NovelToon NovelToon
Menantu Ibu

Menantu Ibu

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / Nikah Kontrak / Mengubah Takdir
Popularitas:203.6k
Nilai: 5
Nama Author: Me Nia

Kontrak kerja Tya di pabrik garmen akan segera berakhir. Di tengah kalut karna pemasukan tak boleh surut, ia mendapat penawaran jalur pintas dari temannya sesama pegawai. Di hari yang sama pula, Tya bertemu seorang wanita paruh baya yang tampak depresi, seperti akan bunuh diri. Ia lakukan pendekatan hingga berhasil diajak bicara dan saling berkenalan. Siapa sangka itu menjadi awal pilihan perubahan nasib. Di hari yang sama mendapat dua tawaran di luar kewarasan yang menguji iman.
"Tya, maukah kau jadi mantu Ibu?" tanya Ibu Suri membuyarkan lamunan Tya.
"HAH?!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Me Nia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 19 Rupa-rupa Tamu

Dekorasi bunga yang menghiasi Geranium Cafe sejak pintu masuk hingga ruangan dalam adalah rangkaian bunga asli perpaduan mawar, melati, dan krisan. Serba putih dan segar yang melambangkan kesucian dan kesakralan acara akad nikah. Semua format dan ide murni 100% dari isi kepalanya sang dalang—Granada Suri. Totalitas dan mengandung makna yang hanya dirinya dan dua wayangnya yang tahu.

Rasa tegang saat diawal menapaki karpet merah berhasil dihempaskan berganti senyum lepas dengan kepala tegak saat tatapannya bersirobok dengan tatapan mata Diaz yang ada di ujung karpet. Tya mampu menyugesti diri bahwa aktingnya harus paripurna. Harus mampu mengimbangi Diaz yang tampil gagah dan tampak tenang dengan ciri khas sorot mata yang sayu namun tajam. Langkahnya berhenti di jarak 20 cm di hadapan calon suaminya. Barulah Tya menundukkan pandangan memasang ekspresi tersipu malu.

Pembawa acara mempersilakan Tya duduk terlebih dahulu, barulah kemudian Diaz menyusul duduk di kursi sebelah kiri. Bisma duduk di seberang meja segaris dengan Diaz. Persiapan pun mulai dilakukan petugas KUA.

Tya menelan ludah usai sekilas melirik wajah kakaknya yang tampak berwibawa namun terlihat jelas ada ketegangan yang tengah berupaya diredam. Teringat jelas semalam sempat berbincang empat mata di teras depan sambil memandang langit hitam tanpa rembulan, hanya ada ribuan bintang yang kelap-kelip. Sang kakak memberi nasihat tentang pernikahan berdasarkan pengalamannya. Ia dengarkan dengan seksama namun dengan hati miris. Hati kecil tidak bisa dibohongi kalau ia merasa bersalah telah membohongi sang kakak tersayang. Terpaksa.

Diaz menjabat tangan Bisma yang terulur ke tengah meja. Kalimat ijab mulai terucap dari bibir kakaknya Tya sebagai wali nikah. Saat tangan dihentak, ia dengan lantang mengucapkan kalimat kabul dalam satu tarikan napas.

SAH!

Tya memejamkan mata. Dua pria yang mengucapkan ijab kabul itu terkesan nyata bukan sandiwara. Tetapi ini memang nyata berbalut sandiwara. Nyata untuk Bisma, sandiwara untuk Diaz.

Ini nikahnya sungguhan tercatat di KUA. Maafin hamba ya Allah. Udah mempermainkan kesucian pernikahan. Aku janji sandiwara ini nggak akan lama. Aku nggak mau berlama-lama menabung dosa.

Jeritan hati itu mengiringi gerak tangannya yang membubuhkan tanda tangan di berkas dan di buku nikah.

"Mas Ardiaz dan Mbak Cantya, silakan berdiri. Waktunya saling memasangkan cincin nikah," ujar pembawa acara yang memandu di sisi kanan meja akad.

Tya sempat nge-lag saat Diaz yang berdiri lebih dulu, mengulurkan tangan. Dengan sedikit canggung, tangannya ditempelkan ke telapak tangan Diaz yang lalu menggenggam erat sebagai cara membantunya berdiri.

Dengan tenang, Diaz menggenggam jemari tangan Tya. Mengambil satu cincin dari kotak diulurkan ibunya. Senyum kecil tersungging di bibirnya selama proses pemasangan cincin putih bertahtakan satu butir berlian hingga tersemat cantik di jari manis perempuan yang sudah sah menjadi istrinya.

Giliran Tya yang mengambil cincin dari kotak yang diulurkan Susan. Menggenggam jemari tangan Diaz dengan pipi bersemu merah karna semua mata tertuju padanya. Cincin palladium ia sematkan di jari manis pria yang telah sah menjadi suaminya.

"Cium tangan dulu, Mbak Cantya." Pembawa acara mengingatkan karena Tya langsung menarik tangannya.

Aduhhh. Skip aja padahal.

Tya mau tak mau menurut. Mencium punggung tangan Diaz dengan ujung hidungnya. Tak menyangka jika kemudian tangannya digenggam erat dan Diaz mengecup keningnya.

Yaelah..nyosor nggak bilang-bilang. Kan jadi merinding.

"Wah, kalau Mas Ardiaz nggak perlu disuruh sudah inisiatif sendiri ya. Sepertinya udah nggak sabar nih." Godaan pembawa acara membuat mayoritas tamu tertawa. Hanya ada beberapa wajah yang masam dengan tatapan sinis.

Diaz hanya tersenyum simpul. Berbeda dengan Tya yang memasang wajah tersipu malu.

"Kata kang foto, diulang lagi kecup keningnya, Mas. Barusan belum sempat diabadikan. Bibirnya nempel lama ya."

Ish, Mas Diaz menang banyak dong ah.

Tya hanya bisa pasrah saat keningnya kembali dikecup. Bahkan kali ini lebih lama sampai hitungan 15. Sengaja sekali pembawa acara mengerjai. Lagi-lagi ia harus merasakan bulu kuduknya merinding.

Selanjutnya sesi foto pamer buku nikah. Tya dan Diaz dengan luwes menebar senyum. Saat dipinta gaya bebas, Diaz yang berpose pasaran yaitu mengangkat kedua jari, ditangkup oleh tangan Tya yang kemudian menatapnya sambil mengerucutkan bibir dengan gaya lucu. Membuat Diaz spontan tertawa. Menjadi foto candid yang berhasil ditangkap kang foto.

***

Normal kan kalau gua terpana pas awal lihat Tya berjalan di karpet merah. Cantik banget sumpah. Biasanya kalau ketemu nggak pernah makeup-an jadinya pangling.

Sekarang pun kagum sama akting dia yang sejak berfoto sampai sekarang tak henti menebar senyum. Terlihat sangat bahagia. Gua nggak boleh cupu.

"Eh-eh..tangan kondisikan, Mas." Tya terkejut karna tiba-tiba Diaz memeluk pinggangnya. Tegurannya dilakukan dengan berbisik tapi wajah tetap dikondisikan mengulas senyum .

"Diam. Itu mpok warung mau ke sini sama pasukannya."

Tya menoleh ke arah kanan. Benar saja. Para tetangga tengah mengantri satu persatu menyalami mertuanya yang dipimpin oleh Mpok Iyam.

"Ya ampun...ganteng dan cantik gini nggak kebayang nanti anaknya secakep apa. Selamat menempuh hidup baru pokoknya mah ya," ujar Mpok Iyam yang tak bisa berlama-lama di hadapan sepasang pengantin karena antrian masih panjang.

"Terima kasih udah datang ya, Mpok." Tya tak mau banyak bicara. Apalagi Diaz pun menanggapi dengan senyum simpul saja. Rombongan tetangganya sudah berlalu, ia sedikit bernapas lega karena ada jeda. Segera mencubit lengan Diaz yang belum lepas dari pinggangnya. Bukannya lepas, malah semakin erat.

"Kau nggak lupa kan kalau di depan orang kita harus jadi pasangan bucin," bisik Diaz yang sengaja mendekatkan bibir ke telinga Tya. Posisi ini jika dilihat dari pandangan tamu seolah tengah mencium. "Keluarga durjana ke mari. Bersiaplah."

Tya tak berkutik. Kepala menoleh mengikuti arah pandang Diaz. Tatapannya melihat empat orang yang beriringan menghampiri Ayah Hilman lebih dulu, berpeluk cium pipi bergantian. Hal yang sama juga dilakukan terhadap Ibu Suri. Kini, wanita yang memakai gaun ketat dengan belahan dada yang menyembul itu memeluk Diaz.

"Diaz....astaga kamu, Nak. Nggak bilang-bilang sama Mama mau nikah. Mama baru tahu kemarin dari Ayah. Ibumu juga tega ih nggak ngabarin dari awal. Kenapa dadakan gini?"

Diaz yang lebih dulu mengurai pelukan. Selain tidak nyaman, ia muak dengan terhadap wanita yang menjadi madu ibunya. Tapi ia harus tetap menjaga sikap sampai nanti haknya didapat. "Aku sengaja ngasih surprise, Ma. Kenalin ini Tya istriku, Ma."

Diaz beralih menoleh ke arah Tya. Merengkuh bahunya sehingga berdiri rapat tak ada celah. "Ayang, kenalin ini Mama Selly, istri kedua Ayah," ujarnya dengan intonasi mesra dan tatapan hangat.

"Salam kenal, Mama. Saya Tya." Tya mencium tangan Mama Selly dengan takzim.

Selly balas memberi pelukan dan cium pipi. "Cantik sekali kamu, Nak. Nanti kalau udah ke Jakarta, harus main ke rumah Mama ya."

Tya mengangguk sopan. "Insya Allah kalau Mas Diaz ngajak."

"Diaz, harus ajak Tya ke rumah Mama ya."

Diaz hanya menjawab dengan anggukan. Ia beralih menatap Boby yang kini berdiri di hadapannya bersama perempuan yang mengalungkan tangan di lengan adik beda ibu itu.

"Awalnya gua nggak percaya lo mendadak kawin. Apalagi nggak meriah. Tapi lihat aura polos pengantin cewek, gua maklum. Casanova dilawan. Lupa nggak pake pengaman ya." Kalimat itu diucapkan Boby dengan berbisik sambil memeluk Diaz. Yakin tidak ada orang lain yang bisa mendengar.

"Doakan ya, Bob. Kalian juga semoga segera nyusul," sahut Diaz dengan wajah datar tanpa mau melirik Gema, mantannya yang jadi pacarnya Boby.

Boby hanya menanggapi dengan senyum sinis.

"Ayang, kenalin ini anak pertama Mama Selly. Tapi nggak usah salaman nanti gatal-gatal." Diaz dengan sengaja mengambil kedua tangan Tya. Digenggam dengan erat, lalu mengecupnya dengan lembut.

"Sialan, nyet." Boby menarik tangan Gena. Segera berlalu dari hadapan Diaz dan Tya. Berlanjut menyalami Susan dan Bisma dengan senyum terpaksa.

"Halo, dek. Mau salaman dulu nggak?" Diaz menarik satu sudut bibir melihat adiknya Boby masih mematung menyaksikan langkah tergesa kakaknya.

"Ayang, ini namanya Leony adiknya Boby. Anak SMA yang pintar. Pintar party."

Tya meringis. Cara Diaz memperkenalkan Boby dan Leony tercium aroma permusuhan yang kuat. Ia menyambut uluran tangan Leony. Berjabat tangan. "Hai, aku Tya."

Leony mengendus telapak tangan yang baru dilepaskannya. "Tercium jelas bau-bau kemiskinan. Aku mesti buru-buru cuci tangan. Oh ya selamat ya. Udah bunting berapa bulan?"

Tya membulatkan mata dengan kedua tangan mengepal. Berusaha ekspresi wajahnya tetap ramah meski hati dongkol.

"Sabar, Yang. Ini baru permulaan biar nanti nggak kaget." Diaz mengusap-usap bahu Tya.

"Yang yang terus. Udah nggak ada orang lho. Geli aku dengarnya."

Diaz mengangkat satu alisnya. Bisikan protes Tya membuatnya tersenyum kecil. Kali ini sengaja menggelitik pinggang Tya.

"Woi, Kudis. Keliatan banget bi rahinya. Sabar napa. Setengah jam lagi baru kalian bisa ngamar." Protes Devan yang datang sambil menggandeng perempuan cantik dan seksi.

Diaz mengepalkan tinjunya. Ingin meninju mulut lemes sahabatnya itu. tapi tentu saja itu hanya gerak gertakan.

"Ayang, jangan salaman sama Panu. Nanti ketularan gatal. Sini tangannya buat peluk aku aja." Diaz menarik kedua tangan Tya hingga melingkar di pinggangnya.

MAS DIAZZZZ! SEDARI TADI MODUS YA INI. KALAU IYA... INGIN KU GIGIT DIRIMU BIAR RABIES.

Tya tak berdaya. Teriakan dalam hatinya tak dipahami Diaz yang dengan kurang ajarnya kini mengecup pipi di hadapan Devan. Ingin sekali dihajar.

1
Rahma Inayah
hukumannya pasti cium km tya🤭🤭
bundanya Fa
modusmu mas.... pasti nanti hukumannya yg aneh2 gitu.
bundanya Fa
penurut sambil mikirin strategi berperang. 🤭
bundanya Fa
ibu suri kepo. 🤣🤣🤣
tidur bareng itu maunya ibu suri kaaan.... sabar ya ibu. 🤭
bundanya Fa
lari kayak dikejar setan beneran kan tya.... setannya mas dias. 🤣🤣🤣🤣
bundanya Fa
malam pertama sdh mulai muncul hilal cintanya ke tya kaaan....
bundanya Fa
haha... siksp terbukanya tya nih juga bikin dag dig dug dias.😄😄
astri chan
haduhhh bacanya nanti apa ya kalau udah banyak
Mamah Eneng
hukumnya pasti di cium🤭
Dhesy Echa
cium🤣🤣🤣
mamak"e wonk
suka dgn karakter tya
Wiwi Nurwiyah
jangan biling hukuman nya dicium🤭
Wiwi Nurwiyah
😄😄😄😄😄👍👍
Wiwi Nurwiyah
boleh ketawa lebar gak tya?
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Wiwi Nurwiyah
diratukan mertua ini mah ceritanya😄🤭🤭🤭
Hera Wati
selalu suka alur ceritanya thanks ka nia
Wiwi Nurwiyah
joko selalu dihati,,,,kudis aja kalah🤣
Wiwi Nurwiyah
hmmm...sombong dijadiin obat stres,,ntar kalo kontrak nya udh habis kamu yg stres karna gak bisa melupakan tya😄😄🤭
Wiwi Nurwiyah
tya kenapan,,,takut ternoda ya mata nya,,padahal kan udh sah mau dilihat juga🤭
Wiwi Nurwiyah
hati" kudis,,nnti lama lama terbiasa dgn tingkah tya dan kamu susah buat melupakan tya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!