Ni Komang Ratri, yang akrab disapa Komang itu begitu terpuruk saat penginapannya hampir bangkrut, bahkan nyaris ia kehilangan penginapan yang juga tempat tinggalnya itu.
Namun tanpa diduga Edgar Marvelo yang saat itu menjadi tamu tak terduga di penginapannya itu tertarik pada kecantikan Komang, taipan bisnis kaya raya itu bahkan berjanji akan melunasi semua hutangnya, jika ia mau menjadi wanita pendamping bagi Edgar selama sebulan di Yach.
Akankah Komang mampu menghindar dari pesona Edgar yang dikenal sebagai Casanova itu??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dita feryza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#5 Tamu Menyebalkan
Sebelum melanjutkan meditasi, Komang menyempatkan untuk membersihkan kamar paviliun yang akan ditempati oleh ketiga bule itu, karena sudah tiga bulan ini, kamar itu kosong.
"Aku akan membereskan kamar ini sebentar" ucap Komang lalu menyalakan lampu kamar.
Saat lampu menyala, Edgar baru menyadari bahwa sang nyonya rumah itu ternyata masih muda dan cantik ditambah balutan kebaya kuning yang ketat membuat tubuh Komang benar-benar terlihat sexy.
Komang menatap kamar paviliun itu benar-benar kotor dan berdebu, dengan segera Komang membersihkan kamar itu dan mengganti sprei dengan yang baru, membersihkan lemari dan meja nakas yang benar-benar berdebu.
Edgar mengamati Komang yang tengah sibuk membersihkan kamar itu, sebagai seorang pebisnis yang bergelut di dunia perhotelan, sungguh penginapan Komang lumayan buruk, mungkin jika Edgar menilai dia hanya akan memberikan bintang satu pada penginapan ini.
Namun Edgar mengenyampingkan itu semua, karena Komang masih mau berbaik hati untuk memberikan tumpangan malam ini dan ia bisa terhindar dari para pecalang itu, ditambah Komang adalah wanita cantik, mungkin itu menjadi nilai plus dari penginapan ini.
"Aku sangat berterima kasih karena kau mau menolong kami, dan kami akan lebih menghargai mu jika kau mau mengurus kami dengan baik." kata Edgar, ucapannya tak lebih seperti seorang bos yang berbicara pada bawahannya.
"Aku selalu mengurus tamu-tamu ku dengan baik," sahut Komang tanpa ragu, Komang sedikit jengkel dengan perkataan Edgar yang terkesan meremehkan itu.
Komang menatap Edgar dengan kesal, namun Komang mendadak menyadari bahwa Edgar adalah pria yang luar biasa tampan, pria itu benar-benar mempesona, hingga Komang dengan seketika mengalihkan pandangannya, ia tak mau memiliki ketertarikan pada pria sombong itu.
"Maaf jika nona tersinggung, kalau boleh tahu, siapa nama nona?"
"Ni Komang Ratri, tapi orang-orang biasa memanggil ku 'Komang'."
"Baiklah, nona Komang...."
"Kau cukup memanggilku Komang" potong Komang dengan sedikit ketus.
Edgar tak pernah begitu terperangah oleh wanita pada pandangan pertama, namun Komang adalah wanita yang berbeda, dia tak seperti wanita-wanita yang pernah ia temui, namun Edgar tak sepenuhnya percaya akan hal itu, mungkinkah ia harus mengujinya?
"Cepat bantu temanmu yang kakinya terkilir itu untuk masuk kesini." perintah Komang setelah ia selesai mengganti sprei nya.
Dengan cepat Edgar dan Mikhail membantu memapah Peter untuk memasuki kamar dan mendudukkannya di atas kasur. Dengan penuh perhatian, Komang menyediakan kursi rendah untuk Peter agar bisa mengistirahatkan kakinya sementara.
Lalu dengan cekatan tangan Komang segera mengoleskan minyak urut pada kaki Peter lalu mengurutnya, proses yang begitu menyakitkan bagi Peter hingga membuat ia mengerang tertahan sambil menutup matanya.
"Besok kakimu pasti akan membaik." ucap Komang setelah selesai mengurut kaki Peter. Seketika Peter bernafas lega karena sudah melewati proses menyakitkan itu.
"Baiklah, kalian bisa istirahat, jangan lupa untuk mematikan lampu, dan saya akan kembali bermeditasi lagi." ucap Komang lalu dengan segera membereskan wadah minyak urutnya itu.
"Elle est vraiment très sexy." (Dia benar-benar sangat seksi.) ucap Mikhail dengan spontan, tidak diragukan bahwa dia juga terpukau dengan kecantikan Komang, membuat Komang seketika menoleh pada Mikhail dengan tatapan tajam,
Sungguh Komang tidak tahu arti dari bahasa Perancis yang Mikhail ucapkan barusan, namun ia paham dengan kata 'sexy' yang Mikhail ucapkan itu. Mikhail dengan segera mengalihkan pandangannya karena sungguh mengerikan. Sepertinya nyonya rumah ini benar-benar galak, batinnya.
Edgar yang mendengar itu hanya bisa melotot tajam pada Mikhail, bisa-bisanya ia berkomentar kasar, bisa jadi Komang akan menendang mereka bertiga keluar dari penginapannya karna perkataan Mikhail itu.
Tapi untungnya Komang tak ingin memperpanjang, karena ia tak ingin berlama-lama berada diantara ketiga bule itu. Komang pun meninggalkan kamar paviliun dan harus segera memulai meditasi lagi.
"Komang..!" seseorang memanggil nama Komang hingga membuat wanita itu berbalik dan menatap siapa yang telah memanggilnya.
Mata Komang beradu dengan mata hitam mempesona yang dipertajam oleh bulu mata hitam lentik Edgar. Pria itu sangat jangkung dan kokoh membuat Komang harus mendongak untuk menatapnya.
Edgar memang begitu terpesona dengan wajah Komang sejak pertama melihat wanita itu, bibir Komang yang merah muda memancing bayangan erotis dalam otak Edgar tentang apa yang mungkin dilakukan wanita itu dengan bibirnya.
"Maaf, bisakah aku meminta satu kamar lagi, sepertinya kamar itu tidak muat untuk tiga orang, terlebih salah satu teman kami sedang cedera." ucap Edgar, ia masih terus menatap mata Komang membuat Komang benar-benar tak bisa bernafas dibuatnya.
"Baiklah, tapi kamar itu ada di dalam rumah utama, sekarang kau bisa ikut denganku." ucap Komang segera berbalik dan mengambil nafas dalam-dalam.
Edgar mengikuti Komang dari belakang, sungguh rumah Komang begitu gelap gulita, hingga Komang tak sadar ia terantuk meja di depannya, ia lupa tak menggunakan senter karena saking gugupnya.
"Aww....!!" teriak Komang, sungguh kakinya benar-benar sakit.
"Kau tidak apa-apa?" tanya Edgar sambil memegangi pinggang Komang.
"Tidak apa-apa, maaf, bisa lepaskan saya?" ucap Komang sambil menghindar.
"Ups.... Sorry." Edgar segera menjauhkan tangannya dari tubuh Komang.
Komang kemudian menghidupkan senternya lalu menunjukkan salah satu kamar kosong untuk Edgar tempati.
Komang membuka kamar itu, lalu menyalakan lampunya. "Kau bisa segera beristirahat di sini."
Kamar yang Komang tunjukkan ini jauh lebih bersih dari kamar paviliun, memang Komang masih sering membersihkannya, karena kadang Sweta menggunakan kamar itu.
"Terimakasih Komang." ucap Edgar dengan tulus sambil menatap Komang, namun Komang terlihat begitu menghindari kontak mata dengan Edgar, ia terlihat seperti salah tingkah.
"Kamar ini sudah bersih, dan sprei nya kebetulan baru aku ganti, jadi kau bisa langsung beristirahat disini."
"Baiklah, tapi bolehkah aku bertanya satu hal padamu?" tanya Edgar.
"Silahkan."
"Apakah kau tidak mengenal ku?" tanya Edgar membuat Komang mengernyit kan dahinya, tak mengerti dengan maksud Edgar.
"Maksudmu, apakah kau merasa kita pernah bertemu sebelumnya?"
"Tidak, maksudku. Aku adalah Edgar Marvelo, apakah kau tahu?"
Komang semakin bingung dengan arah pembicaraan pria didepannya itu.
"Aku tak mengenalmu, dan aku juga tak pernah tahu siapa Edgar Marvelo sebelumnya."
"Hey.. Kau serius? Semua orang tahu siapa Edgar Marvelo, aku adalah seorang taipan bisnis, semua pengusaha di seantero Bali bahkan di seantero bumi pun tahu siapa aku."
Komang menatap Edgar sejenak lalu ia tak bisa menahan tawanya yang tiba-tiba meledak, sungguh ia berfikir lelaki didepannya ini begitu konyol.
"Sudah-sudah... Kau telah membuang waktu meditasi ku dengan cerita konyol mu itu, sebaiknya kau segera matikan lampu kamarnya dan beristirahat dengan tenang, sepertinya perjalanan mu sungguh melelahkan hari ini." ucap Komang dan ia hendak pergi meninggalkan tamunya itu.
Tapi tangan kokoh Edgar segera segera menghentikan langkah Komang.
"Tunggu, sungguh kau tak tahu siapa itu Edgar Marvelo?"
"Hey! lepaskan tanganku, apa kau mau aku mengusir mu malam ini?" gertak Komang membuat Edgar terpaksa melepaskannya dan memilih tak memperpanjang lagi. Edgar menatap punggung Komang yang semakin menjauh.
Jika Komang benar-benar tidak mengetahui siapa dirinya dan tahtanya, mungkin memang wajar jika Komang memperlakukan dirinya begitu ketus dan selalu mengabaikannya, tapi bagaimana jika Komang mengetahui segala identitas dirinya, apakah ia masih akan jual mahal terhadapnya atau malah sebaliknya, sama halnya dengan wanita-wanita yang selalu mendekati dirinya.
Edgar pastikan Komang akan melembutkan sikapnya nanti.
Bersambung.....