Kakak dan adik yang sudah yatim piatu, terpaksa harus menjual dirinya demi bertahan hidup di kota besar. Mereka rela menjadi wanita simpanan dari pria kaya demi tuntutan gaya hidup di kota besar. Ikuti cerita lengkapnya dalam novel berjudul
Demi Apapun Aku Lakukan, Om
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naim Nurbanah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
Sementara itu, dia mencoba menjaga perasaan dan menilai keadaan sebelum mengambil keputusan yang tepat bagi dirinya.
"Ohoy, tampaknya aku harus memulai dari sini supaya Wanda lekas sadar. Tapi ini sangat menggairahkan aroma nya," pikir tuan Marcos yang mulai mengobrak-abrik bagian itu.
Pria itu dengan lembut mengeksplorasi dengan sentuhan-sentuhannya. Semakin lama, semakin terasa hangat dan lembab karena kedekatan mereka yang intens. Wanda mulai merasakan gelombang sensasi yang menyenangkan, tubuhnya merespons dengan perasaan yang bercampur antara nikmat dan geli karena perlakuan lembut dari Tuan Marcos.
"Om Marcos," panggil Wanda dengan manja. Wanita itu membelai ujung rambut pria itu dengan gemas. Sesekali Wanda dengan berani menjambak rambut pria itu saking melampiaskan rasa yang aneh dia rasakan.
Sejurus kemudian pria itu sudah melanjutkan permainan berikutnya yang lebih agresif. Wanda mulai membalas ciuman tuan Marcos ketika pria itu kembali menciumi bibir mungil wanita itu seraya menggoyang pinggulnya dengan penuh ritmenya.
"Kamu suka, sayang?" tanya Tuan Marcos. Wanda hanya tersenyum lebar, merasakan kepuasan setelah momen intens mereka berdua.
"Sekarang giliranku," ucap Wanda dengan nada manja.
Tuan Marcos duduk diam, matanya setengah terpejam, membiarkan Wanda mengatur ritme. Napasnya berirama, terasa hangat menjalar ke dada saat jari-jari Wanda bergerak lincah, menguasai setiap gerakan dengan percaya diri. Sebuah senyum tipis terukir di bibirnya, menikmati kelembutan dan ketangkasan itu tanpa berkata sepatah kata pun.
Tuan Marcos tersenyum lebar, matanya berbinar menatap Wanda yang bergerak lincah di hadapannya.
“Ini benar-benar menyenangkan, sayang,” katanya sambil menarik napas panjang, menikmati setiap detik yang melaju bersama rahasia mereka.
Di ruang pribadi di lantai atas gedung megah itu, dunia seolah berhenti untuk kami berdua, seorang CEO dan sekretaris barunya yang tak sadar karena pengaruh obat. Nafas kami memburu, keringat mulai menempel di dahi, dan hati kami terpaut dalam kegelisahan yang sulit dijelaskan.
Ketika puncak itu tiba, kami berhenti sejenak, duduk berdekatan sambil menenangkan napas yang tercekat. Mataku menunduk, terasa berat oleh rasa bersalah yang menekan dada. Tapi di balik itu, ada getir manis yang sama-sama kami nikmati dalam pertemuan terlarang ini.
"Marcos menggigit bibir, napasnya tersengal saat pertanyaan itu bergemuruh di kepala.
“Apa yang baru saja gue lakukan? Kenapa gue bisa tega banget ngacak-acak hidup wanita ini... dan nyakitin perasaan almarhum istriku?” gumamnya pelan, suaranya hampir tenggelam dalam penyesalan.
Di hadapannya, wajah sekretaris itu memerah, mata menunduk, berkilat antara malu dan takut. Beragam perasaan bergejolak di sana, sesuatu yang sulit Marcos uraikan tapi sangat menusuk hati.
*****
Tatapan Lina mengerut tajam saat melihat Wanda melangkah keluar bersama Tuan Marcos dari ruangan pribadi sang CEO. Senyum penuh sindiran menghiasi wajah keduanya, seolah mengejek perjuangan yang selama ini Lina lakukan. Dadanya sesak, tapi ia berusaha menelan amarah itu, menggenggam erat harapan yang masih tersisa di hatinya.
"Aku nggak boleh kalah begitu saja," bisiknya pelan, matanya menatap jauh ke depan, mencoba merangkai strategi. Dukungan dari putri tunggal Tuan Marcos, calon ibu tirinya adalah kartu terkuat yang Lina simpan rapat.
"Ini kesempatan emas," pikirnya, rahang mengeras menahan gelombang emosi.
Meski tahu jalan yang bakal dilewati penuh tantangan, Lina menegaskan dalam hati: demi mendapatkan cinta sang CEO, ia siap menapaki apapun, bahkan medan peperangan yang paling berat sekalipun.
Pulang kerja, Lina buru-buru melangkah ke sebuah rumah yang sudah sering ia datangi belakangan ini. Di benaknya berputar rencana-rencana matang, bagaimana caranya bisa segera menikah dengan Marcos, pria yang selama ini ia cintai diam-diam. Satu-satunya jalan, pikir Lina, adalah mendekati Salsa, putri Marcos yang dianggapnya kunci untuk meraih hati ayahnya. Sore itu, begitu masuk ke ruang tamu, Lina segera mencari-cari sosok Salsa.
Pulang kerja, langkah Lina terhimpit rasa gelisah yang membara. Rumah itu, yang belakangan menjadi tujuan tetap nya, menyimpan harapan besar di hati yang tak pernah henti berdebar. Di benaknya, serangkaian rencana tersusun rapi, bagaimana caranya menaklukkan hati Marcos, pria yang selama ini ia cintai dalam sunyi.
Satu pintu terakhir yang harus dibuka: Salsa, putri Marcos yang dia yakini sebagai kunci menuju impian mereka berdua. Begitu memasuki ruang tamu, mata Lina segera menyapu, menelusuri setiap sudut untuk menemukan sosok Salsa, dengan tekad yang membara hingga membuat udara di sekelilingnya seolah ikut membakar.
"Tante Lina kenapa sedih?" tanya Salsa, menatap Lina dengan mata yang penuh perhatian.
Suasana di rumah itu terasa hampa, tuan Marcos belum terlihat sejak pagi. Kabar bahwa pria karismatik itu meninggalkan perusahaan bersama Wanda pun makin menusuk hati Lina. Ditatapnya langit-langit sejenak, Lina menghela napas dalam.
"Pria yang aku sukai... dia sudah bersama wanita lain. Bahkan wanita itu berusaha menggoda dia," ucap Lina, suaranya bergetar pelan. Salsa mengerutkan keningnya, nadanya tiba-tiba tegas.
"Maksud Tante, ayahku selingkuh dengan wanita lain?" Lina hanya mengangguk, tanpa bisa menyembunyikan kesedihan yang terpatri di wajahnya.
Salsa menatap Lina dengan mata penuh tekad. "Ini nggak boleh dibiarkan. Ayah harus cepat-cepat nikah sama Tante Lina," ucapnya tegas.
Bola mata Lina membesar, senyum tiba-tiba merekah di wajahnya saat mendengar dukungan langsung dari putri Marcos. Namun senyum itu seketika pudar ketika Lina menggeleng pelan, bibirnya mengerut sedih.
"Tapi ayah kamu sudah nggak cinta sama aku lagi," suara Lina bergetar, matanya seperti menahan luka yang dalam. Salsa mengerutkan dahi, tak percaya.
"Apa? Tante pasti salah paham. Ayah nggak mungkin cinta sama wanita lain selain Tante Lina. Aku yakin itu." Lina menghela napas panjang, menatap jauh ke arah lain.
"Tapi nyatanya, aku pernah lihat ayah jalan berdua sama perempuan lain. Malah wanita itu sekretaris pribadi ayah kamu juga." Salsa mengangkat alis, kaget campur bingung.
"Loh, kok sekretaris pribadinya ayah malah ada dua?" Lina cuma mengangkat bahu, ekspresinya polos tapi penuh tanda tanya.
Salsa menatap tajam ke mata Tante Lina, penuh tekad yang membara. "Tante, jangan biarkan kekhawatiran itu menguasai hati. Saat Ayah pulang nanti, aku akan berhadapan dengannya. Kita akan cari jalan keluar, sekeras apa pun rintangannya. Aku selalu ada di sisimu, Tante."
Lina menghela napas dalam, senyum tipis terlukis di bibirnya yang dulu penuh beban. Hangat dan lega merayapi jiwanya, mengetahui putri Tuan Marcos, wanita kuat yang selama ini menjadi sandaran keluarga , kini berdiri kokoh di sampingnya.
Lina menghela napas panjang, sebuah senyum tipis terukir di bibirnya. Hatinya terasa hangat, lega, putri Tuan Marcos, sosok yang selama ini begitu berpengaruh dalam keluarganya, ternyata berdiri di sisinya.
"Semoga ini bukan sekadar kata-kata... semoga ini awal dari segala perdamaian," bisiknya, suaranya hampir seperti doa yang merangkul harapan dan ketakutan sekaligus.
kau ini punya kekuatan super, yaaakk?!
keren, buku baru teroooss!!🤣💪