Era ketika Dewa Iblis naik ke bumi untuk mengotori seluruh dunia dan melahap alam semesta demi membinasakan seluruh makhluk dan merubahnya menjadi Neraka.
Tentu saja, para dewa tidak akan tinggal diam dan membiarkannya melakukan tindakan yang menentang Langit dengan memusnahkan seluruh kehidupan di Tiga Dunia.
Hingga pertempuran pun terjadi. Para dewa sampai harus membayar harga mahal demi menyelamatkan dunia membuat Dewa Iblis menerima kekalahan telak dan jiwanya pun musnah.
Jutaan tahun kemudian, Dewa Iblis terlahir ke bumi dalam wujud manusia. Hal itu membuat para dewa yang tersisa kembali tidak tenang mengingat bencana yang terjadi di masa lalu. Tidak ingin kehancuran itu terjadi untuk kedua kalinya, Dewi Cinta mengambil keputusan dengan turun ke bumi untuk menjadi manusia juga guna mencegah kebangkitan Dewa Iblis yang di masa depan akan mengakhiri peradaban manusia.
Berhasilkah Dewi Cinta mencegah kebangkitan Dewa Iblis atau justru sebaliknya? Yuk baca sekarang
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bpearlpul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23 Grow Up
Musim dingin untuk air, musim semi untuk tanah, musim panas untuk api, dan musim gugur untuk angin. Putri Kamiai mempelajari semua itu di keempat lokasi dan berlatih bersama anak-anak dari setiap elemen secara bergiliran seiring berjalannya waktu.
Hingga 12 tahun kemudian…
Tampak pria berjubah biru berselancar di atas air dan pria berjubah hijau yang menciptakan rute sendiri dari tanah, dimana keduanya saling adu kecepatan sambil ditonton empat pria lainnya.
‘’Midoriha, sebaiknya kau menyerah saja, aku yang akan tiba lebih dulu.’’
‘’Urusai Aoi.’’
‘’Aku bertaruh Midoriha yang akan menjadi juara satu,’’ kata pria yang memegang payung, Ishizawa.
‘’Tidak, tidak, yang juara satu itu Aoi. Lihat saja nanti,’’ kata pria yang memakai bandana, Hashizume.
‘’Bagaimana denganmu Rensuke?’’ tanya Ishizawa.
‘’Aku mendukung mereka berdua,’’ jawab Rensuke.
Garis finish sudah terlihat di depan mata, membuat keduanya semakin menambah kecepatan. Di saat bersamaan sosok berjubah putih yang mengendarai bola angin tiba-tiba menginjakkan kaki di garis. ‘’Woho! Aku tiba lebih dulu!’’
‘’Hei! Apa-apaan itu?’’ protes Pangeran Aoi.
‘’Ozora curang,’’ kata Pangeran Midoriha.
‘’Ayolah, pemenang selalu ada yang juara 1,2,3 … Jadi tidak seru kalau hanya kalian berdua yang bertanding,’’ kata Pangeran Ozora.
‘’Masalahnya kau tidak ikut bertanding dan malah muncul sebagai pemenang,’’ kata Pangeran Aoi.
Pangeran Ozora tidak peduli dan lebih fokus mengipas dirinya dengan kipas bulu.
‘’Hei, dengarkan saat orang sedang bicara!’’ teriak Pangeran Aoi.
‘’Hn!’’ kata Pangeran Midoriha membenarkan.
Ishizawa menoleh ke arah laki-laki di sampingnya. ‘’Rokimaru, pangeranmu berbuat curang!’’
‘’Pantas saja dari tadi kau selalu diam,’’ kata Hashizume.
Rokimaru yang memegang kipas tersenyum. ‘’Ya, sejak awal aku sudah tahu hal ini akan terjadi.’’
Tidak lama kemudian tiga sosok wanita muncul menghampiri mereka.
‘’Kenapa kalian begitu berisik?!’’
‘’Biar kutebak, mereka pasti balapan dan Ozora merusaknya lagi.’’
‘’Haa , selalu saja seperti ini.’’
Siapa lagi ketiga sosok wanita itu kalau bukan Riruru, Arisu dan Eri yang sejak tadi sibuk di dalam bersama yang lainnya.
‘’Aku menyerahkan urusan di luar kepada kalian, tapi malah bermain seperti ini. Kita harus segera menyelesaikannya, jadi kembali ke pekerjaan kalian!’’ perintah Riruru.
Para pria tadi hanya menghela nafas dan melanjutkan tugas mereka yang tadinya tertunda. Setelah itu, Riruru dan yang lainnya kembali mengecek semua persiapan.
‘’Kembali ke pekerjaan kalian! Dasar, tahunya hanya bisa menyuruh orang,’’ gerutu Pangeran Ozora meniru wanita tadi.
‘’Itu benar,’’ angguk Pangeran Midoriha.
‘’Dia hanya terlalu bersemangat karena besok adalah hari penting,’’ kata Ishizawa.
Hashizume mengerutkan dahi. ‘’Kau selalu saja membelanya. Sebenarnya kau berada di pihak mana? Negara Tanah atau Negara Air?’’
‘’Kau sendiri dari negara yang sama, kenapa tidak membela temanmu?’’ tanya Ishizawa.
Rokimaru dan Rensuke tersenyum dengan wajah bodoh. ‘’Sekarang kenapa kalian berdua yang malah berdebat?’’
‘’Sudah, hentikan. Yang Mulia terhormat itu sedang mengulur waktu untuk kita setelah aku memintanya. Jadi sebaiknya cepat selesaikan,’’ kata Pangeran Ozora.
‘’Benar juga. Gunung Shinju begitu luas, entah dimana Tuan Putri saat ini,’’ kata Rensuke.
......................
Daiyon Enshujo
Sebuah area dengan altar tengah yang keempat sudutnya dikelilingi wadah dari setiap unsur.
Terlihat sosok wanita memainkan tangan dengan lembut, lalu melakukan gerakan menghentak yang disertai tendangan dan pukulan kuat, kemudian disusul gerakan begitu cepat, berturut-turut dan ganas, hingga gerakan manuvear menghindar sambil menarik energi dengan gerakan berputar.
‘’Kamiai! Yang Mulia Satan telah kembali.’’
Wanita yang dipanggil tadi pun menoleh dan menghentikan aktivitasnya. ‘’Kau sudah bertemu dengan Yoi Sensei?’’
‘’Memangnya aku akan ada di depanmu sekarang jika belum bertemu? Oh iya, selama aku pergi, kau tidak kemana-mana, kan?’’ tanya Satan.
‘’Memangnya kau ingin aku ke mana lagi?’’ tanya balik Putri Kamiai.
Kedua alis Satan terangkat. ‘’Tidak, aku hanya memastikannya saja.’’
‘’Hm? Memastikan apa maksudmu?’’ tanya Putri Kamiai.
‘’Memastikan kau masih bernafas! Banyak tanya sekali,’’ kata Satan.
Putri Kamiai mengerutkan bibir. ‘’Ya sudah, ayo kembali ke penginapan.’’
‘’Tidak boleh!’’ cegah Satan.
‘’Langit sudah hampir gelap, untuk apa berada di luar lagi?’’ tanya Putri Kamiai.
‘’Benarkah?’’ tanya Satan mendongakkan kepala.
Putri Kamiai memicingkan mata. ‘’Seharian ini kau seperti membatasi waktuku. Apa kau menyembunyikan sesuatu dariku?’’
Satan terbelalak. ‘’Si-Siapa bilang? Ya-Yang benar saja.’’
‘’Hm~ nada bicaramu membuatku semakin meragukanmu,’’ kata Putri Kamiai.
‘’Tidak ada yang menyem—‘’ ucapan Satan terpotong karena sang putri tiba-tiba kabur.
‘’Gawat,’’ ucapnya langsung mengejar Putri Kamiai.
......................
Penginapan
Bugh!
‘’Astaga naga!’’ teriak Pangeran Ozora memegang dadanya.
Semua orang sama kagetnya sambil menatap Putri Kamiai yang baru saja membuka pintu dengan kasar.
Tidak lama kemudian Satan datang menyusul. ‘’Sudah kubilang tidak ada yang menyembunyikan apa pun darimu.’’
‘’Kau kenapa Kamiai? Datang dan membuat orang kaget saja,’’ kata Pangeran Aoi mengusap dada.
‘’Kalian tidak menyembunyikan sesuatu dariku, kan?’’ tanya Putri Kamiai.
‘’Memangnya kita menyembunyikan apa?’’ tanya Arisu.
‘’Apa yang terjadi?’’ bingung Hashizume.
Putri Kamiai mengatur nafas lalu menatap Satan. ‘’Kau juga kenapa bertingkah seperti orang yang mencurigakan?’’
‘’Kau yang terlalu berpikir berlebihan,’’ kata Satan membuat yang lainnya saling bertatapan dengan wajah kaku.
‘’Sebentar lagi makan malam akan tiba, karena itu … Pria tampan ini yang akan tiba di kamar mandi lebih dulu!’’ teriak Pangeran Ozora mengalihkan topik.
‘’Oee! Tunggu!’’ teriak Satan mengambil handuk.
‘’Beraninya kau mendahului Yang Mulia ini!’’ teriaknya lari menyusul.
Putri Kamiai dan yang lainnya memasang wajah bodoh. ‘’Kenapa mau mandi pun sampai harus balapan?’’
......................
Kerajaan Negara Api
‘’Besok, hari besar tiba kembali dan seperti biasa kita hanya bisa melewatkannya,’’ kata Raja Api.
‘’Situasi ini juga sama seperti Pangeran waktu dulu,’’ kata Ratu.
‘’Ayahanda dan Ibunda tidak perlu khawatir. Seharusnya adik juga pasti mengalaminya setiap tahun di sana sama seperti diriku,’’ kata Pangeran Shieru.
Kedua pasangan itu saling bertatapan dengan wajah bingung sebelum kembali menoleh ke arah putra mereka. ‘’Maksud Pangeran?’’
Pangeran Shieru hanya tersenyum.
......................
Akademi di Gunung Shinju
Setelah selesai mandi, Putri Kamiai dan yang lainnya menuju ke dapur dan menyiapkan makan malam. Hingga…
Prank!
‘’Maaf, kami tidak sengaja menjatuhkan makananmu.’’
‘’Tidak perlu meminta maaf. Lagi pula makanan kotor memang cocok untuknya.’’
‘’Anak pembawa sial memang beda, hahaha!’’
‘’Kalian lagi! Sudah 12 tahun, kenapa selalu saja membuat masalah?’’ kesal Putri Kamiai sambil Pangeran Ozora membantu Satan membersihkan makanannya di lantai.
Sejak semuanya mahir mengendalikan elemen natural, mereka merundung Satan habis-habisan seperti menyiraminya dengan air, membuatnya tersandung di tanah, menakutinya dengan bola api, bahkan menerbangkan benda di sekitar demi memukulnya.
‘’Banri, apa kau tidak punya kesibukan lain selain mengganggu orang terus?’’ tanya Pangeran Ozora berdiri.
‘’Kau sendiri apa tidak punya kesibukan lain selain mencampuri urusan orang? Benar-benar tidak berubah dari kecil. Selain itu, anak-anak yang lainnya juga merundung pembawa sial ini, kenapa hanya menegurku?’’ tanya Banri.
‘’Sudah salah tapi masih melibatkan orang lain,’’ kata Pangeran Ozora.
Banri menatap Satan sekilas sebelum berjalan pergi. ‘’Siapa suruh tidak bisa mengendalikan chakra sehingga membuat dirinya dirundung.’’
Pangeran Aoi hanya diam menyaksikan pemandangan itu. Ia memang tidak menyukai Satan, tapi melihat pria itu dirundung terus-menerus juga membuatnya kasihan.
...Visual Satan...
...Visual Putri Kamiai...
...Visual Pangeran Ozora...
...Visual Pangeran Aoi...
...Visual Pangeran Midoriha...
...Visual Rensuke...
...Visual Riruru...
...Visual Ishizawa...
...Visual Arisu...
...Visual Rokimaru...
...Visual Eri...
...Visual Hashizume...
...Visual Banri...
