CERITA KITA

Zay begitu membenci Lilian, bayangan masa lalu yang Lian torehkan padanya, masih terekam jelas di ingatan pria ini.

Mobil Zay kini tengah memasuki kawasan mansion keluarga Darmawangsa, dia masuk dan mengernyit bingung melihat papahnya di ruangan tengah, "Papah belum tidur?" Zay berjalan menghampiri tuan Darmawangsa yang duduk sendirian sambil menonton televisi. 

"Papah malam ini tidak bisa tidur, karena mamah mu mengunci pintu kamarnya, jadi mau tidak mau papah harus tidur di kamar tamu," jelas sang papah.

Zay merasa bersalah, bagaimana pun ini juga karena kesalahan ada sangkut paut dengan dirinya.

"Papah tenang saja, Zay akan membantu membujuk mamah" tuan Darmawangsa hanya mengangguk, dia Kembali menonton televisi.

Zay beranjak, pria itu menaiki tangga, tujuannya adalah kamar sang mamah, Zay menghela nafas panjang sebelum mengetuk pintu, karena pasti dia akan mendapat ceramah dari sang mamah. 

Tok... Tok... "Mah buka pintunya, ini Zay mah!" Teriak Zay dari luar kamar, hingga panggilan ketiga, barulah Zay mendengar suara kenop pintu terbuka.

"Ada apa!" Sewot sang mamah, tanpa mau menatap putranya. 

"Kenapa mamah membiarkan papah tidur diluar, apa mamah tidak kasihan sama papah?

"Itu salah papah kamu sendiri, dia membuat mamah marah!" Kesal mamahnya.

"Hati-hati mah, bagaimana kalau papah keluar dari rumah dan mencari kesenangan diluar, siapa yang rugi?" Zay sengaja menakuti sang mamah, karena Zay tau seberapa bucin nya mamahnya itu pada papahnya. 

Yes, Zay berhasil, mamahnya langsung keluar dari kamar dan segera menuruni tangga, Zay yang melihat itu ingin tertawa terbahak bahak, namun pria itu mencoba menahannya, Zay membuntuti sang mamah hingga keruang tengah, dan akan menyaksikan drama seperti yang sudah-sudah.

"Kenapa papah masih disini! apa papah akan mencari kesenangan diluar! hingga tidak masuk kamar!" Sewot mamahnya sambil bersedekap tangan.

Tuan Darmawangsa yang mendengar itu langsung menatap sang putra, Zay mengedipkan kedua matanya, barulah tuan Darmawangsa paham.

"Mau bagaimana lagi, istri papah sudah tidak peduli lagi" lirih tuan Darmawangsa, sepertinya papah dan putranya itu tengah mendalami peran. 

"Ayo masuk kamar! mamah tidak marah, dan mamah masih peduli sama papah!" Nyonya Moana langsung meninggalkan keduanya lebih dulu, tuan Darmawangsa dan Zay bertos ala pria, karena sudah berhasil membujuk wanita keras kepala yang sialnya sangat mereka sayangi di rumah itu.

"Dasar pria tidak peka, aku kan hanya pura-pura merajuk, kenapa papah sama sekali tidak merayuku atau apalah gitu, bikin kesal saja, tau istrinya merajuk, dirayu atau dibujuk gitu kek, ini malah diem saja di ruang tengah" gerutu sang mamah Moana, dia menghentak hentakkan kakinya sambil masuk ke kamar, tuan Darmawangsa yang melihat kelakuan istrinya hanya menggeleng Saja, kali ini pria paruh baya itu tidak ingin mencari gara-gara dulu dengan meledek sang istri.

Zay hanya mencebik, kedua orang tuanya ini seperti anak kecil saja saat sedang bertengkar, harus dibujuk, agar bisa berbaikan kembali, mamahnya yang tinggi gengsi, dan papahnya yang tidak peka, akhirnya dia yang harus membuat keduanya berbaikan. 

Zay berlalu dari sana, dan segera masuk ke kamarnya, dia mengambil ponsel dari saku celananya, dia mengotak Atik ponsel itu, dan men deal no kekasihnya Jeny. 

Tidak lama vidio call itu di angkat oleh Jeny, terpampang lah wajah cantik dan tubuh seksi sang kekasih saat vidio call itu tersambung.