NovelToon NovelToon
Broken

Broken

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Mengubah Takdir / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:66k
Nilai: 4.9
Nama Author: Lindra Ifana

Ammar Ratore seperti tak percaya dengan apa yang di lihatnya, pria tua itu bisa melihat sorot dan warna mata gadis penolongnya sama persis dengan putranya. Seperti ada sesuatu yang menghubungkan gadis itu dengannya walau baru sekali ini mereka bertemu.
Ternyata kecelakaan yang menimpa dirinya telah menjadi kunci pembuka sebuah tabir yang tertutup rapat dari semua orang.
"Bisakah aku meminta satu hal lagi padamu? Aku mohon tanda tangani surat pernikahan ini, biarkan aku menebus semuanya!"
Apakah semua akan berjalan sesuai keinginannya? Apakah keputusannya untuk menikahkan gadis itu dengan cucu tunggalnya adalah sebuah yang tepat?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lindra Ifana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

3

Bella hanya mengikuti langkah dua pria didepannya tanpa banyak bertanya, berharap setelah melihat Ammar baik baik saja maka ia bisa segera pergi dari rumah sakit. Banyak pekerjaan yang sudah menantinya, sebelum pergi bekerja ke supermarket ia harus pergi ke panti asuhan tempatnya bernaung dulu. Ada beberapa kantong roti dan susu yang akan ia berikan pada 'adik adiknya'. Setidaknya ia bisa sedikit membantu agar anak anak itu tidak kelaparan untuk dua atau tiga hari ke depan.

Sampai di depan sebuah ruangan VIP tiba tiba seorang dokter menghampiri dia dan dua penjaga dengan wajah panik.

"Adakah di sini yang mempunyai golongan darah rhesus negatif? Kami sedang membutuhkannya!"

"Rhesus negatif? Anda bisa ambil darah saya dokter!" seru Bella spontan. Dia berpikir mungkin salah satu korban kecelakaan tadi membutuhkan pertolongannya. Golongan darahnya termasuk langka, jadi tak banyak orang yang memilikinya.

" Anda?" sang Dokter tampak mengerutkan dahinya, ada sedikit rasa bersalah karena sudah melakukan permintaan salah satu pasiennya bernama Ammar.

"Saya hanya manusia yang ingin menolong sesama," sahut Bella yang melihat dokter itu malah terpaku menatapnya, bukan segera mengantar untuk mengambil darahnya. Mungkin dokter itu sangsi jika dia memang memiliki golongan darah yang disebutkan.

Sang dokter menghela nafasnya, seperti ada sesuatu yang urung dikatakan. "Baik, tapi sebelum ke ruang donor sebaiknya anda masuk dan menemui beliau. Tadi Tuan Ammar Rathore minta untuk bertemu dahulu dengan gadis penolongnya."

"Tapi bukannya pengambilan darah saya lebih penting? Saya masih bisa menemuinya nanti."

"Sebenarnya bukan hal yang terlalu darurat, hari ini banyak kecelakaan terjadi. Kami hanya berjaga jaga siapa tahu ada yang butuh golongan arah itu. Anda tahu jika Rhesus negatif adalah golongan darah yang langka," kata sang Dokter menatap dua penjaga seakan meminta agar mereka segera membawa masuk Bella ke ruang rawat Ammar. Jika bukan karena janji, dia tidak akan melakukan hal bodoh ini hanya untuk memastikan jika gadis didepannya memiliki golongan darah yang dimaksud.

" Dokter benar Nona, kita harus bergegas! Bukannya sore ini anda masih banyak pekerjaan? Sebaiknya kita segera menemui Tuan Ammar di dalam. Nanti kami akan mengantar anda ke ruang donor." Dua penjaga itu membuka pintu kamar dan mempersilahkan Bella untuk masuk. Dan gadis itu hanya mengedikkan bahunya ketika melihat sang dokter pergi ke ruang sebelah, mungkin memeriksa pasien lainnya.

Bella menggelengkan kepalanya pelan ketika pertama kali kakinya masuk ke ruang VIP dimana Ammar dirawat. Kamar itu bahkan empat kali lebih luas dari kamar sewanya, warna putih yang mendominasi membuat kamar itu terlihat lebih mewah. Dia yakin biaya satu hari tidur ditempat ini pasti akan menghabiskan satu bulan gajinya.

" Hei... maaf jika pria tua ini sudah membuatmu repot. Kau tahu sangat tidak nyaman ketika sakit tapi harus berada di tengah wajah wajah datar seperti mereka," kelakar Ammar yang membuat Bella tertawa kecil. Selain dua pria penjaga yang mengantarnya ternyata ada satu lagi pria berwajah garang yang menunggu Ammar di ruang rawat. Wajar jika Ammar mengeluh karena wajah pria itu sangat tidak bersahabat. Pria bertubuh tinggi besar itu sudah menatapnya tajam saat pertama kali ia melangkah masuk ke kamar ini.

Bella yakin pria parubaya didepannya adalah pria kaya raya, tapi entah kenapa dia melihat jika pria itu sangat kesepian. Sampai dalam keadaan seperti ini pun tidak ada satu pun keluarga yang mendampingi. Diusia senja seperti ini keluarganya malah menyerahkan penjagaan pria itu pada orang luar.

"Bisakah aku minta sesuatu padamu? Apakah kau berkenan datang lagi besok?"

Bella hanya mengangguk walau ragu apakah besok ia akan punya waktu datang lagi, "Akan saya usahakan Tuan...."

"Jangan panggil aku Tuan, panggil aku Grandpa seperti Diego memanggilku. Diego adalah nama cucuku."

"Baik Kakek, panggilan itu lebih familiar untuk saya. Anda keberatan?" tanya Bella kemudian mengangkat tas ranselnya bersiap untuk pergi.

"Tentu saja tidak, mereka akan mengantarmu pulang," kata Ammar seperti masih ingin bersama gadis muda yang baru tadi ia temui itu. Ada rasa damai ketika gadis itu berada di dekatnya.

"Terimakasih, tapi aku rasa tidak perlu. Aku punya kepentingan di tempat yang tidak jauh dari sini. Hanya beberapa blok dari sini!"

Setelah berpamitan Bella langsung keluar dari ruang rawat Ammar, dia harus segera ke panti yang kebetulan berjarak tak jauh dari rumah sakit.

Baru beberapa melangkah keluar kamar perhatian gadis itu tertuju pada seorang pria dan wanita yang sepertinya sedang bertengkar. Bukan berniat mencampuri, tapi Bella merasa jika pria itu terlalu kasar berbicara. Hal yang seharusnya tidak pantas dilakukan di tempat umum seperti ini. Dan yang membuatnya heran adalah orang orang disekitarnya hanya melihat tanpa berniat menengahi, sebagian malah mengabadikan momen itu diponselnya.

BRUUGGHHH ...

"Akkhhh!" pekik Bella ketika tanpa sadar dirinya menabrak seseorang. Sungguh, ia merasa seperti sedang menabrak sebongkah batu karang hingga bahu dan dahinya terasa nyeri.

"Ma-" sebelum mengucapkan permintaan maaf ternyata pria itu sudah melangkah pergi meninggalkannya. Tapi dengan jelas ia bisa mendengar umpatan umpatan kasar pria itu yang tentu saja ditujukan padanya.

"Gadis brengsek!!Apa matanya buta!?"

Bella tak mau ambil pusing, sepertinya hari ini adalah hari yang luar biasa untuknya.

*

CEKLEKKK ..

Diego langsung mendekat ke arah ranjang rawat kakeknya, rautnya terlihat sangat khawatir ketika melihat kepala sang kakek yang dibebat melingkar. Sengaja ia menggunakan jet pribadinya agar lebih cepat sampai dirumah sakit.

"Grandpa tidak apa apa? Bukankah kemarin sudah aku katakan jika aku saja yang mengurus proyek di kota ini? Dan KAU ..." tunjuk Diego pada kepala pengawal yang berdiri disamping ranjang kakeknya. Matanya nanar ke arah pria yang ia percaya untuk menjaga kakeknya.

"Begini kau menjaga Grandpa hah! Hanya sebuah truk bisa membuat dia seperti ini, apa kerjamu!?"

"Tuan Diego, maaf..."

BUGGHHH ...

Dengan gerakan cepat Diego melayangkan satu pukulan tepat di rahang Trace, hingga kepala pengawal itu hampir terpelanting jatuh. Ammar hanya menghela nafas ketika melihat semuanya.

"Jangan pernah lagi ada kejadian seperti ini, aku bunuh kau jika terjadi sesuatu pada Grandpa. Sebelum kesini aku bertemu dengan tim dokter yang menangani Grandpa. Mereka bilang akan ada pemeriksaan lebih lanjut lagi besok, termasuk scan kepala."

"Hei sudahlah, ini murni kecelakaan dan ini semua karena aku keras kepala. Trace susah menyiapkan penjagaan dengan sempurna. Semua bisa terjadi di dunia ini bukan?"kata Ammar yang hafal dengan watak cucunya yang selalu berapi api jika menghadapi masalah.

Dengan sebuah isyarat Ammar seperti meminta sesuatu pada Trace. Dua lembar kertas kosong bermaterai disodorkan pada Diego.

"lni apa Grandpa? Bukannya sudah aku katakan jika aku yang akan mengurus semua perjanjian dengan perusahaan di kota ini," kata Diego mengira jika dua lembar kertas itu adalah kertas dimana akan tertulis poin poin kesepakatan antara dua perusahaan.

" Tanda tangan saja di atas materai itu, besok adalah pemeriksaan kesehatanku secara menyeluruh. Kita tidak tahu apa hasilnya, aku hanya berjaga jaga."

"Aku tidak suka jika Grandpa berbicara seperti itu, kau akan naik baik saja!" sahut Diego.

"Kali ini aku memaksa Tuan Diego Saad Rathore, tanda tangani saja dan jangan banyak bertanya! Semua Grandpa lakukan untuk kebaikanmu!"

Dan akhirnya Diego mengalah, dia terpaksa menandatangani materai yang ada di kertas itu. Setidaknya hal itu akan membuat Ammar tenang.

1
Yuyun Yunita
thor... qo menghilang..
sehat sehat terus y thor... aamiin
karyamu selalu ku tunggu thor
CuanZ 73
udh bolak balik ksni, tp masih blm up jg si othor...
semoga thornya baik2 saja 🙏
Anggi Anggi
lamaaaa banget gak update..hampir lupaa alur ceritanya..udh jalan setengah jalan..tapi gak ada kabarnya lagi
Eliawati
cerita nya dah habis tak ada lanjutnya
utamisri: tau nih...pdhl masih seru2 nya.kmna ya authornya?????
total 1 replies
CuanZ 73
kok blm up lg thor
Deti kurniati inKurniati
Luar biasa
Eli Nurhasanah
koq ga UP sih thor???
Jelita S
kapan sih punya thor
My Rosse
banyakin mak up nya....
Anggi Anggi
knp lama gak up yaa
Tin Wulan
semoga othor nya sehat selalu,di lapangkan waktu dan rejeki,punya banyak ide sehingga dapat segera up lagi.Amminn
Indah Widi
bobal ke sini blm up juga 😔
Yuliana 'zule'
penuh misteri
utamisri
blm up lg kak.....
Eka Burjo
ko ga up ya hari ini, libur semua author favorit 🤔
Mak Lyly
bagus banget
Mak Lyly
bagus banget
Mak Lyly
udah bolak balik ngecek author tumben blm up lg..
semoga author nya sehat dan tetep semangat lanjut...❤
Bundanya Pandu Pharamadina
Monica bicara langsung pd intinya 👍👍
Yuli Ana
kok gk up lg....😊
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!