Gloomy Wedding

Pagi - pagi sekali Barra sudah berada di kantor. Dia ingin mengatakan semua hal yang terjadi padanya Pada Liam. Karena dia akan gila jika dia menyimpannya seorang diri.

"Liam! Aku tidak peduli kau akan percaya atau tidak padaku! " Barra tiba - tiba berucap sembari menggebrak mejanya dengan satu tangan.

"Memangnya ada apa, Tuan? " Tanya Liam.

"Aku bermimpi, ahk! Entah itu mimpi atau nyata. Tapi yang pasti, aku mengalami hal aneh. Aku sudah dua kali memimpikan pria yang sama. "

"Pria yang sama? " Pria itu terlihat menyipitkan mata, seolah mengartikan hal lain dari ucapan Barra.

"Sialan! Bukan berarti aku menyukai Pria! Tapi aku memimpikan pria yang selalu mengatakan hal yang aneh padaku! "

"Memangnya hal aneh apa, Tuan? "

"Dia tau jika aku tengah mencari Bella sekarang. Dia juga mengetahui tentang penyerangan yang ku alami 2 tahun yang lalu, bahkan dia juga mengatakan jika dia lah yang telah membantuku lolos dari mereka. "

"Benarkah? "

Barra mengangguk. "Iyah! Tapi aku tidak percaya! Tapi dia bisa mengetahui hal itu. Dia juga mengatakan hal yang lebih aneh lagi, dia mengatakan jika wanita yang saat ini bersama ku bukanlah wanita yang ku inginkan. Dan dia juga berkata jika wanita yang aku inginkan bukanlah wanita yang saat ini bersamaku, tapi yang berada jauh dariku. Apa kau mengerti Liam? Aku sama sekali tidak mengerti dengan apa yang dia maksud. " Ucap pria itu panjang lebar.

"Wanita yang saat ini berada jauh dari Anda? " Liam mengerutkan keningnya terlihat berpikir.

"Iyah! Dan aku sama sekali tidak mengerti. Wanita yang ku inginkan sudah jelas Jovita! Kenapa dia malah mengatakan hal itu! Padahal aku hanya dekat dengan dia saja. "

"Tuan, jangan lupakan jika Nona Bella masih istri anda! " Tegas Liam.

"Aku tidak akan pernah melupakan hal—"

Liam dan Barra saling pandang. Kedua pria itu memiliki pikiran Yang sama sekarang.

"Wanita yang dekat dengan anda saat ini adalah Nona Jovita, sedangkan wanita yang saat ini jauh dari Anda adalah.. " Liam menggantungkan ucapannya.

"Bella...! "

Barra terlihat berpikir dan juga terlihat gelisah. Dia mencoba mengait kan semua yang pernah pria itu ucapakan padanya. Mulai dari awal sampai yang kedua kalinya pria itu muncul.

"Wanita yang jauh dariku.. "

"Tuan, apa mungkin yang pria itu maksud adalah Nona Bella? "

Barra terdiam. Tidak mungkin Bella adalah wanita yang dia inginkan. Sudah jelas jika Jovita adalah Cintanya. Bagaimana bisa?

"Liam, dia juga mengatakan jika aku mengetahui yang sebenarnya maka aku pasti akan bersujud di kaki Bella. Sepertinya, dia mengetahui sesuatu yang tidak kita ketahui. "

"Tapi Tuan, ini sangat aneh. Bagaimana dia bisa mengetahui semua hal itu? "

"Aku juga tidak tau Liam. Aku pun masih ragu ini sebuah kenyataan atau hanya mimpi saja. Tapi aku merasakan semua itu seperti sangat nyata. Yang membuatku berpikir itu nyata adalah, kau lihat wajahku? Wajahku seperti ini karena di pukul oleh pria itu! "

"Jika aku hanya bermimpi dan semua yang ku dengar adalah mimpi semata, lalu bagaimana luka ini bisa ada? Bahkan rasa sakitnya bisa ku rasakan sampai dunia nyata. "

"Ini sangat aneh Tuan. Tapi sepertinya, pria itu mencoba memberikan petunjuk pada anda. Bisa saja ada hal penting yang tidak kita ketahui dan orang itu mencoba memberitahu kita. "

"Tapi dia selalu berbicara berbelit - Belit. Tak bisa ku mengerti hanya dalam sekali dengar. Aku butuh waktu mencerna ucapannya seperti saat ini. Aku baru mengerti arti ucapannya setelah ku katakan padamu! " Barra memijat pelipisnya yang terasa begitu pening. Dia merasa seluruh dunia tengah mempermainkannya sekarang.

"Saat aku bangun dari semua hal yang terjadi, aku masih di tempat yang sama. Dan jika aku di bawa pergi, seharusnya aku bisa merasakannya. Tapi aku tidak merasakan apapun saat di bawa keruangan itu jika memang itu bukan mimpi. " Pria itu kembali berucap. Kembali memikirkan semua hal aneh yang telah menimpanya.

"Tuan, jika nanti dia kembali lagi masuk ke dalam mimpi anda atau apapun itu. Coba anda dengarkan saja dia, mungkin saja kita bisa mendapatkan informasi termasuk Lokasi Nona Bella. "

"Itulah yang membuatku curiga kalau dia adalah orang yang sudah membantu Bella untuk kabur. Tapi dia selalu melayangkan pukulan padaku setiap kali akan bicara, aku Benci padanya! " Barra mengeraskan rahangnya saat mengingat apa saja yang pria itu lakukan padanya hingga wajahnya babak belur seperti ini!

"Coba ikuti saja permainan Nya, Tuan! Kita pasti akan mendapatkan sesuatu lagi! "

"Walaupun Aku jadi korban? " Barra mendelik menatap wajah Liam yang langsung nyengir.

"Mau bagaimana lagi, Tuan? Harus ada korban jika ingin berhasil. "

"Cih! Sudah pergi sana! " Barra mengusir Liam yang langsung di angguki oleh pria itu.

Liam pergi keluar. Yang lambat laun membuat senyum di bibirnya lenyap.

“Bagaimana? ” Terdengar suara dari Headphone yang tengah Liam pakai. Suara seorang pria terdengar bertanya di sana.

"Terkendali. Dia sudah mulai memahami maksud ucapan mu. "

“Baguslah! Malam ini akan ku datangi lagi dia. Akan ku hajar dia lagi dan akan ku katakan hal yang lebih mengejutkan dan membingungkan lagi untuknya. Tapi tentu, dia harus berusaha mencari Tahu dulu arti dari ucapan ku! ” Pria di sebrang sana terdengar terkekeh dengan berat.

"How cruel, even though he is—"

“Shut up! I know that! Itu sebabnya aku akan mengajarinya agar menjadi pria Pintar! ”

"Baiklah. Terserah kau saja. "

Sambungan terputus, Liam keluar dari dalam Lift menuju ruangan miliknya.