NovelToon NovelToon
Orin

Orin

Status: sedang berlangsung
Genre:nikahmuda / Mengubah Takdir / Konglomerat berpura-pura miskin
Popularitas:44.1k
Nilai: 5
Nama Author: Yenny Een

VROOOM!

VROOOM!

Orin mempercepat laju motornya menerobos derasnya hujan. Orin bahkan tidak menyentuh rem sama sekali. Entah kenapa hatinya tidak terima mendengar perkataan jujur dari teman-temannya. Orin menangis di tengah gemuruh dan derasnya hujan. Matanya basah tiba-tiba penglihatannya mengabur.

SZZZZT!

Kilatan petir yang menyilaukan menyadarkan Orin. Mata Orin melebar selebar-lebarnya tatkala nampak seorang nenek tua tepat di depan motornya. Orin panik, dia menginjak rem belakang. Usahanya percuma karena Orin terlanjur menghabiskan full gas motornya. Orin berteriak dan terus menekan klaksonnya.

TIN!

TIIIIIIIIINNN!

CKIIIITTTT!

BRAAAAKK!


Yuk ikuti ceritanya!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yenny Een, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 35 Terpuruk

Orin masih berada di rumah sakit kota J. Kondisi Orin masih lemas. Orin tidak bertenaga. Orin kehilangan semangat untuk hidup. Hanish sangat prihatin dengan keadaan Orin. Orin semakin dihantui rasa bersalah. Rasa bersalahnya sangat besar sehingga Orin takut untuk hidup.

Dalam keadaan terpuruk Orin hilang arah. Hidupnya terombang ambing. Orin merasa sedih kehilangan anak yang 7 bulan selalu menemaninya di dalam kandungan. Orin juga takut bertemu anggota keluarganya terlebih dengan Aydin. Orin takut disalahkan, Orin takut dibuang, Orin takut sendirian.

Dikara sang penyihir menggunakan kesempatan ini untuk mendekati Orin. Dikara masuk ke alam bawah sadar Orin. Dikara melihat tidak ada lagi kekuatan yang melindungi Orin. Cahaya merah yang dulu menyerang dirinya pun sudah lenyap. Cahaya kecil yang mampu menghisap kekuatan Dikara, untung Dikara berhasil melarikan diri pada waktu itu.

Dikara menarik jiwa Orin yang sedang tertidur lelap ke alam bawah sadarnya. Orin terbangun mendapati dirinya berada di depan sebuah danau. Dikara membuat bayangan ilusi di atas danau itu. Bayangan Orin yang tersakiti karena melihat Aydin bercumbu dengan seorang wanita. Kemudian bayangan Orin yang seolah sengaja membuat bayinya tiada.

Dari bayangan itu terlihat jelas bagaimana Aydin menangis meratapi kepergian anaknya. Aydin begitu marah kepada Orin yang egois, tidak memikirkan bayi yang ada di dalam kandungannya. Aydin sangat membenci Orin. Aydin bahkan terang-terangan ingin membalas dendam kepada Orin.

Aydin memerintahkan orang-orang untuk mencari Orin dan menugaskan mereka untuk menangkapnya. Aydin juga mendapatkan pengganti Orin. Aydin sekarang bersama Sara. Mereka berdua tertawa bersama.

Orin berbalik tidak sanggup melihat kemesraan Aydin dan Sara, Orin menutup kedua telinganya. Orin menangis sejadi-jadinya. Orin bahkan memukul dadanya yang begitu sesak meluapkan rasa sakit. Dikara menghampiri Orin yang terduduk lesu di tanah.

"Apa yang terjadi kepadamu? Mengapa kamu bisa ada di sini?" tanya Dikara.

"Apa sekarang aku hampir mati?" Orin mengangkat wajahnya.

"Apa kamu ingin mati?" Dikara menatap mata sayu Orin.

"Jika waktu ku telah tiba, aku siap. Aku ingin bertemu dengan anakku," jawab Orin.

"Sayangnya aku bukan lagi Malaikat Maut. Tapi aku bisa membantumu untuk membalas dendam. Apa kamu ingin menghabisi wanita yang bernama Sara?"

"Tidak, dosa ku sudah banyak."

"Orin, yang menyebabkan Anak mu pergi dari dunia itu semua karena Sara. Andai saja Sara tidak bermesraan dengan Aydin, kamu tidak akan sakit hati, kecewa. Sara telah berhasil menyerang kondisi mentalmu. Sebab itulah Anakmu meninggal. Semua karena wanita itu Orin. Semua karena Sara!" Dikara mencoba menabur kebencian kepada Orin.

Orin memegang dada dan kepalanya yang sakit. Napasnya terasa tercekik.

Di dunia nyata, perawat yang kebetulan bertugas mencek infus Orin melihat Orin yang gelisah dalam tidurnya. Orin mencekik lehernya dengan kedua tangannya sendiri. Perawat itu memencet bel yang ada di atas kepala Orin. Perawat itu berusaha melepaskan cengkeraman Orin.

Hanish dan perawat yang lain masuk ke dalam ruangan Orin. Hanish mencoba menyadarkan Orin. Tapi Orin tidak merespon. Cengkraman tangan Orin semakin kuat. Hanish terpaksa menyuntikkan obat penenang ke dalam infus Orin.

Orin kembali tenang dalam pengaruh obat bius. Hanish melihat tanda merah di leher Orin. Untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, Hanish mengikat kedua tangan Orin di samping tempat tidurnya.

"Maafkan aku Orin. Aku harus melakukan ini. Ini demi keselamatan mu." Bisik Hanish.

Hanish keluar dari ruangan Orin. Hanish mengeluarkan ponselnya dan menghubungi seseorang. Hanish melakukan temu janji dengan orang yang ada di dalam telepon. Hanish mengatakan kepada orang itu untuk datang ke Kota J secepatnya.

Hanish kembali ke dalam ruangan Orin.

"Maaf Orin, aku mengingkari janjiku." Hanish meninggalkan Orin yang masih dalam pengaruh obat bius.

Hanish menunggu seseorang di bandara Kota J. Orang yang ditunggu sudah tiba. Hanish membawa orang itu ke suatu tempat. Hanish berhenti di tempat sepi, taman bermain yang masih sepi pengunjung. Hanish keluar dari mobilnya.

"Hanish, apa yang membuatmu memanggil ku? Aku tahu pasti ada hal yang penting. Aku terbang menggunakan pesawat pribadi," kata Aydin.

PLAK!

Hanish menampar pipi Aydin.

BUGH!

Hanish memberikan tendangan ke perut Aydin. Aydin terduduk sambil memegang perutnya yang sakit.

"Aagghh, Hanish jauh-jauh aku terbang kemari apa ini yang kamu bilang penting!"

"Itu untuk Orin. Keefe apa yang terjadi? Mengapa kamu selingkuh dengan Sara? Jika kamu tidak mencintai Orin bukan begini caranya. Kamu telah merobohkan fondasi psikologis Orin, menciptakan kehampaan hati yang sulit diisi!"

"Orin? Apa Orin bersamamu? Katakan Hanish dimana Orin!" Aydin bangkit dan memegang kerah Hanish.

"Apa kamu masih mencintai Orin? Jujur Keefe!" Hanish dan Aydin saling menatap tajam.

Aydin melepaskan cengkeramannya. Aydin duduk di kursi taman. Aydin mengambil napas sebanyak mungkin. Dan Aydin menceritakan pertemuannya dengan Sara. Aydin menceritakan bagaimana Sara dengan paksa menciumnya di depan umum. Orin melihat semuanya. Orin cemburu, sakit hati dan Orin pergi meninggalkan dirinya.

Ternyata Orin berada di kota S. Dan menurut Dokter, Orin mengalami stres berat dan menyebabkan Orin terpaksa melahirkan prematur secara Caesar. Dan kebakaran besar terjadi, Aydin berhasil menyelamatkan anaknya, tapi tidak dengan Orin. Sampai sekarang Orin tidak ditemukan.

Hanish bertanya untuk kesekian kalinya, apakah Aydin masih mencintai Orin. Aydin tentu saja masih dan sangat mencintai Orin. Aydin tidak pernah menduakan Orin. Hanish juga menanyakan apakah Aydin akan selalu menyalahkan kematian anak mereka, karena kecerobohan Orin.

"Apa maksud pertanyaan mu?" Aydin mengernyitkan keningnya.

"Keefe, Orin mengalami perasaan bersalah teramat besar. Orin takut disalahkan karena dia, anak kalian meninggal dunia. Orin takut bertemu keluarganya, terlebih kamu. Orin takut kamu akan menghukumnya," jawab Hanish.

"Hanish, anak kami masih hidup. Dia selamat dari kebakaran. Orin, sebegitu jahatnya kah diriku di matamu?" Aydin terkulai lemah.

"Anak kalian masih hidup? Orin, kamu tersiksa dalam pikiran mu sendiri." Hanish menyesali keadaan Orin.

"Keefe, sewaktu kebakaran terjadi kebetulan aku ada kunjungan ke rumah sakit S. Dan ketika kobaran api mulai membesar, aku membawa Orin keluar dengan menggendongnya. Aku membawanya ke rumah sakit terdekat. Tapi karena kondisi rumah sakitnya tidak memadai, Orin aku bawa ke kota ini," cerita Hanish.

"Dan bagaimana kondisi Orin?"

"Karena rasa bersalahnya, Orin kehilangan semangat hidup. Dan baru-baru ini, Orin mencekik lehernya sendiri dalam keadaan tidak sadarkan diri."

"Hanish, tolong bawa aku ke Orin, please!" mohon Aydin.

"Baiklah, ayo masuk ke dalam mobil," Hanish dan Aydin masuk kembali ke dalam mobil menuju rumah sakit tempat Orin dirawat.

- Di alam bawah sadar Orin

"Apa yang akan kamu lakukan jika Aydin datang?" tanya Dikara.

"Dia tidak akan datang, karena aku tidak akan menemuinya," jawab Orin.

"Ikutlah bersamaku," Dikara terus membujuk Orin untuk meninggalkan dunianya.

Dikara mengulurkan tangannya ke arah Orin. Orin dengan mantap membalas uluran tangan Dikara, tapi Orin kembali menarik tangannya. Orin mendengar suara seseorang memanggilnya.

"Sayang, sayang,"

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

1
Ma Chan
🐯🐯🐯🐯🐯
Queen
oh tidak 😱
Queen
tajam kali mulutnya
Queen
nah lho?
Kara
suka
Queen
/Facepalm/
Queen
mantan lagi
Queen
hadeh ne cewek
Queen
astaga tu mulut
Queen
😅
Queen
waduh 😱
Queen
kasian
Queen
😱
Queen
😱😱😱😱😱
Queen
padahal kesempatan sdh didpn mata. terlalu bail hatimu Dikara. tidak seperti Dikara satunya.
Queen
parah ni cewek
Queen
ngidam gorengan 😅
Queen
😁
Queen
emang Faris 😄
Queen
😱
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!