Asistenku Bukan Laki-laki

"Aahh..." Ciara mengerang pelan seraya membuka matanya perlahan.

Kepalanya masih terasa berdenyut-denyut namun, tubuhnya tidak terasa selemas sebelumnya.

"Gue..." Ciara memperhatikan langit-langit kamar.

"Kok gue tidur di kamarnya Bang Rivan?"

"Gue... gue gak kerja? Aduh," Ciara terkejut saat tiba-tiba ada tangan kekar yang terjauh di depan wajahnya. Ciara pun langsung menyingkirkan tangan kekar itu dari wajahnya dengan kesal.

Matanya membulat sempurna saat menyadari Hassel tertidur di sampingnya. Ia memperhatikan wajah blasteran di sampingnya itu dengan mata belonya.

"Pak Hassel? Kok dia bisa ada di sini? Dari kapan dia ada di sini?" Gumamnya merasa bingung.

Detik berikutnya Ia pun menatap selang infus yang terpasang di tangan kanannya. Seulas senyuman pun terbit dari bibir merahnya.

Ternyata Hassel tak seburuk yang Ia kira. Walaupun laki-laki itu arogan, suka marah-marah, suka ngomel, dan suka melimpahkan kesalahan kepadanya tapi, semakin kesini Ciara semakin mengetahui sisi baik laki-laki itu.

Ciara kembali menatap wajah Bosnya yang sedang tertidur pulas itu. Tangan kirinya terarah untuk menyentuh pelipis Bosnya itu.

Tiba-tiba saja mata Hassel terbuka dan tatapan keduanya pun bertemu satu sama lain. Ciara berdekhem seraya buru-buru menarik tangannya kembali dan mengalihkan pandangannya dengan cepat.

"Bapak dari kapan di sini?" Tanya Ciara tanpa menatap Hassel.

"Dari kamu pingsan." Balas Hassel seraya terbangun dari posisi tidurannya.

"Untuk satu minggu kedepan kamu tidak usah kerja. Saya izinkan kamu beristirahat." Hassel beranjak dari tempat tidur Ciara seraya merapihkan jasnya.

"Beneran Pak?" Ciara nampak antusias.

"Iya. Tapi tetap kamu harus kabari saya." Ciara tersenyum dan mengangguk cepat.

"Yasudah saya pulang dulu. Jangan lupa obatnya di minum." Hassel melirik ke arah Ciara dengan tatapan dinginnya.

"Iya Pak."

Setelah penampilannya rapih, Hassel pun keluar dari kamar Ciara dan bergegas pergi.

"Yesss libur 1 minggu. Hidup tenang tanpa omelan Bos." Girang Ciara.

"Adududuh..." Ciara meringis saat selang infusnya tak sengaja tertarik.

"Yes libur...." Namun nampaknya gadis itu tak terlalu memperdulikan.

****

Akhirnya karena Ciara libur untuk 1 minggu Bara lah yang harus kerepotan sendiri menghandle semuanya. Perannya sekarang doble menjadi sekertaris dan asisten pribadi secara bersamaan.

"Ck! Awas aja kalo akhir bulan gak ada gaji tambahan buat gue!" Dumel Bara dengan tangan yang masih terus menumpuk laporan-laporan yang biasanya menjadi tugas Ciara.

"Bro," Tubuh Bara mengejut saat merasakan ada tepokan tangan di pundaknya.

"Gue dua hari ini gak liat Tara. Kemana dia?"

"Sakit katanya. Makanya Pak Hassel nyuruh gue handle semua tugas-tugas dia." Balas Bara dengan ekspresi sebalnya.

"Sakit? Sakit apa? Kok dia gak ngabarin gue?"

"Mana gue tau. Pak Hassel cuma bilang dia sakit aja."

"Yaudah, semangat." Ledek Matheo sebelum akhirnya berjalan pergi.

"Ah sialan lo!"

Matheo kembali ke mejanya. Karena merasa khawatir laki-laki itu memutuskan untuk melakukan video call dengan Ciara. Ia ingin melihat kondisi gadis itu dengan matanya.

Tak lama kemudian layar handphonenya menampilkan wajah bantal seorang laki-laki.

"Hallo bro, lo sakit apa?"

"Demam doang tapi lumayan, libur 1 minggu."

"Gue main ke rumah lo ya pulang kerja. Share lock rumah lo."

"Dih mau ngapain?"

"Jengukin lo lah masa dangdutan."

"Ya boleh aja asalkan bawa ekhem masakan Ibu lo."

"Iya tenang aja nanti gue bawain."

"Boleh banget kalo gitu."

"Yeeek, dasar otak makanan! Gendut tau rasa lo!"

"Matheo." Matheo langsung mematikan panggilan video call nya dengan Ciara saat mendengar suara Hassel.

"Iya Pak?"

"Kamu lembur sampai malam!" Hassel meletakkan setumpuk dokumen ke atas meja Matheo.

"Lembur Pak? Kan kemaren saya udah lembur."

"Ya... Saya gak peduli." Hassel mengedikkan bahunya dan berjalan pergi dengan acuh.

Matheo berusaha mengatur emosinya agar tak meledek. Entah kenapa Matheo merasa jika akhir-akhir ini Hassel sangatlah menyebalkan, padahal Ia tidak pernah berbuat salah kepada Bosnya itu.

"Ck, padahal niatnya kalo pulang sore gue mau jenguk Tara." Matheo menyenderkan kepalanya ke leangan kursi merasa frustasi.