NovelToon NovelToon
Sunflower

Sunflower

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Wa Yana

Menjadi diri sendiri bukanlah hal yang mudah bagi Sebagian orang bahkan untuk beberpa tidak menyadari dan mengenali dirinya seperti apa. Namun bagi Haikal menjadi diri sendiri adalah versi terbaik dalam hidup yang tidak menuntut diri untuk menjadi terbaik dimata orang lain atau menjadi pribadi yang di inginkan orang lain.
Namun entahlah kedepannya seperti apa, bukankah pikiran orang akan berubah sesuai dengan apa yang ditemukan ke depannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wa Yana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

27 Taman Hiburan

“Lu berdua ngetawain apaan?” tanya Riza yang baru saja datang dengan membawa minuman ditangannya.

“Ini Juan kayanya suka sama Nia, Lu ingat kan cewe yang rebut dan selalu bertengkar dengan Candra?” tanya Jeno

“Iya Gue tahu, kemarin malam yang Lu antar pulang kan?” Tanya Riza pada Juan memastikan dugaannya.

“Iya benar, Gila aja nih bocah sukanya sama anak berisik itu” ucap Jeno yang tidak habis pikir dengan selera Juan.

“Gue juga nggak yakin” Juan tidak terima diketawain teman-temannya. Ia juga tidak begitu yakin dengan perasaannya namun saat melihat Taufan yang bercanda dengan Nia membuat Juan mengklaim Nia adalah miliknya.

“Ya udah nanti kita temui, atau kita makan-makan aja lagi di rumah Lu, terus minta Jigar ajak” saran Riza pada Juan.

“Udah nggak perlu, nanti juga kita bakal kumpul lagi di acara tunangan Gue nanti, kan Nia juga temanan sama Karin” Jeno tampak lebih santai dengan sebagian fokusnya tetap pada tumpukan kertas yang menjadi tugas kuliahnya yang harus diselesaikannya.

.

“Lu mau main?” Tanya Haikal pada Gisel

‘Ya kali Gue bilang sama Kak Haikal pengen naik wahana, pasti dia bakal nolak’ Gumam Gisel dalam hati, yang bingung harus menjawab bagaimana.

“Sebagai ganti bakso yang Gue makan, Lu pilih aja wahana yang pengen Lu naikin ntar Gue bayarin” Haikal melanjutkan ucapannya yang tidak ada jawaban dari Gisel

“Nggak deh Kak, lagian tadi baksonya kan udah dipesan buat kakak Gue jadi Kak Haikal nggak usah repot-repot” Jawab Gisel dengan sopan.

“Terus Lu mau pulang?” Tanya lagi Haikal.

‘Kenapa pertanyaannya banyak sekali, Gue juga bukan anak kecil yang harus diawasin’ Gisel bingung dengan sikap Haikal.

“Lu kenapa jadi kaya anak autis gini sih, dari tadi Gue nanya harus dua kali biar di jawab” Kesal Haikal namun masih dengan suara lembut.

“Kak Haikal nggak usah repot-repot, Gue Cuma pengen jalan-jalan aja kok, nggak mau naik wahana juga, kalau Kak Haikal mau ketempat lain juga nggak masalah” jawab Gisel dengan sopan menolak tawaran Haikal.

“Gue udah liat Lu disini, dan kita juga saling kenal, memangnya apa salahnya bermain bersama?” Haikal jalan dan menarik tangan Gisel menuju salah satu wahana dengan patung kuda yang berputar.

“Kak, Gue seriusan nggak pengen naik wahana apapun” Gisel menahan tangan Haikal yang hendak mengajaknya memasuki area wahana.

“Kenapa, Gue bayarin kok tenang aja” Haikal masih tidak mengerti kenapa Gisel menolak tawarannya dan tampak ragu.

“Lu nggak takut naik wahananya kan?” tanya Haikal memastikan agar Ia bisa mengajak Gisel ke tempat yang lain.

“Gue emang nggak pernah naik wahana kak, Gue cuma senang datang ke taman hiburan dan melihat-lihat” ucap berbohong, namun tanpa di sadari tangannya yang di genggam oleh Haikal mulai gemetar.

“Lu nggak papa?” Haikal yang kuatir mulai mendekatkan tubuhnya pada Gisel dan merangkul bahunya membawanya menjauh dari arena wahana.

Setelah jauh dari wahana, Haikal memegang kedua bahu Gisel dan menghadapkan dirinya pada Gisel.

“Gue nggak papa kok kak” Gisel berusaha senormal mungkin bernafas agar tidak membuat Haikal panik.

“Ya udah sekarang Gue antar pulang yah” Haikal memandang wajah Gisel yang masih terlihat tenang

“Gue nggak papa kok Kak, Gue juga masih mau liat-liat disini” Gisel menurunkan tangan Haikal yang ada di pundaknya, Ia tidak ingin terlihat lemah dihadapan orang lain.

Gisel sedikit trauma dengan wahana, namun Ia akan baik-baik saja jika bersama Mark yang bisa membuatnya tenang.

Mark sebelumnya sudah memintanya pulang setelah makan, namun Ia masih ingin melihat-lihat suasana taman hiburan yang begitu ramai.

“Ya udah Gue temani” Haikal pun segera menarik tangan Gisel untuk di genggam.

Gisel ikut berjalan dan tidak menolak tangannya yang di genggam oleh Haikal, kini fokusnya memandang wahana yang tinggu yang akan menarik perhatian setiap pengunjung karena ukurannya.

“Lu mau naik bianglala?” Haikal memilih bertanya terlebih dahulu, Ia tidak ingin kejadian sebelumnya terjadi kembali.

Gisel menatap Haikal yang menatapnya dengan tatapan memastikan,

“Itu kak, sebenarnya Gue nggak berani naik, tap Gue suka aja liatnya” jawab Gisel dengan tatapan sendu pada bianglala yang ada didepannya dengan ukuran yang begitu besar.

Gisel yakin akan terlihat indah pemandangan dari bianglala tersebut. Ia sudah pernah menaikinya sebelumnya bersama dengan Mark, dengan upaya Mark yang maksimal dan pelan-pelan agar Gisel bisa naik ke wahana itu.

Mark bahkan tidak segan-segan menyewa satu bianglala hanya untuk membantu Gisel pelan-pelan menghilangkan traumanya dan tentunya memperlihatkan pemandangan kota yang indah dari ketinggian.

“Ya udah kita cari wahana yang bisa Lu mainin aja gimana?” Haikal menawarkan permainan lain.

“Gue nggak tau yang seru aoa, Gue Cuma Taunya wahana beginian doang” Gisel memang bukan anak yang suka bermain, ditempat tersebut kecuali ada ajakan Mark sang kakak.

“Ya udah ayo Gue tunjukkin” Haikal tersenyum manis pada Gisel untuk meyakinkannya.

‘Kok gue deg-degan yah liat senyum Kak Haikal gini’ Gumam Gisel dengan senyum dan anggukan kepala mengiyakan ajakan Haikal.

.

Kini mereka berada disalah satu tempat bermain lempar gelang, yang mana jika berhasil melempar banyak gelang pada target akan mendapatkan sebuah boneka.

“Kita bakal main itu kak?” Tanya Gisel yang menunjuk permainan tersebut.

“Iya….., Lu tenang aja Gue jago mainnya” Haikal dengan percaya dirinya akan menunjukkan bakatnya.

“Gue nggak nyangka Kak Haikal suka main ginian” ucap lirih Gisel yang melihat Haikal berjalan menuju outlet game.

Haikal mulai berdiri berhadapan dengan target dan mulai melemparkan satu persatu gelang yang ada ditangannya pada target. Satu persatu gelang yang dilemparnya tepat mengenai sasaran sehingga tanpa tersisa gelang ditangannya dan semua gelang yang dilemparnya tepat mengenai sasaran.

“Selamat yah bang bisa ambil bonekanya” ucap pemilik permainan dan memberikan boneka berukuran sedang pada Haikal.

Haikal dengan senang hati mengambil bonekanya dan berjalan ke arah Gisel, dan memberikan bonekanya pada Gisel.

“Nih buat Lu” ucapnya setelah menyodorkan boneka berukuran sedang tersebut.

“Kan yang main bukan Gue, kok bonekanya di kasih ke Gue?” tanya Gisel yang bingung dengan sikap Haikal.

“Ya kali Gue bawa boneka balik, ntar yang ada Gue diketawain sama teman-teman Gue” Haikal menertawai ucapannya dengan membayangkan teman-temannya yang akan mengoloknya jika membawa pulang boneka.

Gisel ikut tertawa melihat Haikal, Bahkan Haikal menjadi lebih tampan saat tertawa.

‘Ternyata Kak Haikal emang se ganteng itu yah, pantesan banyak banget anak-anak suka sama dia’ monolog Gisel dalam hati.

“Mau nyariin permainan lain nggak?” tawar Haikal.

“Boleh?” Tanya Gisel dengan wajah polosnya.

“boleh lah, Lu bilang aja mau main apaan, ayo kita cari” Ajak Haikal dengan menggenggam tangan Gisel.

“Kak Haikal ngapain pegang tangan Gue sih, kan Gue jadi deg-degan” lirih Gisel yang tidak dapat didengar oleh Haikal karena tempat yang ramai dan ribut serta suara Gisel yang begitu pelan.

.

Setelah puas bermain di taman hiburan, kini mereka sudah tiba di apartemen tempat mereka tinggal.

“Makasih yah, udah mau temenin Gue main kak” ucap Gisel dengan tulus dan tangannya melihat hadiah yang cukup banyak ditangannya.

“Gue juga senang kalau Lu senang” balas Haikal dengan senyumnya.

“Kak Haikal ganteng loh kalau senyum” Gisel menutup mulutnya karena keceplosan.

“Eh maksud Gue, Kak Haikal jarang banget senyum soalnya” Gisel salah tingkah dengan ucapannya sebelumnya.

Haikal tersenyum menganggukkan kepalanya mencatat apa yang dikatakan Gisel dalam kepalanya.

“Gue masuk dulu yah kak, makasih hadiahnya” Gisel segara keluar dari mobil dan berlari kecil menuju lift meninggalkan Haikal yang masih ada di dalam mobil.

“Duh bego banget sih Gi, Lu ngapain muji Kak Haikal gitu, kalau misalnya di salah paham gimana?” Gisel mengutuk dirinya dan berbalik menatap mobil Haikal yang kini ada seorang perempuan berdiri dihadapan Haikal dan memeluknya.

“kok tiba-tiba banget ada orang dan meluk gitu sih” Gisel terkejut dan segera meninggalkan tempat tersebut menuju unit apartemennya.

.

“Lu kenapa Gi?, masih pagi banget udah melamun” ucap Karin yang melihat Gisel yang menatap kosong pada layar laptopnya.

“Eh Karin, ini Gue lagi mikirin gimana nanti intonasi kalimat bertanya saat wawancara” Gisel menjawab dengan senyum kecil, Ia ingin bercerita pada Karin bagaimana Haikal mengganggu pikirannya akhir-akhir ini, namun Ia juga tahu bagaimana Karin yang juga pusing dengan perjodohan yang diatur orang tuanya.

“Biasanya juga biasa-biasa aja, Lu udah pernah jadi pembawa berita sekolah juga yah” ucap Karin yang sedikit aneh dengan pikiran Gisel.

“Beda lah Rin, Lu tahu sendiri kan bagaiman pemuja para anggota BEM itu, apalagi ini Kak Haikal” Gisel juga sebenarnya tidak ingin ketemu Haikal karena sedikit kesal dengan apa yang dilihatnya semalam

“Iya sih” Karin pun juga ikut kepikiran dnegan ucapan Gisel, dan membayangkan bagaimana reaksi para anak-anak Bunga Bangsa dengan berita yang akan di infokan nanti.

“Oh iya Rin, gimana Lu udah ngomong sama Kak Jeno tentang rencana kita?”

1
ℨ𝔞𝔦𝔫𝔦 𝔞𝔫𝔴𝔞𝔯
orok gak tuh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!