⚠️ Tolong budayakan membaca dengan tertib dengan cara membaca sampai selesai di setiap bab nya , dan di larang boom like juga lompat bab 😊 ⚠️
Aletta Xaviera , gadis cantik yang hidup dengan kesederhanaan , yang harus rela bertransmigrasi kedalam tubuh Alettha Vanesha Aldebaran , seorang gadis cantik yang terlahir di keluarga konglomerat namun memiliki fisik yang lemah.
Mampukah Aletta menghadapi kehidupan dia yang baru?
Dan bisakah dia menghadapi masalah yang di tinggalkan oleh jiwa Alettha mengenai hubungan nya dengan sang tunangan.
Atau dia lebih memilih untuk menjadi dirinya sendiri hingga bertemu dengan seseorang yang mengubah hidupnya.
Penasaran?
Ikutin terus ceritanya ya ...😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon @adiramanis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Alettha ( 25 )
☆☆☆♡♡☆☆☆
Setelah Altezza sudah terlihat segar , Altezza kemudian berjalan ke kamar yang di tempati oleh Alettha , dan dia bisa melihat jika Alettha sedang duduk di pinggir kasur sambil sibuk dengan ponsel miliknya.
"Sudah selesai?"tanya Alettha saat melihat Altezza berjalan menghampirinya.
Tak ada jawaban dari Altezza , dia hanya diam sambil menundukkan kepalanya yang sekarang sedang berdiri di depan Alettha.
"Duduk .."ucap Alettha sambil menarik tangan Altezza agar duduk di sebelahnya.
Dan dengan telaten Alettha kemudian mengobati luka yang ada di tangan Altezza , Altezza yang mendapatkan perlakuan seperti itu memberanikan dirinya untuk melihat kearah Alettha yang sedang fokus mengobati luka gores yang di miliki Altezza.
"Kenapa?"tanya Alettha saat merasakan jika sejak tadi dia ditatap oleh Altezza.
"Aku .."
"Ini terakhir kalinya gue lihat lo luka kayak gini"sambil melihat Altezza yang kembali terdiam saat tak sempat mengatakan apa yang ingin dia katakan.
"Jika suatu saat lo ketemu wanita hyper itu , beranikan diri lo untuk melawannya , dan lo masih ingat kan apa yang gue katakan waktu itu saat di rumah sakit"sambil menatap mata elang Altezza yang terlihat menatapnya sendu.
"Enggak ada orang yang berhak mengatur hidup lo dan pikiran lo , karena itu semua bukan mereka yang tentuin , melainkan lo sendiri yang harus ambil kendali hidup lo , bukan wanita itu ataupun orang lain , ngerti?"ucap Alettha lagi sambil tersenyum.
"Bukankah kau takut padaku?"ucap Altezza yang sebenarnya penasaran dengan kedatangan Alettha yang tiba tiba itu.
"Yah .. itu memang benar , hanya saja selama tiga hari ini gue membaca beberapa buku untuk menghilangkan kebosanan gue disaat tidak melihat cowok nyebelin ada si sekitar gue , jadi mungki gue sudah tidak takut asalkan tidak melihat lo yang lagi bermain sama mainan lo"sambil membereskan peralatan P3K yang di berikan dokter Nisa tadi.
"Jadi .. kau mencariku?"bingung Altezza.
"Bukan , gue nyari Arkan .. biasanya kan mereka selalu rusuh waktu jam istirahat , jadi saat beberapa hari ini enggak lihat mereka yang bikin rusuh kayak ada yang kurang"elak Alettha.
"Begitu .."ucap sedu Altezza , dan saat melihat raut sendu itu membuat Alettha terlihat menahan senyum.
Sebab baru kali ini dia melihat ada seorang cowok yang sangat gampang terbawa suasana seperti Altezza , padahal Alettha hanya bercanda dengan apa yang dia katakan tadi , tapi sepertinya Altezza berpikir sebaliknya mengenai apa yang sudah dia katakan tadi.
"Mending sekarang lo istirahat"sambil beranjak dari duduknya dan menyuruh Altezza untuk berbaring.
"Kamu akan pergi?"sambil menatap Alettha yang membenarkan selimut Altezza.
"Jadi lo mau gue pergi sekarang , kalau gitu percuma saja dong gue khawatir sama lo?"sambil menegakkan tubuhnya menatap Altezza.
"Khawatir?"
"Ck .. ya iya lah .. gue khawatir sama lo ,ngapain juga gue harus bela belain kesini kalau enggak khawatir sama lo , jadi mendingan sekarang lo tidur dan jangan memikirkan hal yang enggak perlu , apalagi sampai nyakitin diri lo sendiri"ucap Alettha yang ingin berjalan keluar kamar , namun dengan cepat pergelangan tangan Alettha di tarik oleh Altezza , sehingga sekarang Alettha jatuh di tubuh Altezza.
**Sret**
**Bruk**
"Jangan pergi , bisakah tetap seperti ini?"sambil memeluk erat tubuh Alettha yang sekarang ada di samping Altezza.
"Al ..."
"Aku tidak perduli siapa kamu sekarang , hanya saja tetap seperti ini , jangan pergi dan jangan menjauh dariku , apalagi sampai membenciku , sebab semangat aku buat sembuh itu hanya kamu , dan maafkan aku hampir melukaimu tadi"sesal Altezza saat mengingat jika tadi sempat melukai Alettha.
Alettha terlihat terdiam , lalu tangannya terulur mengusap kepala Altezza yang ada di ceruk lehernya.
"Aku tidak akan pergi kemana mana , tapi jangan lakukan hal ini lagi"ucap Alettha yang tanpa sadar sudah merubah cara bicaranya pada Altezza.
Dan Altezza yang mendengar itupun semakin memeluk Alettha dan tersenyum sambil menyamankan dirinya di pelukan Alettha , hingga tak lama kemudian dia mulai terlelap bersama Alettha yang juga mulai terlelap karena terlalu lelah menempuh perjalanan yang cukup jauh.
**€€€€€€**
**Meninggalkan pasangan di lantai atas**.
Di ruang keluarga , Arkan dan Revan terlihat sedang mendengarkan sebuah rekaman suara yang di berikan oleh Alettha tadi , dan tak hanya rekaman sura yang Alettha berikan , Alettha juga mendapatkan sebuah rekaman CCTV yang membuat Arkan melongo dengan apa yang dia lihat.
"Bener bener hyper tu cewek"ucap Arkan sambil mengelengkan kepalanya melihat rekaman CCTV itu.
"Apa jadinya kalah Rafka tahu soal ini?"sahut Revan yang juga tak habis pikir dengan apa yang dia lihat.
"Malu dan kecewa , mungkin itu yang akan dia rasakan"
"Lalu bagaimana Alettha bisa mendapatkan semua ini ya ..?"bingung Revan.
"Kayaknya si Dika bantuin dia deh .. , enggak mungkin juga dia lakuin sendiri , dan lebih baik Ezza enggak usah tahu dulu soal ini , takutnya itu akan berimbas ke mentalnya lagi"khawatir Arkan akan kesehatan Altezza yang tidak baik baik saja.
"Ya lo bener , mending kita aja yang beresin semua ini , biar si Ezza fokus dengan kesembuhannya"
"Oh .. dokter Nisa , bagaimana Ezza?"tanya Arkan saat melihat dokter Nisa turun dari lantai atas setelah Arkan mematikan laptop miliknya.
"Tuan muda sudah tidur ditemani nona Alettha , dan sepertinya dia sudah mulai membaik"jelas dokter Nisa.
"Syukurlah kalau begitu , terimakasih dokter sebab selama beberapa hari ini kami merepotkan dokter"
"Tak masalah tuan Arkan , ini sudah tugas saya , dan sebaiknya kalian juga istirahat , kalian pasti lelah karena menjaga tuan muda Ezza sejak kemarin"ucap dokter Nisa yang tahu jika Arkan dan Revan kurang tidur karena bergantian menjaga Altezza yang kadang mengamuk.
"Baik dok , dokter juga beristirahat lah"sahut Revan.
Dan setelahnya dokter Nisa pergi menuju kamar tamu dan di susul oleh Arkan dan Revan yang juga pergi ke kamar mereka masing masing.
Sebab mereka sudah terlihat lelah karena selama tiga hari itu mereka selalu siaga menjaga Altezza , dan sepertinya baru malam ini mereka akn bisa beristirahat dengan tenang.
Dan mereka berharap jika kedepannya Altezza akan baik baik saja dan bisa sembuh dari penyakit mental yang sudah sejak lama Altezza derita.
................
**€€€€€€€€**