Transmigrasi Aletta ( Antara Kebebasan Dan Komitmen )

¥¥¥¥¥¥¥¥

Setelah dua hari libur sekolah karena harus mengurusi Altezza , hari ini Alettha kembali ke sekolah , dan tentunya bersama dengan Altezza yang menjemputnya untuk berangkat bersama.

"Tumben banget sih hari ini lo jemput gue"ucap Alettha dalam perjalanan mereka ke sekolah.

"Enggak ada panggilan yang enak apa? , kok panggil lo gue terus"gerutu Altezza yang tidak suka dengan panggilan lo gue dari Alettha.

Alettha yang mendengar protes dari Altezza menaikan satu alisnya bingung , sambil melihat Altezza yang sedang fokus menyetir.

"Emang kenapa dengan pangillan lo gue?"

"Ya kan kamu itu tunangan aku .. , pangil kamu atau sayang kek , bukan lo gue terus"

"Sejak kapan kita tunangan? kok gue enggak tahu , dan di jari manis gue juga enggak ada cincin tunangan tuh .."sambil memperlihatkan tangan kirinya yang tidak ada cincin pertunangan di sana.

"Nanti beli"ucap enteng Altezza , hingga hal itu membuat Alettha melongo dengan perkataan Altezza barusan.

"Gila lo , masa beli gituan pake di bilang sih .. , enggak ada romantis romantisnya banget jadi cowok , dasar enggak peka"kesal Alettha yang kemudian lebih memilih melihat keluar jendela.

Menghiraukan Altezza yang masih bingung dengan maksud dari Alettha barusan , bahkan sampai mereka tiba di sekolahpun Altezza masih memikirkan apa yang dikatakan oleh Alettha tadi.

Hingga tanpa di sadari oleh Altezza , Alettha sudah keluar dari mobil , saat Altezza masih sibuk melamun di dalam mobil.

"Woi bro .."pangil Arkan sambil mengetuk pintu mobil Altezza.

Dan saat mendengar suara ketukan di jendela mobilnya , Altezza baru tersadar dari lamunannya.

"Apaan?"tanya Altezza saat menurunkan kaca mobilnya.

"Ngapain lo masih di dalam mobil , Alettha aja sudah pergi dari tadi , lha .. lo masih di dalam mobil?"

Dan saat mendengar nama Alettha di sebut , membuat Altezza menengok kesebelahnya , dan dia tidak mendapati ada Alettha di sampingnya , hingga akhirnya dia memutuskan untuk keluar dari mobil.

"Lo kenapa sih .. , berantem lagi sama Alettha?"tanya Revan yang melihat wajah sendu Altezza.

"Kayaknya tadi gue salah ngomong deh .. , tapi gue enggak tahu slah gue dimana?"yang masih memikirkan apa yang dikatakan oleh Alettha tadi.

"Emang kalian lagi bahas apa?"kepo Arkan.

"Soal dia yang tunangan gue , terus dia bilang dia bukan tunangan gue karena enggak pake cincin , tapi giliran gue bilang nanti beli , kok mendadak dia jadi marah?"sambil menatap sahabatnya bingung.

Mendengar cerita Altezza membuat Arkan menepuk keningnya , sedangkan Revan terlihat mengelengkan kepalanya sebab ketidak pekaan dari Altezza.

"Gue bisa bayangin sih .. jika jadi Alettha"ucap Arkan sambil melihat Altezza yang masih dengan raut bingungnya.

"Enggak nyangka jika ada yang tidak sahabat gue kuasai , pantes aja mereka tidak terlihat akur"sahut Revan.

"Kalian ini ngomong apa sih .. , kalau kalian tahu bilang sama gue , biar gue enggak kayak orang bingung kayak gini"kesal Altezza saat di cuekin oleh kedua sahabatnya.

"Kayaknya percuma deh jelasin ke lo , mending sekarang kita buat kejutan"ucap Arkan yang mendorong Altezza kembali kedalam mobilnya.

"Kenapa pake ngedorong gue segala sih .. emang mau bikin kejutan buat siapa?"tanya Altezza yang masih belum menutup pintu mobilnya.

"Ya buat Alettha , memang buat siapa lagi dodol , lemot banget sih lo giliran masalah cinta kayak gini , giliran main sama mangsa lo , lo gercep banget , heran gue sama lo"frustasi Arkan dengan kelemotan Altezza.

Dan saat melihat Altezza yang masih diam tanpa ingin menutup pintu mobilnya , membuat Arkan jadi geregetan dan memilih untuk menyuruh Altezza duduk di kursi penumpang , sedangkan dia yang akan menyetir nantinya.

Meski harus berdebat dulu dengan Altezza , namun akhirnya Altezza membiarkan saja Arkan yang mengemudi , sedangkan Altezza memilih duduk diam sambil mendengarkan rencana yang dibuat oleh Arkan.

**€€€€€€€€€**

**Di lain tempat**.

Seorang wanita yang mengenakan setelan serba hitam dengan masker dan topi yang dia pakai , terlihat sedang mengawasi seorang wanita paruh baya yang duduk di kafe di seberang tempat minimarket tempat dia mengawasi wanita yang sedang bersama dengan lawan jenisnya.

Di telinga wanita itu tersemat sebuah earpiece yang dia gunakan untuk mendengarkan percakapan wanita paruh baya di seberang sana.

"Bagaimana dengan suamimu itu Carina , apa kau sudah menemuinya?"tanya pria paruh baya yang duduk di depannya.

"Jangan tanyakan aku soal dia Mark , aku sudah muak dengannya"ucap Carina yang sedikit kesal saat diingatkan mengenai Ryan suaminya.

"Tapi bukankah dia masih suamimu Carina , jika kamu tidak menemuinya , bagaimana jika dia menceraikanmu dengan tiba tiba , apa kamu tidak akan menyesal nantinya?"

"Untuk apa menyesal , toh dia sudah tidak punya apa apa lagi , dan aku juga tidak perlu mengurusi anaknya yang penyakitan itu , sebab hal itu benar benar menyebalkan , jika bukan karena harta warisan milik Cilia , aku tidak akan sudi merawat anak itu"ucap kesal Carina.

"Bukankah kamu sudah mendapatkannya?"bingung Max mengenai rencana Carina yang ingin mendapatkan harta warisan dari Gricilia Elvara , istri pertama dari Ryan Dizon Aldebaran.

"Ck .. belum , kakek tua itu begitu melindungi cucunya , bahkan saat aku menyuruh Ryan untuk meminta surat wasiat mendiang istrinya , kakek tua itu bilang kalau hanya Alettha yang berhak melihatnya"gerutu kesal Carina , hingga membuat wanita di seberang sana terkejut dengan apa yang di katakan oleh Carina barusan.

**Deg**

Jantung wanita yang masih mendengarkan percakapan Carina dan Max di seberang sana terasa berpacu dengan kencang , dia bahkan tidak pernah membayangkan akan mendapatkan informasi yang sangat mengejutkan baginya.

Dan karena tak ingin lagi mendengar percakapan mereka , wanita itu melepas earpiece yang dia pakai , lalu dia melangkah pergi meninggalkan minimarket , menjauh dari tempat yang membuat dadanya sesak akan berita yang barusan dia dengar.

**££££££££**

"Brengsek , temukan dia secepatnya!!"

........