Mendapati kekasihnya memiliki hubungan dengan perempuan lain, membuat Agnes ingin balas dendam.
"Emang siapa yang mau sama kamu? Udah tepos, pendek, miskin lagi."
Agnes menatap tajam Wira, mantan kekasihnya. Laki-laki itu baru saja putus sudah mengatainya.
"Lihat saja nanti, aku akan mendapatkan laki-laki yang baik tidak seperti kamu, tukang selingkuh. Mana selingkuhannya istri orang. Dih amit-amit deh."
PLAK PLAK
Agnes tidak hanya membalas ucapan Wira, tapi juga menamparnya.
Disisi lain, ada seorang laki-laki tengah diejek oleh mantan istrinya.
"Setelah tidak denganku, memang ada yang mau denganmu? Laki-laki yang sibuk bekerja, tidak tahu cara memanjakan istrinya."
Akankah Agnes memiliki takdir bertemu dengan laki-laki yang berstatus duda ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Anis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dibawa ke Rumah Sakit
"Beraninya jamu datang membuat keributan, Neta." Pak Baskara membentak perempuan itu yang tak kain istrinya sendiri. Perempuan yang biasa Wira panggil dengan sebutan Nyonya Baskara.
"Papa, biar mama jelaskan di rumah, ya? Kita pulang sekarang." Ajak Bu Neta menggandeng tangan suaminya.
"Lepaskannnn... " Pak Baskara menghempaskan tangan istrinya. "Kamu berani datang menyusul ku ke tempat ini dengan membuat keributan, padahal aku sudah berusaha datang dengan tenang tanpa ada yang tahu tujuan sebenarnya apa. Jadi, untuk apa kita harus membahasnya di rumah? Lebih baik disini saja, agar mereka tahu kamu perempuan seperti apa. Agar mereka tahu, jika salah satu karyawan perusahaan ini harus gagal menikah karena ulahmu."
Posisi mereka berada di depan pintu yang terbuka lebar, sehingga menjadi tontonan karyawan yang lewat.
"Papa, jangan mengatakan seperti itu. Membuat malu saja. Ayo kita pulang dulu." ujar Bu Neta membujuk Pak Baskara.
"Malu? Memang kamu punya rasa malu?" tanya Baskara dengan tatapan tajam. "Lihat saja penampilan mu saat ini." sambungnya menunjuk badan Bu Neta. "Sangat berantakan seperti orang baru bangun tidur. Masih memakai pakaian tidur juga dan itu sandal hotel. Kamu menginap di hotel kan dengan laki-laki simpanan mu?"
Pak Baskara tadi sangat tenang meski sambil menahan emosi yang bergejolak dalam hati. Tapi kini setelah istrinya datang dengan membuat keributan, mendadak hilang kesabaran dan tidak sungkan lagi berkata dengan nada tinggi.
Bu Neta menggelengkan kepala, dia terlihat gugup dan bingung menjawab pertanyaan suaminya.
"Jangan berbohong, Neta. Kamu pikir aku benar pergi ke Belanda untuk urusan bisnis?" kata Pak Baskara tertawa sinis. "Aku hanya pergi ke luar kota beberapa hari, sisanya berasal di rumah dan perusahaan. Mengurus anak kita dan pekerjaan kantor. Akhirnya aku paham jika selama ini kamu tidak benar-benar berubah. Kamu tetap mengabaikan peran sebagai seorang ibu yang baik untuk Alea dan Bima. Menutup mulut para ART dan sopir di rumah agar tidak membocorkan kelakuan burukmu itu."
Terlihat Bu Neta sangat terkejut mendengarnya.
"Jangan mengelak. Para pelayan dan sopir di rumah sudah membuka suara. Bahkan Alea juga sudah muak akan sikapmu itu. Dia malu memiliki mama yang kelakuannya melebihi dirinya. Belagak seperti anak muda, pergi ke club malam, menginap di hotel dengan laki-laki lain, bahkan membelanjakannya memakai uangku. Benar-benar memalukan." ungkap Pak Baskara yang ternyata sudah tahu kelakuan istrinya.
Bu Neta berusaha meraih tangan suaminya namun Pak Baskara tidak mau dipegang istrinya sama sekali. "Papa, dengarkan penjelasan mama."
"Tidak ada yang perlu dijelaskan. Ini sudah kesekian kalinya kamu mengecewakan aku dan anak-anak. Kamu itu bukan anak muda lagi, Neta. Kamu itu sudah jadi orang tua. Anak pertama kita sudah besar, sudah duduk di bangku kuliah. Sedangan anak kedua kita akan lulus sekolah dasar. Harusnya kamu memperhatikan mereka, bukan malah menyerahkan tugas itu pada pelayan. Menyesal aku memberikan mu banyak kesempatan. Kali ini sudah tidak ada lagi jalan untuk kita bersama. Aku menceraikan, mu. Pergi saja dengan laki-laki simpananmu, aku tidak akan peduli. Dan hak asuh anak-anak ada di tanganku."
Keputusan itu membuat Bu Neta segera berlutut di depan suaminya. Dia memohon untuk dimaafkan. "Papa, maafkan mama. Berikan mama kesempatan untuk terkahir kalinya. Mama janji tidak akan mengulanginya lagi. Tolong, jangan ceriakan mama."
Pak Baskara menggelengkan kepala. "Jangan minta maaf padaku saja, tapi juga pada anak-anak. Mereka lebih kecewa, karena harus memiliki mama yang tidak pernah ada perannya. Ah ya juga, minta maaflah pada dia." tunjuk Pak Baskara pada Agnes.
Bu Neta segera mengalihkan pandangan, dia kembali terkejut mendapati mantan kekasih Wira ada disini.
"Agnes, dia adalah korban dari sifat buruk mu. Dia gagal menikah karena calon suaminya ternyata simpananmu. Wira dan kamu berselingkuh juga dibelakang Agnes. Memang gila, wanita tidak punya hati nurani. Sudah mengecewakan suami dan anak, juga membuat luka untuk perempuan lain." sambung Pak Baskara mengundang bisik-bisik karyawan yang menonton.
Tentu saja karyawan disini terkejut mendengar ucapan Pak Baskara. Ternyata gagalnya pernikahan Agnes murni kesalahan Wira yang berselingkuh dengan istri Pak Baskara.
"Oh jadi kamu benar mengenal ku." Bu Neta berdiri dan berjalan mendekati Agnes. "Kamu juga yang melaporkan ini ke suami ku, kan?"
"Saya tidak melaporkan apapun, Pak Baskara sendiri yang datang menemui saya." jawab Agnes dengan tenang.
"Bohong, kamu pasti sudah mengadukan lebih dulu. Pasar perempuan sialannn... " teriak Bu Neta, yang dengan gerakan cepat berhasil mengambil vas bunga dekat meja lalu melemparkan ke arah Agnes.
ARKHHHHH
PYARRRR
Agnes berteriak sakit karena vas itu berhasil melukai keningnya hingga berdarah dan vas bunga terjatuh ke lantai hingga pecah.
"Agnessss... " Bu Sintia segera menarik gadis itu agar tidak terjatuh ke bawah karena lantai sudah berserak pecahan vas bunga.
Bu Denada juga segera membantu menopang tubuh Agnes, membawanya duduk ke kursi. Darah mengalir cukup banyak, tubuh Agnes bergetar saat tangannya memegang darahnya sendiri. Lalu dia hilang kesadaran.
"Bu Den, ayo bawa ke rumah sakit." kata Sintia berseru kencang.
Andi yang dari tadi ikut menonton dibarisan depan segera masuk menerobos. Dari juga masih sempatnya mendorong tubuh Bu Neta hingga perempuan itu terjungkal kebawah.
"Bu Sin, biar saya yang gendong Mbak Agnes." Andi menawarkan diri membantu, dan langsung disetujui Bu Sintia.
"Ini pake mobil saya aja." Bu Denada memberikan kunci mobil miliknya pada Bu Sintia. "Cepat bawa ke rumah sakit, saya urus yang disini dulu."
Andi segera menggendong tubuh Agnes, dia dan Bu Sintia segera berlari keluar.
"Permisi permisi permisi, buka jalan, urgent." teriak Andi membuat karyawan yang menonton segera membuka jalan.
"Andi, Agnes kenapaa?" Selfia berseru panik saat mendapati Agnes dalam gendongan Andi.
"Ya ampun, darahnya banyak banget. Ayo bawa ke rumah sakit." ujar Mas Rio ikut kaget.
Bu Sintia tiba-tiba menyerahkan kunci mobil pada Rio. "Rio, ini pake mobil Bu Denada ya. Tolong bantu urus Agnes di rumah sakit. Saya mau ikut Bu Denada selesaikan masalah tadi dulu. Kasian Agnes kalo masalah ini belum clear. Selfia, ikut juga sana." kata Bu Sintia menyuruh mereka bergegas pergi.
***
"Mas Rio, bisa cari jalan lain ga yang lebih cepet? Ini Agnes udah pucet parah." Selfia memeluk tubuh Agnes dengan rasa khawatir sekali. Disamping Agnes ada Andi yang ikut memegang tangan Agnes yang mulia terasa dingin.
"Iya iya, nanti di depan sana ada jalan pintas. Aduh ini kenapa macet sih jalannya." kata Rio kesal. Mungkin karena ini bertepatan dengan jam makan siang.
Hampir 15 menit akhirnya mereka tiba di rumah sakit, Andi kembali menggendong badan Agnes keluar mobil dan memindahkan ke bangsal.
"Semoga Agnes gapapa yaa." ujar Selfia cemas sekali.
"Iya semoga aja, kalo sampe Mbak Agnes kenapa-napa bakal dendam banget sih aku sama nenek ganjen tadi." sahut Andi dengan kesal.
"Memang tadi ada apa sih, Ndi? Kok Agnes bisa sampe berdarah begitu jidatnya?" tanya Rio yang baru saja mengurus pendaftaran.
Andi muka menceritakan apa yang terjadi pada Agnes. Raut wajah Selfia dan Rio terlihat ikut kesal mendengarnya.
"Wira bajingannn... " seru Rio tidak tahan mengumpatnya.
"Emang bajingan, mas. Kalo aja ketemu dijalan, bakal aku tonjok sih mukanya."
so,trima aja mas daru jd clon suami....😁😁😁
udh d ajak prwatan mehong,d krimin bunga pula....agnes jgn smp nolak y kl d tmbak....😁😁😁
Move on dri kdal buntung,biar dia nysel s'umr hdp....yg pnting pdkt dlu,spa tau d ajak nkah.....😁😁😁
mas daru udh smngt bgt pdhl,taunya slh sngka....d kira agnes udh pnya pcar.....
pdhl pnya suami yg baik,mlah slingkuh....mna cma porotin pula....
yg jd krban ga cma psangannya,tp kluarga s bjingn jg.....
aku udh mmpir....
Bru awl,udh esmosi....tp jg nyesek....
pgn bejek2 mreka yg jd psngn slingkuh...😠😠😠