Pura-Pura Di PHK

“Mbak,” panggil Siska.

Rani pun menoleh dari tumpukan baju yang baru saja ia susun di dalam koper.

“Ada apa Sis?” tanya Rani bingung.

Siska pun memeluk Rani dan menangis ia merasa amat bersalah walaupun selama ini ia tak mengetahui apa pun.

“Aku minta maaf Mbak,” lirih Siska.

Rani pun mengusap bahu Siska, ia pun sudah memaafkan semuanya dengan adanya perselingkuhan Siska dan juga Arka dapat membuka mata Rani lebar-lebar bahwa selama ini Arka hanya memanfaatkan saja.

“Udah Sis nggak usah nangis lagi. Mbak sudah memaafkan semuanya,” ujar Rani tulus.

Siska pun memeluk Rani erat dan berjanji akan berubah dan tak akan membantah ucapan orang tuanya.

“Aku bantu ya Mbak, biar cepat selesai.”

Rani pun mengangguk dan melanjutkan menyusun barang-barangnya. Ia pun meratapi kamar yang sudah di tempatinya kurang dari tiga tahun ini dengan raut sedih. Bahkan Rani sampai meneteskan air matanya, tangis dan tawa dalam mengiringi langkahnya perjalanan rumah tangganya berputar-putar di benaknya.

Cukup lama Rani melamun membayangkan rumah tangganya yang telah karam sudah. Angan-angan hidup bahagia sampai hari tua tapi nyatanya hanya angan belaka. Rani pun menghapus sudut matanya yang berair. Dan kembali memasukkan barang-barangnya.

Setelah tiga jam'an barang-barang Rani telah tersusun rapi di sudut ruangan. Mereka pun keluar dari kamar dan Rani pun mengorder makan malam terakhir untuk keluarga benalu seperti Arka.

Setengah jam akhirnya makanan yang di order pun sampai, setelah membayarnya Rani pun melangkah ke meja makan dan memanggil semua orang. Keluarga Arka menatap bingung dengan perubahan sikap Rani yang tiba-tiba seperti dulu lagi.

Arka yang mendengar panggilan Rani menjadi semangat dan melangkah senang. Ia pun duduk di meja makan sambil menatap Rani yang sedang menghidangkan makanan. Bu Sandra duduk dengan senang karena ia merasa Rani sudah seperti dulu lagi.

“Nah kalau ginikan enak Ran, Mama suka kalau mau seperti dulu lagi,” celetuk Bu Sandra.

Rani diam saja tanpa menjawab ucapan Bu Sandra sedikitpun. Ia tetap sibuk memanaskan masakan yang baru saja di orderan. Makanan yang di pesan Rani sudah terhidang di meja makan tampak makanan begitu menggugah selera. Tanpa aba-aba keluarga Arka langsung saja mengambil makanan dan memakannya dengan rakus, Siska menatap tak percaya melihat sifat asli keluarga Arka seperti itu.

Ia pun memutuskan untuk pergi setelah beberapa hari kepergian Rani yang tiba-tiba. Rani dan Siska pun pergi ke ruangan TV membawa makanan mereka dan memakan dengan hikmat.

Setelah selesai mereka duduk di ruangan TV. Keluar Arka yang sudah kenyang pun duduk di ruangan TV tanpa membereskan bekas makan mereka.

“Emm, Ran,” panggil Bu Sandra.

Rani menoleh dengan alis terangkat. “Ada apa Ma?”

“Mama minta uang dong! Nggak banyak sayang cuman dua juta saja,” ucap Bu Sandra tanpa rasa malu sedikitpun.

“Uang?”

“Iya, masa kamu nggak dengar sih,” sewot Bu Sandra kesal.

“Nggak ada! Emang dicari uang gampang apa. Suruh Mas Arka saja yang bekerja jangan biasanya jadi benalu.”

“Kenapa juga Mas yang dibawa sih Dek?” gerut Arka kesal.

“Eh Mbak, jangan lupa uang semesteran Dina kemarin harus dikembalikan,” sahut adik ipar Rani.

“Itu bukan tanggung jawab Rani lagi. Mau uang semesteran Dina kek apa kek itu bukan tanggung jawab aku. Apa gunanya Mas Arka yang masih sehat seperti itu kalau kerjaannya hanya minta saja,” tungkas Rani kesal.

“Selama ini aku rasa sudah cukup! Terlalu banyak uang yang aku habiskan untuk keluarga benalu seperti kalian.” Selesai mengatakan itu Rani pun berlalu pergi dari hadapan mereka dan melangkah ke dalam kamar.

Siska masih duduk tenang setelah kepergian Rani.

Bu Sandra pun terlihat amat kesal karena penolakan Rani, ia pun menatap Siska kesal. “Lebih baik kau cari kerja sana jangan hanya jadi benalu di rumahku!”

“Ogah banget! Aku ini seorang istri buka babu kalian.”

Siska pun memutuskan untuk pergi dan kembali ke dalam kamar dengan kaki yang dihentakan. Ia pun langsung merebahkan diri di atas ranjang dan mulai tertidur karena kelelahan.

***

Subuh, pukul tiga pagi Rani pun sudah bangun dan mulai bersiap-siap untuk pergi dari neraka ini. Siska pun membantunya dengan cepat agar keluarga Arka tidak ada yang tau.

Setelah barang Rani sudah tersusun rapi di dalam mobil. Siska pun memeluk Rani erat.

“Hati-hati Mbak, kabari aku jika sudah tiba.”

“Aman, kamu juga kabarin aku jika terjadi kehebohan ya.”

“Aman Mbak, setelah beberapa hari Mbak pergi aku juga mau pergi kok nggak tahan sama keluarga benalu seperti mereka,” ujar Siska.

Rani pun tertawa dan berpamitan pergi. Siska pun menatap kepergian Rani setelah jauh ia pun menutup pintu rumah dengan cepat.

“Dasar keluarga yang tak bersyukur!” gumam Siska menutup pintu kamar dan menguncinya.

Ia pun melanjutkan tidur dan berpura-pura tak tahu tentang kepergian Rani yang secara diam-diam.

***

Siska yang bangun tidur hari ini merasa tak semangat karena sosok Rani telah pergi meninggalkan rumah dengan membawa segudang luka.

Arka yang menatap hanya Siska yang keluar dari kamar terlihat kebingungan. Ia pun menghampiri Siska yang berjalan ke arah dapur.

“Siska. Rani mana?”

“Mbak Rani? Loh aku kira Mbak Rani udah keluar duluan Mas.”

“Nggak ada. Aku dari tadi sudah bangun tak ada aku lihat Rani keluar. Apa ia masih di dalam kamar?”

Siska menggelengkan kepalanya. Arka pun terlihat kebingungan dan mengecek kamar Rani tapi yang dicari pun tak ada di dalam kamar. Arka tak tinggal diam ia pun melangkah ke sekeliling rumah tapi tak menemukan Rani.

Ia pun berlari cepat dan membuat garasi, mulut Arka terbuka dengan mata melotot melihat mobil Rani tak ada di dalam garasi. Perasaan khawatir karena tak mengetahui kepergian Rani yang secara tiba-tiba.

Arka pun berlari masuk ke dalam kamar Rani dan membuka lemari dan ia hanya berdiri mematung karena tak menemukan satu baju pun milik Rani.

Ia pun segera berlari dan mengatakan dengan Bu Sandra.

“Ma.”

Tok…

Tok…

Ceklek. Pintu terbuka dengan lebar, Bu Sandra menatap kesal karena Arka sudah mengganggu tidurnya.

“Kamu apa-sih Ka, ganggu aja!”

“Ma. R-rani pergi dari rumah.”

Bu Sandra terlonjak kaget mendengar ucapan Arka. Ia pun langsung melangkah ke dalam kamar Rani dan menatap isi lemari yang kosong dengan tubuh lemas. Pikiran tentang hidup miskin lagi menari-nari di benak Bu Sandra ia tak ingin kembali seperti dulu lagi karena tak memiliki apapun hingga Bu Sandra pingsan karena tak sanggup dengan fakta kepergian Rani.

Bersambung…

Next?