"Kita ini Kaka beradik, Boy. jadi kamu tidak boleh mencintaiku!" Aya.
"Kita Kaka adik hanya dalam kartu keluarga. tapi kenyataanya kita tidak ada hubungan darah. jadi Aku bisa menikahi kamu!" Boy.
Boy dan Aya memiliki hubungan yang rumit. papah mereka punya istri dua. Boy anak dari istri kedua sedang Aya anak dari istri pertama. tapi Aya bukan anak kandung, melainkan anak adopsi.
Boy dan Aya sedari kecil selalu bersama. sampai akhirnya Boy punya rasa nyaman dan cinta pada Aya. sayangnya cinta Boy di tolak Aya karena Aya tidak mau membuat keributan di dalam keluarganya. Bagai mana kisah cinta mereka. yuk lanjut baca aja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tuti yuningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Boy Berangkat Ke Belanda
Boy dan Aya masih menikmati kegiatannya. Aya rupanya sampai tidak bisa mengimbangi ciuman Boy. Aya lalu memukul dada Boy karena nafasnya sudah habis.
Boy lalu melepaskan ciumannya. Boy tersenyum melihat Aya yang melotot sambil mengusap bibirnya yang basah.
"Kamu tuh selalu saja bikin aku kehabisan nafas. Kamu pengin aku mati ya?"
"Ya ngga lah, masa aku pengin kamu mati. Soalnya bibir kamu enak sih Ya."
"Ih apa sih. Awas aku mau keluar," Aya mendorong badan Boy agar menyingkir dari hadapannya. Saat Boy terdorong ke belakang, Mamih pas masuk.
"Eh ada apa ini? Kalian kok dorong dorongan."
Aya dan Boy langsung kaget dan melihat ke Mamih. Aya terlihat bingung mau menjawab dan melihat ke Boy.
"Ini Mih, Aya mau keluar. Tapi Boy tahan karena Boy masih butuh bantuan nya."
"Oh. Emang mau rapikan apa lagi?" Boy berpikir lagi karena koper semua sudah beres.
"Boy suruh Aya rapikan lemari bajunya Mih. Makanya Aya ngga mau," Aya yang menjawab karena melihat Boy yang kebingungan.
"Boy, kamu tuh ngapain suruh Aya rapikan baju di lemari. Biar nanti mba aja nanti yang rapikan."
"Iya Mih."
"Mih. Aya keluar dulu ya."
"Iya sayang."
Aya melihat ke Boy dulu sebelum pergi, dan Boy mengangguk. tapi saat Aya baru sampai pintu, Mamih memanggilnya.
"Aya, tunggu."
Aya berhenti berjalan dan berbalik menghadap Mamih.
"Ada apa Mih?"
"Itu bibir kamu kenapa? Kok kaya bengkak."
Aya memegang bibirnya. Dan memang Aya merasa bibirnya besar.
"Masa sih Mih. Tapi bibir Aya ngga kenapa kenapa?"
Boy takut Mamih nya curiga langsung bilang ke Mamih nya.
"Aya gemuk kali Mih. Makanya ada yang berubah."
"Mungkin juga sih. Ya sudah kalau Aya mau pergi, pergi aja."
Aya mengangguk dan langsung pergi. Aya takut Mamih jadi tau kalau dirinya habis ciuman dengan Boy.
Mamih bertanya pada Boy apa sudah menyiapkan semua yang mau di bawa ke Belanda.
"Sudah semuanya Mih. Semua sudah di tatap di koper."
"Awas jangan ada yang ketinggalan," Mamih sambil memeriksa koper Boy.
"Iya Mih."
"Berangkat jam berapa ke Bandaranya?"
"Jam 8 malam."
"Ya sudah kalau gitu Mamih mau mandi dulu."
"Iya Mih."
Mamih lalu keluar dari kamar Boy. Sedang Aya di kamarnya berdiri di depan kaca. Aya sedang melihat bibirnya. Dan benar bibirnya besar yang bawah.
"Kenapa besar begini ya. Apa karena tadi habis di cium Boy. Apa efeknya jadi besar gini. Kayanya yang kemarin ngga gede begini deh," Aya bicara sambil mengusap bibirnya.
Malam harinya semua makan malam bersama. Malam ini makan malam terakhir Boy di rumah sebelum pergi ke Belanda.
Semua terlihat ceria. Boy walaupun mau pergi ke Belanda tapi terlihat paling bahagia. rupanya Boy merasa bahagia karena Aya sekarang sudah jadi kekasihnya.
Selesai makan malam, Boy langsung bersiap untuk pergi ke Bandara. Dan semuanya mau ikut mengantar.
Boy duduk dekat Oma di kursi no dua bersama Mamih. Sedang di depan Papih bersama Bunda. Di belakang ada Aya dan Ayu.
Oma terlihat sedih lagi karena Boy mau berangkat. Tapi Boy bilang ke Oma kalau Oma ngga boleh sedih karena Boy mau cari ilmu.
Sampai di bandara, Boy memeluk semua orang satu persatu. Dan yang terakhir Aya.
"Aku pergi dulu ya Ya. Kamu kuliah yang bener, jangan pergi pergi.
"Iya. Kamu juga hati hati di sana ya."
Boy memeluk Aya sambil berbisik di telinganya. "Besok jangan lupa ke Belanda ya." setelah bicara, Boy mencium telinga Aya membuat Aya merinding disko.
Aya tidak menjawab tapi mengangguk sangat pelan. Boy melepaskan pelukannya lalu tersenyum.
"Nanti kalau sudah sampai, kabarin Mamih ya sayang."
"Iya Mih."
"Ya sudah sana masuk."
Boy tersenyum lalu menarik kopernya dan berjalan masuk ke dalam. Ayu menangis melihat Boy yang pergi.
Papih langsung memeluknya."Jangan menangis dong sayang. Kan Abang mau sekolah biar pintar."
"Iya. Nanti juga Abang pulang kok kalau libur kuliahnya," kata Mamih.
Aya melihat terus ke Boy sampai Boy. Boy menengok ke belakang saat mau berbelok. Boy melambaikan tangannya. Ayu di dalam hatinya tiba tiba merasa sedih.
Setelah Boy tidak terlihat, semuanya pulang ke rumah. Di mobil semuanya diam. Ayu memeluk Mamih nya karena masih merasa sedih. Aya memejamkan mata sambil kepalanya di sandarkan di jok mobil. Aya juga sedih tapi tidak di lihat kan.
Jangan lupa like komentar dan vote terimakasih...