NovelToon NovelToon
ALTAIR: The Guardian Eagles

ALTAIR: The Guardian Eagles

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Fantasi Timur
Popularitas:15.8k
Nilai: 5
Nama Author: Altairael

[MOHON DUKUNGAN UNTUK CERITA INI. NGGAK BAKAL NYESEL SIH NGIKUTIN PERJALANAN ARKA DAN DIYAN ✌️👍]

Karena keserakahan sang pemilik, cahaya mulia itu pun terbagi menjadi dua. Seharusnya cahaya tersebut kelak akan menjadi inti dari kemuliaan diri si empunya, tetapi yang terjadi justru sebaliknya---menjadi titik balik kejatuhannya.

Kemuliaan cahaya itu pun ternoda dan untuk memurnikannya kembali, cahaya yang telah menjadi bayi harus tinggal di bumi seperti makhluk buangan untuk menggenapi takdir.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Altairael, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

KEBERHASILAN KECIL

Bhanu Angkara terbahak-bahak sambil terus memutari Diyan. Semakin lama suaranya semakin memekakkan pendengaran dan sosoknya yang berputar cepat hanya tinggal bayangan berkelebat.

Diyan terengah-engah seperti binatang buruan yang baru saja lolos dari kejaran pemburu. Angin yang bertiup kencang tidak mampu menghalau keringat yang terus bercucuran dari wajahnya. Lelah, ingin rasanya membawa tubuh rebah, tetapi ingatan akan sang kakak tidak mengizinkan dirinya pasrah. Dia hanya harus bertahan sedikit lagi. Ya, sedikit lagi.

Napas Diyan semakin memburu, bulir-bulir peluh terus mengalir deras. Kedua tinjunya mengepal erat, di dalam hati terus menyemangati diri---Mas Arka sudah berjuang untuknya. Dia harus sanggup bertahan sedikit lagi.

"Kerja bagus, Diyan." Entah dari mana datangnya, sosok berwajah elok nan berkilau dengan sepasang sayap emas, tiba-tiba muncul di hadapan Diyan. "Enyahlah, bedebah!" Sambil berseru, dia menggerakkan tangan menyapu udara. Seketika itu juga, sosok Bhanu Angkara musnah diiringi lolong panjang amarahnya.

Diyan mendongak, matanya bersirobok dengan sepasang binar cokelat keemasan. Membuatnya lupa akan rasa sakit, terpaku menatap wajah luar biasa menawan yang dihiasi senyum menentramkan.

"Takdir harus digenapi supaya nasib bisa diperbaiki. Kamu telah berhasil melakukannya dengan baik, Diyan... dan berhak atas hadiah kecil ini. Buka mulutmu ...."

Seperti orang yang sedang berada dalam pengaruh hipnotis, Diyan pun membuka mulut. Setelah merasakan sesuatu yang dingin meleleh di lidah, tubuhnya tiba-tiba menyusut.

"Kita akan segera bertemu lagi, Diyan."

Setelah itu, sosok manusia bersayap emas tersebut tersedot oleh pusaran awan hitam. Diyan ingin berbicara, tetapi mulutnya tidak bisa dibuka.

Sudah sekitar dua jam lebih Diyan tidur lelap, itu pun setelah Arka kembali berhasil menghalau suara Bhanu Angkara. Paling tidak, itulah yang masuk akal untuk menjelaskan kenapa tiba-tiba suara Bhanu Angkara sirna dan Diyan terlelap.

Sekarang, Arka masih dalam posisi bersila untuk memulihkan kondisi yang sempat melemah. Pak Satria dan Bu Harnum sungguh tidak berdaya. Apa yang terjadi di antara kedua putra mereka dan Bhanu Angkara, berada jauh di luar jangkauan kuasa keduanya.

Bahkan, sekadar menyumbangkan sedikit hawa murni untuk membantu Arka supaya lebih cepat memulihkan diri saja tidak diperbolehkan. Karena walaupun bagaimana, Arka bukan altair biasa yang bisa menerima aliran hawa murni dari altair kelas menengah seperti Pak Satria dan Bu Harnum.

Level mereka jauh berbeda, tubuh Arka bisa dibilang memiliki sumber hawa murni yang tidak terbatas---bisa pulih dalam waktu singkat. Sedangkan, Pak Satria dan Bu Harnum, sekali kehilangan banyak, butuh waktu berhari-hari, bahkan berminggu-minggu untuk pulih.

Malam ini, mereka membutuhkan banyak tenaga yang harus ditopang seluruh hawa murni yang mereka miliki untuk bisa terbang. Jadi, tidak boleh disia-siakan.

Apakah ini sudah saatnya bagiku untuk menghadapi semuanya tanpa bantuan dari para altair agung? Arka membatin sambil menarik napas dalam-dalam, menahannya sebentar di dada dan perut, kemudian mengembuskan perlahan.

Pak Satria dan Bu Harnum yang juga duduk bersila di samping tubuh Diyan, menatap si sulung khawatir. Ketika kelopak mata Arka yang semakin terlihat pucat itu berkedut-kedut, wajah keduanya menjadi antusias.

"Arka, bagaimana rasanya?" Bu Harnum segera mendekat dan mengusap bintik-bintik peluh yang ada di dahi putra sulungnya.

Melihat betapa pucat dan risau wajah sang ibu, Arka serta-merta menarik kedua ujung bibirnya. "Aku baik-baik saja, Bu. Kondisi Bhanu Angkara jauh lebih lemah sekarang. Aku yakin dia akan lebih menghemat tenaga untuk melakukan aksinya nanti malam."

Bu Harnum merengkuh Arka ke dalam pelukan dan mulai terisak. "Maaf ... seandainya waktu itu kami nggak begitu bodoh ... semua ini pasti nggak pernah terjadi."

"Semua yang terjadi adalah kehendak-Nya. Kita nggak punya kuasa untuk menolak. Jika ternyata Ibu dan Ayah yang terpilih untuk misi ini, bukan berarti Dia nggak menyayangi kalian. Dia tahu kalian memiliki potensi, kalian pasti mampu melalui ujian ini, lulus dan kemudian naik tingkat. Aku percaya, L dan aku pasti juga mampu melaluinya. Kita akan kembali ke Sahen Gaganantara bersama-sama."

Tangis Bu Harnum pecah hingga bahunya berguncang-guncang. Arks mendekap sangat erat untuk menyampaikan bahwa dia sama sekali tidak menyalahkan ibunya atas apa yang terjadi.

"Nggak ada kata-kata yang lebih bijak lagi dari itu aku rasa." Pak Satria mengacak rambut Arka dengan rasa bangga.

Sebagai kepala keluarga, Pak Satria harus bisa terlihat lebih tegar meskipun sebenarnya jiwanya juga merintih. Senyum tipis tersungging dan mata menatap bangga, rasanya tidak ada yang bisa lebih membuatnya bahagia selain tetap mendampingi putra-putranya sampai semua selesai. Entah dengan akhir yang seperti apa.

"Terima kasih untuk semuanya, Ayah."

"Apa pun---" Pergerakan kecil dari Diyan menghentikan Pak Satria.

"An!" Arka berseru saat melihat kelopak mata berbulu lentik itu bergerak-gerak.

Bu Harnum melepas pelukan seketika dan menoleh. "An, kamu sudah bangun, Sayang." Perempuan itu tersenyum lebar di antara air mata yang masih terus mengalir.

Tidak kuasa menanggung rasa lega setelah ketegangan yang berkepanjangan, Bu Harnum memeluk putra bungsunya erat-erat hingga yang bersangkutan meringis.

"Bu, sesak." Keluhan lirihnya seperti mantra penolakan---Bu Harnum serta-merta menarik diri.

"Hei," Arka menyapa lembut sembari mencondongkan tubuh di atas adiknya, "Kabar baik, kan?"

Meski pucat dan lemah, tetapi senyum lebar yang Diyan pamerkan mampu membuatnya terlihat sumringah dan baik-baik saja. "Terima kasih untuk semuanya." Dia berucap lirih.

"Untuk apa, hum?" Arka mengusap dahi adiknya penuh sayang.

"Aku butuh makan sebelum menceritakan semuanya. Perutku sangat lapar." Ujaran Diyan yang bernada jenaka adalah kabar gembira bagi mereka semua.

Bu Harnum terkekeh dan air mata kesedihan pun telah berganti menjadi lelehan penuh haru. "Tentu, sekarang juga sudah waktunya makan malam. Ibu ke dapur dulu, mau masak."

"Aku akan membantumu," ujar Pak Satria. "Sebaiknya kamu mandi, An."

"Ya ... tentu." Anggukan kepala Diyan selemah suaranya yang hampir tidak terdengar.

Setelah mendaratkan satu kecupan masing-masing di kedua pipi si bungsu, Bu Harnum pun segera beranjak, sedangkan Pak Satria hanya melayangkan ciuman jarak jauh yang dibalas kecupan jarak jauh pula oleh yang bersangkutan.

"Bagaimana rasanya? Apa punggungmu masih sakit?" tanya Arka dengan nada tidak sabaran. Wajah yang biasanya sendu dengan tatapan sayu, sekarang mengukir senyum lebar hingga giginya terlihat---sesuatu yang sangat jarang dilakukannya.

Diyan menggeleng lemah dan berujar,  "Mas Arka ... aku mimpi sangat indah."

Arka menyapu dahi dan pelipis adiknya yang mengalirkan bulir-bulir cairan bening, sambil berujar, "Aku mau sekali mendengarnya, tapi kamu harus mandi dulu, tubuhmu basah dan lengket. Tapi, syukurlah sudah nggak demam lagi."

"Itu karena altair sangat tampan bermata cokelat keemasan, juga bersayap emas sudah memberi aku obat dari langit."

"Altair AgungCariyasukma." Arka bergumam, berbicara lebih pada diri sendiri. Tidak ada altair bermata cokelat keemasan bersayap emas lain di Sahen Gaganantara selain Cariyasukma.

"Jadi, Mas Arka juga percaya kalau altair itu ada, bukan hanya mitos? Aku nggak tahu nama altair itu, tapi dia benar-benar sangat indah dengan sayap emasnya, seperti yang dulu pernah ayah dan ibu dongengkan. Sebelum terbang pergi dia berkata bahwa kita akan bertemu lagi. Entah kenapa, rasanya manusia bersayap itu sangat nggak asing."

Setelah mengoceh panjang dengan suara lemah, kondisinya yang belum pulih pun semakin melemah. Diyan rebah lemas dan napasnya ngos-ngosan.

"Ceritanya dilanjut nanti saja, sekarang sebaiknya kamu mandi dulu sana." Arka membantu Diyan bangun dari baring.

Dia seolah tidak peduli perihal altair yang muncul di mimpi adiknya, padahal sebenarnya sangat tertarik dan ingin mendengar lebih banyak lagi. Namun, dia harus bisa menahan diri.

Setelah duduk, alih-alih segera beranjak, Diyan justru terpaku menatap kakaknya. Dahinya mengernyit seperti ada yang sedang mengganggu pikirannya. Tidak lama kemudian dia pun terlihat tersenyum.

"Kayaknya aku lupa kalau selama ini punya altair pelindung yang juga sangat tampan bernama Arka Gaganantara."

Mendengar itu, Arka yang jarang tersenyum pun akhirnya tersenyum lebar hingga kedua matanya menyipit. "Aku altair?" ujarnya dengan nada seolah meragukan identitas sendiri.

"Pokoknya, bagiku Mas Arka tu sama saja kayak altair pelindung, malaikat pelindung, gitu. Selalu datang menolong tepat waktu kalau aku dalam masalah."

"Kita kan saudara. Arka adalah Diyan, begitu juga sebaliknya. Jika Diyan menderita, maka Arka juga akan merasakan penderitaannya." Kali ini Arka membalut ujarannya dengan canda. Setelahnya pun dia terkekeh ringan.

"Itu benar." Diyan ikut tergelak ringan. "Mas harus tau, walaupun rasa sakit itu seakan menulikan dan membutakan, tapi aku mendengar semua yang Mas Arka katakan. Itu membuatku lebih kuat. Awalnya aku hanya pura-pura tidur karena ingin Mas Arka beristirahat. Aku terus melawan suara-suara itu, menahan rasa sakit dan panas sampai akhirnya altair tampan itu mengusirnya?"

"An," Mata Arka melebar tidak percaya, "ka-kamu melakukannya?"

"Ya, aku melakukannya. Karena, rasanya nggak enak banget waktu mendengar Mas Arka, ayah dan ibu terus meratap. Aku juga bisa merasakan saat Mas Arka putus asa dan hampir menyerah. Tadinya, aku pikir Mas Arka akan menyerah. Aku ... sempat merasa takut, tapi ... terima kasih ...."

Dua buliran cairan bening turun saat Arka memejamkan mata, dia bersyukur atas hati adiknya yang penuh tekad. "Terima kasih, An," ucapnya kemudian dengan suara lirih.

"Altair itu bilang kalau obat yang dia berikan padaku adalah hadiah karena aku telah berhasil melakukannya dengan baik."

"Mas bangga sama kamu." Arka mendekap adiknya erat.

"Mas Arka ... bertemu manusia bersayap di dalam mimpi sudah aku alami dua kali. Lalu, apa benar kata Bhanu Angkara kalau sebenarnya kita adalah altair?"

Senyum Arka seketika sirna. Dia tidak tahu harus menjawab jujur atau berdusta.

Sementara itu dari balik jendela dapur, Bu Harnum dan Pak Satria menatap langit yang semakin lama semakin pekat.

"Dia sudah mengatur segalanya." Bu Harnum menghela napas panjang.

"Mudah-mudahan segalanya berjalan lancar sesuai dengan rencana." Pak Satria pun ikut-ikutan menghela napas panjang nan berat.

1
bang sleepy
Akhirnya sampai di chap terakhir update/Whimper/ aku bagi secangkir kopi biar authornya semangat nulis 🤭💗
bang sleepy
pengen kuguyur dengan saos kacang rasanya/Panic/
bang sleepy
brisik kamu kutu anjing! /Panic/
bang sleepy
bisa bisanya ngebucin di moment begini /Drowsy/
bang sleepy
mank eak?
diyan selalu berada di sisi mas arka/Chuckle/
bang sleepy
shock is an understatement....... /Scare/
bang sleepy
sabar ya bang arka wkwwk
bang sleepy
tetanggaku namanya cecilia trs penyakitan, sakit sakitan trs. akhirnya namanya diubah. bru sembuh
bang sleepy
mau heran tp mrk kan iblis /Drowsy/
bang sleepy
dun dun dun dunnnn~♪
bang sleepy
astaga suaranya kedengeran di telingaku /Gosh/
bang sleepy
Hah... jd raga palsu itu ya cuma buat nguji arka ama diyan
Alta [Fantasi Nusantara]: Kenyataan emang pahit ya🤣🤣🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
bang sleepy
bener uga ciii /Facepalm//Facepalm//Facepalm/
bang sleepy
idih idihhh
bang sleepy
nyembur wkwkwkwk
bang sleepy
Tiba-tiba cinta datang kepadaku~♪ #woi
bang sleepy
kan bener. kelakuannye kek bokem. tp dia altair
bang sleepy
agak ngeri ngeri sedap emg si diyan ini wkwkw
Alta [Fantasi Nusantara]: /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
total 1 replies
bang sleepy
anaknya anu kah
bang sleepy
buseeeeddd
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!