NovelToon NovelToon
Become Mafia'S Wife

Become Mafia'S Wife

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Mafia / Time Travel / Transmigrasi ke Dalam Novel
Popularitas:87.6k
Nilai: 5
Nama Author: Salvador

Dena baru saja selesai menamatkan novel romance yang menurutnya memiliki alur yang menarik.

Menceritakan perjalanan cinta Ragas dan Viena yang penuh rintangan, dan mendapatkan gangguan kecil dari rival Ragas yang bernama Ghariel.

Sebenarnya Dena cukup kasihan dengan antagonist itu, Ghariel seorang bos mafia besar, namun tumbuh tanpa peran orang tua dan latar belakang kelam, khas antagonist pada umumnya. Tapi, karena perannya jahat, Dena jelas mendukung pasangan pemeran utama.

Tapi, apa jadinya jika Dena mengetahui sekelam apa kehidupan yang dimiliki Ghariel?

Karena saat terbangun di pagi hari, ia malah berada di tubuh wanita cantik yang telah memiliki anak dan suami.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Salvador, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 26 : Ghariel dan Viena

...****************...

Hari ini, mansion besar itu terasa lebih ramai dari biasanya. Padahal, Araya hanya kedatangan satu tamu kecil Ghariel—Viena.

Viena tengah berada di mansion itu karena Ghariel yang mengajaknya. Awalnya, mereka hanya mengerjakan tugas kelompok sederhana, tugas anak kelas dua SD yang tak memakan banyak waktu. Namun, sejak tugas selesai sore tadi, Ghariel tak henti-hentinya mengajak Viena bermain.

 Dengan antusias, Ghariel mengajak gadis kecil itu berkeliling mansion, menunjukkan ruangan -ruangan di sana —perpustakaan kecil Araya di lantai dua, taman belakang yang dipenuhi bunga-bunga yang selalu dirawat, hingga ruang musik yang jarang dimasuki orang lain.

Viena mengikuti Ghariel yang tengah menjadi tour guide dengan antusias. Rumahnya juga besar, tapi rumah Ghariel jauh lebih besar lagi.

Saat ini, mereka tengah berada di depan grand piano yang megah di ruang musik. Ghariel duduk dengan percaya diri di kursi pianonya, jari-jari kecilnya menekan tuts dengan lincah, memainkan melodi sederhana yang tetap terdengar indah di telinga Viena. Gadis kecil itu bertepuk tangan dengan mata berbinar.

 

"Kamu keren banget, El!" pujinya tulus.

Ghariel tersenyum lebar, bangga bukan main. "Aku ajarin, mau?"

Viena mengangguk bersemangat, dan Ghariel pun mulai mengajarinya dasar-dasar bermain piano.

Sementara itu, di dekat pintu, Araya memperhatikan mereka dengan tatapan lembut. Ia menahan senyumnya melihat bagaimana putranya berusaha menarik perhatian Viena. Araya tahu betul, Ghariel sedang mencari perhatian. Namun, bukankah itu terlihat sangat jelas? Putranya itu benar-benar manis.

Waktu berlalu tanpa terasa. Setelah puas bermain piano, mereka beralih menggambar di kamar Ghariel. Buku gambar itu dipenuhi beberapa hasil karya Ghariel yang sebelumnya, kebanyakan tentang mobil dan hewan-hewan favoritnya. Ghariel tak begitu menyukai melukis, tapi ia bisa.

Viena dengan tekun menggambar rumah impiannya, sedangkan Ghariel lebih sibuk menambahkan detail pada gambar robot yang ia buat.

Ketika langit mulai gelap, Araya mengetuk pintu kamar dan memanggil mereka untuk makan malam.

“Gambarnya dilanjutin nanti, ya? Sekarang ayo makan malam dulu,” ajak Araya.

“Baik, Mama.” Jawab Ghariel.

Ia dengan pelan merengkuh lengan kecil Viena dan membawanya menuju ruang makan. Perlakuan kecil seperti itu saja sudah membuat Araya menahan senyum.

Pokoknya Viena harus menjadi menantunya, harus! Pikir Araya.

Di meja makan, setelah para pelayan selesai menghidangkan, Araya mengambilkan nasi dan lauk pauk untuk kedua bocah itu.

“Terima kasih, aunty.” Ujar Viena tersenyum yang membuat matanya menyipit.

“Sama-sama sayang.”

Sambil menyendokkan sup ke mulutnya, Viena kembali melirik Araya. “Ini aunty yang masak?” tanyanya penasaran.

Araya tertawa kecil, “bukan, chef di mansion yang masak,” jawabnya agak malu.

“Sama dong, aunty. Di rumah Mama aku juga gak pernah masak.” Ujar Viena polos. Setidaknya membuat Araya tak merasa sendiri.

“Oh ya, Papa Ghariel ke mana?” tanyanya penasaran.

Viena ini memang tipe-tipe bocah yang ingin tahu dan banyak bicara, sangat kontras dengan Ghariel yang pendiam. Araya bahkan heran bagaimana Viena tahan berteman dengan putranya yang batu itu.

“Lagi kerja, sayang.” jawab Araya santai.

Viena mengangguk kecil. Ia mengayunkan kakinya yang belum mencapai lantai, lalu berkata, “Aku suka di sini. Rumah Aunty besar banget... Aunty juga selalu di rumah sepanjang hari.”

Araya terdiam sejenak sebelum tersenyum lembut. Viena masih kecil, tapi dari ucapannya Araya bisa melihat mengandung kesedihan yang tak bisa diabaikan.

Padahal Araya hanya menemani mereka sebentar, karena Araya ingin keduanya punya waktu berdua yang banyak.

“Di rumah, kamu sering sendiri?” tanya Araya pelan.

Viena mengangguk. “Mama dan Papa sibuk kerja. Aku Cuma selalu main sama nanny.”

Ghariel yang mendengar itu langsung menyela, “Kalau begitu, sering-sering main ke sini saja! Boleh, kan, Ma?”

Araya menatap putranya yang tampak antusias, lalu menoleh pada Viena. “Tentu. Kamu bisa ke sini kapan pun kamu mau.”

Mata Viena berbinar. Ghariel pun ikut tersenyum lebar, merasa menang karena berhasil mengajak Viena lebih sering ke rumahnya. Di otak kecilnya sudah merencanakan apa yang akan mereka lakukan kedepannya.

“Emm, Mama kamu kerjanya sampai malam?” Tanya Araya.

Sungguh ia tak bermaksud apa-apa, hanya ingin tahu.

Viena mengangguk, “Mama juga sering ngga di rumah. Kalau Papa walaupun malam pasti selalu pulang,” jawabnya.

Kini Araya merasa sedikit bersalah. Pasti hubungan Romeo dan istrinya tak baik, apalagi ia pernah menjadi perusak hubungan mereka dengan waktu yang tidak sebentar.

Walau Araya dan Romeo berhubungan sebelum masing-masing dari mereka menikah. Nyatanya Araya tetap perusak, akan sangat wajar jika ibu Viena membenci keberadaannya, walau Araya tidak tahu pasti bagaimana hubungan Romeo dan istrinya.

Araya menyesal, melihat Viena yang malah menjadi korban keegoisan para orang dewasa. Anak itu pasti kesepian, sama seperti putranya dulu.

Ketika makan malam hampir selesai, Araya melirik jam dinding dan menyadari waktu sudah cukup malam. Ia pun bertanya pada Viena, “Mau menginap di sini malam ini?”

 

Viena menoleh pada Ghariel, seolah mencari persetujuan. Tanpa ragu, Ghariel langsung berkata, “Menginap saja! Viena bisa tidur di kamarku.”

Namun, sebelum Viena bisa menjawab, Araya menyipitkan mata dan menggeleng tegas. “Tidak boleh.” Ujarnya. Walaupun kedua anak itu masih kecil, tapi perasaan Ghariel sudah jelas.

Araya tak ingin mereka terbiasa hingga dewasa nanti.

Ghariel mengerutkan kening. “Memangnya kenapa?”

“Pokoknya tidak boleh,” Ujar Araya mutlak. Ghariel mana berani menentang sang mama.

Viena tertawa kecil dan mengangguk. “Aku tidur di kamar tamu saja.”

Araya mengusap kepala gadis kecil itu. “Ya sudah. Aunty akan menelepon orang rumahmu dulu supaya mereka tahu.”

Araya membiarkan kedua bocah itu kembali ke kamar Ghariel untuk melanjutkan kegiatan menggambar mereka tadi. Ia juga memerintahkan pelayan agar membersihkan kamar tamu dengan segera.

Ia menelepon telfon rumah Viena yang ia dapat dari gadis itu, terdengar suara pelayan di seberang sana. Setelah meyakinkan mereka dengan menyebut identitasnya nanti pada Romeo, pelayan itu terdengar memperbolehkan Viena untuk menginap, apalagi hari memang sudah malam.

Setelah menutup telepon, Araya tersentak mendapati tangan yang bertengger di bahunya.

“Bikin kaget aja, kenapa?” Tanya Araya mendapati Gevan lah yang melakukannya.

Pria itu tak menjawab, bahkan wajahnya benar-benar datar sedatar-datarnya. Tak seperti biasa di mana Araya masih melihat binar hangat di mata itu untuknya.

“Kamu kenapa sih?” Tanya Araya lagi.

Gevan tak menjawab, hanya menarik tangan Araya untuk ikut bersamanya. Gevan masih diam bahkan ketika mereka telah sampai ke kamar laki-laki itu.

Araya menyadari sesuatu, laki-laki itu sepertinya tengah dalam suasana hati yang tidak baik. Atau marah? Tapi Araya merasa sama sekali tak melakukan kesalahan.

“Senang? Habis menghubungi mantan pacar kamu?” Tanya Gevan dengan suara dinginnya.

...****************...

tbc.

1
Darmanto Atok
next Thor
semangat terus ya buat ceritanya Thor
Sulati Cus
mau cari misua yg kek gimana lg cb, di blg di cintai secara brutal itu menyenangkan
Dewi Yanti
suka dg cara negurnya gevan 👍,,
Bubu Zafa
bagus deh araya nya sadar
Etty Rohaeti
Alhamdulillah akhirnya Araya menyadari kesalahannya
mbuh
sbnrnya keren loh gevan
ga smua laki2 bs kek dy
bner2 kasih istri tahta tertinggi di hatinya
anak aja nmr 2
cb di konoha
istri mah media produksi anak aje
🍏A↪(Jabar)📍
next up banyak
azh
semoga sampai happy ending ya ka author
sipuuttt
lagi thor, banyak² ...
Z House
sedih lah jadi El
Darmanto Atok
next Thor
semangat terus ya buat ceritanya Thor
Bubu Zafa
harusnya anak kandung nya di beri perhatian...kalo kayak gini ghariel akan tetap jadi antagonist nya...harusnya dia sadar anak juga baru rapat ama dia bukan nya kasian dan mau nyenangi ragas doang....
Lay's
Araya jangan terlalu fokus mendamaikan protagonis dan antagonis dalam novel. Fokus aja ke Ghariel sebagai anaknya. Karena harus berbagi dengan saudara kandung aja sulit buat anak kecil, apalagi ini malah berbagi dengan orang lain
sipuuttt
araya sosok yg gakk peka
Qori Hasan
Luar biasa
anna
🥰🥰👍👍
Azlina85
Sweet
Nur Illiyyan
bibit pebinor muncul, kirain Reagan laki"baik ternyata sama swperti ibunya
Lay's
Udah baca dong ceritanya Altair. Sampe sekarangpun masih amazed sama kisah percintaan antara Altair dan Anthea. Perjuangannya itu loh, demi melawan takdir dalam novel ga main-main
Salvador: avv makasii♡♡♡
total 1 replies
Lay's
Jujur jawaban Gevan ini memang manis sekali sih. Tentunya mudah diterima dan dicerna oleh bocah cilik macem Ghariel
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!