Jiang Shen, seorang remaja berusia tujuh belas tahun, hidup di tengah kemiskinan bersama keluarganya yang kecil. Meski berbakat dalam jalan kultivasi, ia tidak pernah memiliki sumber daya ataupun dukungan untuk berkembang. Kehidupannya penuh tekanan, dihina karena status rendah, dan selalu dipandang remeh oleh para bangsawan muda.
Namun takdir mulai berubah ketika ia secara tak sengaja menemukan sebuah permata hijau misterius di kedalaman hutan. Benda itu ternyata menyimpan rahasia besar, membuka pintu menuju kekuatan yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya. Sejak saat itu, langkah Jiang Shen di jalan kultivasi dimulai—sebuah jalan yang terjal, berdarah, dan dipenuhi bahaya.
Di antara dendam, pertempuran, dan persaingan dengan para genius dari keluarga besar, Jiang Shen bertekad menapaki puncak kekuatan. Dari remaja miskin yang diremehkan, ia akan membuktikan bahwa dirinya mampu mengguncang dunia kultivasi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DANTE-KUN, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22 : Duel Spektakuler
Babak kelima hanya berlangsung singkat. Beberapa peserta tersingkir, dan akhirnya hanya tersisa delapan besar. Sorakan mengguncang arena, semua orang sudah tahu, inilah momen sebenarnya—tempat para kandidat juara sejati akan unjuk gigi.
Di atas panggung utama, undian dilakukan. Hasilnya membuat penonton heboh.
“Lihat! Tiga genius muda tidak saling bertemu!”
“Bahkan anak bernama Jiang Shen itu juga tidak bertemu salah satu dari mereka!”
“Ini berarti … semifinal nanti pasti akan jadi medan bentrokan mereka!”
Ketegangan meningkat. Semua orang sudah bisa membayangkan betapa dahsyatnya benturan antara Jiang Shen dan salah satu genius muda itu nanti.
Namun sebelum itu, Jiang Shen harus menghadapi lawannya di babak 8 besar.
Sosok tinggi tegap dengan jubah putih Sekte Pedang Langit naik ke arena. Sorot matanya penuh percaya diri, pedang panjang di tangannya memancarkan aura tajam yang menusuk udara. Dialah Liu Kang, murid dalam yang sudah digembleng sejak kecil dengan ajaran pedang murni sekte.
“Aku Liu Kang, murid dalam Sekte Pedang Langit.” ucapnya tegas, suaranya bergema di arena. “Hari ini aku akan menunjukkan pada semua orang kekuatan Teknik Pedang Langit Runtuh.”
Penonton langsung gaduh.
“Teknik itu … bukankah salah satu teknik terkuat sekte?”
“Benar, meski Liu Kang masih muda, dia baru saja menembus ranah Inti Emas. Dengan dasar teknik pedang Langit Runtuh, dia bisa jadi ancaman nyata bagi lawan mana pun!”
Jiang Shen berdiri dengan tenang, matanya datar. Ia tidak mengangkat pedangnya dengan tergesa, hanya menatap lawannya sambil berkata pelan, “Kalau begitu, tunjukkan padaku.”
Liu Kang tidak menunda. Pedangnya menari, dan seketika angin berputar di sekelilingnya. Aura tajam memenuhi arena.
Lalu ...
“Teknik Pedang Langit Runtuh, Gerakan Pertama: Hujan Bilah Pedang Langit!”
Dari langit, ratusan bayangan pedang turun deras bagaikan hujan badai. Setiap bilah mengandung kekuatan cepat, berat, dan momentum dahsyat, membuat arena seakan berguncang.
Penonton menahan napas.
“Luar biasa! Dia bisa menampilkan gerakan pertama dengan kekuatan sebesar ini!”
“Tak ada yang bisa menahan hujan bilah pedang itu!”
Namun Jiang Shen hanya menarik napas dalam. Cahaya emas samar menyelimuti pedangnya.
“Teknik Pedang Matahari … Gerakan Pertama—Tebasan Fajar.”
Seketika pedangnya menebas ke depan. Dari ujung bilah, cahaya terang keemasan meledak, seperti cahaya matahari pertama yang menembus kegelapan malam. Tebasan itu sederhana, hanya satu garis lurus—namun kekuatan di dalamnya luar biasa, menyapu bersih seluruh hujan bilah pedang Langit.
DUARRR!!!
Benturan besar terjadi. Cahaya emas menyilaukan memenuhi arena, dan suara gemuruh terdengar seperti langit terbelah. Ketika cahaya mereda, bayangan pedang Liu Kang lenyap.
Di hadapan semua orang, pedang Jiang Shen sudah menempel di pundak Liu Kang.
Arena terdiam.
“Dia… dia menahan Teknik Pedang Langit Runtuh hanya dengan satu tebasan?”
“Teknik pedang macam apa itu?!”
“Aku belum pernah melihatnya, bahkan di seluruh Kota Jinan!”
Wajah Liu Kang pucat, keringat dingin menetes di dahinya. Ia menggertakkan gigi, lalu perlahan menunduk. “Aku … menyerah.”
Sorakan penonton pecah, lebih heboh daripada sebelumnya. Banyak yang tidak percaya dengan apa yang mereka lihat.
Di tribun kehormatan, beberapa tetua dan kepala klan saling berpandangan serius.
“Itu bukan teknik pedang biasa …”
“Dari mana anak itu mempelajarinya?”
“Teknik pedang yang bisa menyaingi Pedang Langit Runtuh … ini bukan sesuatu yang sederhana.”
Namun di tengah hiruk-pikuk, Jiang Shen hanya kembali menyarungkan pedangnya dengan tenang, wajahnya sama sekali tidak menunjukkan kebanggaan.
“Ini belum seberapa. Semifinal nanti … aku akan berhadapan dengan mereka.”
...
Setelah pertandingan antara Jiang Shen melawan Liu Kang selesai, seperti biasa ketiga genius muda kota Jinan juga mendapatkan kemenangan mereka. Sampai akhirnya semifinal pun tiba dan undian semifinal diumumkan.
“Jiang Shen melawan Zhang Rui!”
“Lin Xueyin melawan Hong Yue!”
Arena langsung meledak dengan teriakan penonton. Semua orang tahu, inilah pertarungan yang akan menguji siapa genius sejati yang layak masuk final.
Pertandingan pertama dimulai. Lin Xueyin melangkah masuk ke arena dengan tatapan dingin. Rambut hitam panjangnya berkibar pelan, tubuh rampingnya tegak dengan tenang. Di tangannya, sebuah pedang ramping berkilau biru dingin—pusaka tingkat Awan yang sudah lama menjadi senjata andalannya.
Di sisi lain, Hong Yue sudah berdiri gagah. Wajahnya cantik dengan senyum arogan, rambut merah gelap terikat ke belakang. Pedang panjang dengan bilah merah keemasan bergetar ringan di genggamannya—pusaka tingkat Awan yang memancarkan aura panas.
“Lin Xueyin, aku sudah lama ingin menguji pedangmu.” ucap Hong Yue dengan nada sombong.
“Kalau begitu, jangan menahan diri.” jawab Lin Xueyin dengan suara dingin.
Sorakan penonton menggema.
Kedua pedang bergetar, aura mereka langsung menyebar. Es dan api, angin dan kecepatan—dua kekuatan yang kontras namun sama-sama mematikan.
Hong Yue menyerang lebih dulu.
“Teknik Pedang Api—Tarian Bara Langit!”
Pedangnya berayun cepat, setiap tebasan ditiup oleh angin, menciptakan jejak merah menyala. Udara seakan terbakar, suara desingan pedang bergema keras, dan api menyebar bagai ombak menyapu panggung.
Lin Xueyin bergerak lincah, tubuhnya berputar anggun.
“Teknik Pedang Es —Serpihan Salju Abadi.”
Pedangnya menebas ke depan, udara di sekitarnya membeku seketika. Setiap ayunan menghasilkan serpihan es tajam yang menari di udara, terbawa angin hingga membentuk badai salju mini yang menahan kobaran api Hong Yue.
Suara CRAASH terdengar keras ketika es dan api bentrok, uap putih tebal menyelimuti arena.
Kedua orang itu mundur beberapa langkah, sama-sama napas mereka sedikit terengah.
Hong Yue tersenyum dingin, “Baiklah, kalau begitu aku akan mengakhiri ini dengan teknik khususku!”
Ia mengangkat pedangnya tinggi-tinggi. Api dan angin menyatu, pusaran merah keemasan terbentuk di sekelilingnya.
“Teknik Pedang Api—Ledakan Badai Neraka!”
WHUUMM!
Pusaran api raksasa menghantam arena, panasnya membuat udara bergetar.
Lin Xueyin menggertakkan gigi, lalu tubuhnya memancarkan cahaya kebiruan. Pedangnya bergetar, salju berputar semakin padat.
“Teknik Pedang Es—Badai Salju Pembeku Jiwa!”
Pedangnya ditebaskan, badai es menyelimuti arena, salju berputar liar dibawa angin, membekukan setiap tetes api yang mencoba mendekat.
DUARRR!!!
Dua kekuatan itu bertabrakan di tengah arena. Dan menghasilkan suara ledakan yang sangat dahsyat, cahaya merah dan biru menyilaukan mata semua penonton. Getaran besar mengguncang panggung, membuat sebagian tepi arena retak.
Saat cahaya mereda, kedua sosok terlihat terengah-engah. Lin Xueyin berdiri dengan napas berat, ada beberapa luka di lengannya, darah tipis menetes. Tapi pedangnya masih terangkat, mata dinginnya menatap lurus.
Hong Yue pun terlihat babak belur, sebagian jubahnya terbakar, pedangnya bergetar, tubuhnya terhuyung sebelum akhirnya jatuh berlutut.
“Pertandingan selesai! Pemenangnya—Lin Xueyin!”
Sorakan mengguncang arena, penonton berdiri, banyak yang berteriak nama “Peri Kota Jinan”.
Hong Baili, ayah Hong Yue, wajahnya langsung berubah pucat lalu murka. Ia bergegas turun dari tribun, berseru lantang, “Cepat! Obati putri bungsuku! Jangan biarkan luka sekecil apa pun tersisa!”
Anak buah Hong Baili segera berlari menghampiri Hong Yue, membawa obat dan gulungan formasi penyembuh.
Sementara itu, Lin Xueyin hanya menarik napas panjang, menatap pedangnya yang berlumur darah, lalu berjalan turun dengan langkah mantap meski tubuhnya sedikit goyah.
Arena masih bergemuruh. Semua orang tahu—pertarungan itu akan dikenang sebagai salah satu duel paling spektakuler di turnamen ini.
di sini MC masih naif !
MC nya belom mengenal luas nya dunia karena belom berpetualang keluar tempat asal nya,hanya tinggal dikota itu saja
Jangan buat cerita MC nya mudah tergoda pada setiap wanita yg di temui seperti kebanyakan novel2 pada umum nya,cukup 1 wanita.