tahun setelah itu mereka akan bercerai, kemudian melanjutkan hubungan dengan kekasih mereka masing-masing. Namun baru beberapa bulan, mereka benar-benar tidak bisa merasa cocok.
Beberapa saat tepat sebelum memasukkan berkas perceraian mereka, sebuah kecelakaan mengubah segalanya. Mereka terlempar tepat 1,5 tahun sebelum mereka menikah.
Apakah mereka kembali ke kekasih mereka ataukah ingin melanjutkan pernikahan kacau mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sophie Nara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kecelakaan yang mengubah segalanya..
Eva terbangun dengan terburu-buru. Namun dia dihentikan lagi oleh Bryan. Padahal dia sudah kesusahan berjalan karena terkena rudal.
Saat jam menunjukkan pukul 09.00 dia bersikeras untuk beranjak dari ranjang. Dia mandi keramas sementara Bryan tidak jauh berbeda. Dia langsung mandi besar juga di kamar mandi kamar sebelahnya. Guyuran air hangat membuat badannya yang serasa terbelah-belah itu menjadi lebih relax.. Dia masih berfikir, bagaimana mencari rumah sakit untuk operasi? Salah satu artis sudah pernah melakukannya. Mungkin besok dia akan menemuinya untuk menanyakan hal itu.
Karena terlalu terlena dengan kenikmatan mandi air hangat, mereka lupa jika jam 10.00 mereka ada janji dengan pengacara mereka.
"Bry sudah jam 09.45!! Kita telat!!" jeritnya kaget.
"Pakai pakaianmu itu terus kita harus mencapai tol sebelum jam 09.50!"
"Telponlah pengacaramu, jangan memberikan berkasmu dulu!"
"Kau juga! Jangan curang!"
"Pakailah dastermu dulu. Kalau memakai pakaian pasti lama!"
"Kau juga! Pakai celanamu sajalah!"
Dengan terburu-buru mereka berlari ke mobil yang berada si tempat parkir.
"Cepat.. cepat.. cepat.. " seru Bryan yang berlari. Sementara Eva masih tertatih tatih kesakitan dan merasa tidak nyaman di bawah sana.
"Evaaa??"
"Sakit Bry!"
Bryan akhirnya menggendong Eva masuk ke mobil dengan tergesa-gesa.
Eva hanya mampu menggunakan daster sehari-hari yang sudah di setrika. Tidak bisa memakai baju yang lebih feminin. Sementara Bryan tidak sempat menyisir rambutnya dengan klimis. Dia hanya menggunakan kaos dan celana pendeknya saja.
"Sudah jam 09.50 Bry, padahal jalanan macet. Bisa telat kita.. "
"Tenang Va, mana kunci mobil?"
"Kamu ngga bawa? Tadi kamu taruh mana sih?"
"Ahhh... nyelip diantara berkas rupanya!"
Entah kenapa mobil yang biasanya baik-baik saja sekarang tiba-tiba macet. Berkali-kali di starter namun tidak menyala juga.
"Ngga ada waktu. Kamu sih, minta nambah mulu!"
"Tapi kan kamu juga mau? Bahkan kamu beberapa kali inisiatif sendiri. Jangan salahin aku aja! "
"Nih, pakai mobilku saja! Kamu yang nyetir!!" teriak Eva panik. "Ya Tuhan, ini sudah telat.. "
Bryan langsung menstater mobil Eva dan melesat keluar tempat parkir.
"Tenang Va, masih 10 menit lagi."
"Kita sudah membatalkan janji 1 bulan. Nanti dikiranya kita ngga serius!!"
"Ah, apa pula ituuu?" ujar Eva yang melihat sesuatu yang ramai di depan.
"Kenapa itu Mang?" tanya Bryan ke Bapak-bapak pengatur jalan yang sukarela.
"Anu Mas.. Ada ayam lepas."
"Hah kok bisa?"
Ayam-ayam itu dengan cepat menguasai jalanan dan mulai berkotek.
"Va, kita lewat jalan kampung aja ya? Nanti lewat perusahaan Beton itu. Mungkin muter, tapi jalanan lengang kok!"
"Atur ajalah Bry!! Pengacara kita ngasi kelonggaran waktu 10 menit."
Bryan memutar mobilnya dan masuk ke jalanan yang berdebu. Dia terburu-buru. Padahal hati kecil mereka berdua tidak mau kehilangan satu sama lainnya. Hanya saja mereka terlalu gengsi mengakuinya.
Tiba-tiba dari arah depan, truk tronton berhenti di depan dan...
BRAKKK!!
Semua terlempar.. Semua yang di tepi jalan menjerit. Bryan dan Eva masih sempat melihat satu sama lain dan saling menggenggam tangan hingga akhirnya gelap menyelimuti...
Cincin Eva yang bermata merah itu sepenuhnya menjadi putih.
Nun jauh di bumi bagian paling utara, Nenek Ida sedang menunggu sesuatu di kursi goyangnya.
"Akhirnya datang juga hari ini... "
