Lea Miranda tak pernah menyangka, di usia pernikahannya yang Ke 12 tahun, ia mendapatkan ujian yang begitu berat. Yaitu, dikhianati oleh suami dan sahabatnya sendiri, Arya Dan Chelsea.
Awalnya, Lea memutuskan untuk bercerai dan merasa tak sudi melihat suami dan sahabatnya itu ketika mengetahui perselingkuhan mereka. Namun, ia berubah pikiran ketika teringat bagaimana ia dan Arya membangun rumah tangga, dan bagaimana mereka berjuang dari nol hingga mereka berada di titik yang sekarang.
Akhirnya, kini Lea memilih merebut suaminya kembali. Ia bertekad akan kembali membuat Arya bertekuk lutut di hadapannya dan menghempaskan Chelsea dari hidup mereka.
Bisakah Lea melakukan itu?
Bagaimana caranya ia merebut kembali suaminya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SkySal, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Harus Memilih
"Benar kamu selingkuh dengan Chelsea, Arya?"
Arya langsung tercengang mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh sang Ibu, ia tak mampu menjawab, lidahnya tiba-tiba terasa kelu.
"JAWAB, ARYA!" bentak Bu Irma dengan mata yang sudah berkaca-kaca, diamnya Arya seolah sudah menjadi jawaban yang sangat ia takutkan.
"Ma, aku ... aku nggak bermaksud melakukan ini," lirih Arya yang langsung tertunduk lesu.
Bu Irma langsung merasa lemas, kakinya pun seperti tak mampu lagi berpijak di tanah, sehingga tiba-tiba ia merasa limbung dan hampir saja terjatuh.
Arya ingin mendekat untuk membantu sang sang Ibu, tapi Bu Irma langsung menepis tangan putranya itu.
"Bagaimana bisa kamu melakukan ini, Arya?" lirih Bu Irma dengan suara yang bergetar. "Apa kurangnya Lea, huh?"
"Dia sempurna, Ma," jawab Arya. "Aku minta maaf."
"Jangan minta maaf sama Mama!" teriak Bu Irma dengan air mata yang mengalir di pipinya. "Minta maaf dan bersujud sana di depan anak istrimu, yang selalu setia mendampingi kamu dalam setiap keadaan."
Arya tak mampu berkata-kata, bahkan untuk menatap mata sang Ibu saja ia tak mampu.
"Mama malu sama Lea, Arya!" ucap Bu Irma sembari menyeka air matanya. "Dia begitu menghormati kami, memperlakukan kami seperti orang tua kandungnya sendiri, dia juga setia sama kamu sejak kamu bukan siapa-siapa. Dan ini balasan kamu, huh?"
Arya masih membisu, ia tahu apa yang dikatakan ibunya sangat benar.
"Mama kecewa sama kamu, Arya! Mama malu menyebut kamu sebagai anak Mama!"
...🦋...
Sementara di sisi lain, Chelsea memanggil Dokter untuk memeriksa keadaan sang Ibu. Dan ia sangat bersyukur ibunya hanya shock, dan tidak perlu dirawat di rumah sakit.
Namun, Chelsea juga sedih karena sang Ibu engga berbicara dengannya.
"Aku harus ke kantor, Ma," kata Chelsea kemudian. "Hari ini aku janji akan pulang lebih cepat."
Bu Erni tak menanggapi, bahkan ia tampak enggan menatap putrinya itu.
"Aku minta maaf," seru Chelsea kemudian. "Aku nggak bermaksud membuat Mama seperti ini."
"Lalu kenapa kamu membuat Mama seperti ini?" Akhirnya Bu Erni bersuara.
"Aku sama mas Arya saling mencintai, Ma," ujar Chelsea yang membuat Ibunya terhenyak.
"Kamu bodoh atau sudah gila, Chelsea?" lirih sang Ibu.
"Aku tahu aku bodoh," lirih Chelsea. "Aku juga pasti sudah gila karena mencintai suami sahabatku sendiri, tapi aku harus bagaimana? Perasaan itu datang sendiri, aku juga nggak mau menyakiti Lea."
Bu Erni langsung menutup mata dengan lengannya, ia kembali menangis, malu pada dirinya sendiri. Ia merasa gagal mendidik anaknya, apalagi mengingat Lea selama ini sangat baik, bukan hanya pada Chelsea, tapi juga pada dirinya.
Bahkan, yang selalu menyelamatkan Chelsea dari kekerasan mantan suaminya dulu adalah Lea.
Chelsea juga pernah sampai masuk UGD karena dipukuli oleh mantan suaminya, dan Lea yang membayar semua biaya perawatan itu.
Sekarang, Bu Erni merasa sangat malu karena ia membalas kebaikan Lea dengan racun yang mematikan.
"Pergi!" seru Bu Erni dengan suara yang tercekat. "Pergi dan minta maaf lah pada Lea, dan ingat semua kebaikan yang dia lakukan padamu, Chelsea."
Chelsea menggeleng, jelas ia tak punya keberanian untuk muncul di hadapan Lea. Di satu sisi, ia malu dan takut pada kemarahan Lea. Di sisi lain, ia tak mau melepaskan Arya.
"Mas Arya akan berjanji menikahi ku, Ma," kata Chelsea. "Aku tahu ini salah, tapi aku juga berhak mendapatkan kebahagiaanku sendiri, apa itu juga salah?"
...🦋...
Setelah melabrak dan melepaskan segala rasa sakit hatinya pada Chelsea, Lea pergi ke makam orang tuanya. Di sana ia mengadu dan menangis sesegukan, Lea sungguh butuh tempat bersandar saat ini, tapi ia merasa sudah tidak punya siapapun lagi.
"Apa salahku, Ma?" Lea mengusap nisan yang terukir nama sang ibu. "Apa kurangnya aku sampai dia harus mencarinya ke perempuan lain."
Air mata Lea jatuh tanpa henti, hingga membuat matanya bengkak.
"Aku berjuang bertahan dengan suamiku, menjaga keluarga kecilku agar selalu bahagia. Aku bahkan meninggalkan karirku demi menjadi istri dan ibu yang baik, tapi itu masih kurang, Ma. Apa aku yang salah, atau dia yang salah?"
"Putraku yang salah!"
Lea langsung mendongak saat mendengar suara itu.
"Ma?" lirih Lea yang melihat Ibu mertuanya datang.
Setelah menemui Arya, Bu Irma mencari Lea ke rumahnya, juga ke rumah orang tuanya, tapi tidak ada. Sedangkan Darrel terus menangis khawatir, ia takut ibunya menangis sendirian. Akhirnya, Bu Irma datang ke makam orang tua Lea dan dugaannya tidak salah.
"Arya yang salah, Sayang," kata Bu Irma sembari mendekati Lea. "Dia dibutakan oleh nafsu, sampai tidak bisa melihat bidadari yang ada di depannya."
"Kalau aku memang bidadari, kenapa dia mendua?" lirih Lea. "Itu pun dengan ... dengan ...." Lea tak sanggup melanjutkan kata-katanya.
"Seperti yang Mama bilang, dia dibutakan nafsu," kata Bu Irma dan tiba-tiba ia bersimpuh di depan Lea, membuat Lea terkejut.
"Ma! Apa yang Mama lakukan!" Lea berusaha menarik Ibu mertuanya itu berdiri, tapi Bu Erma tak mau.
"Jika anak melakukan kesalahan padahal dia sudah tahu mana yang salah dan benar, maka yang patut disalahkan adalah orang tuanya," lirih Bu Irma. "Mungkin kami salah mendidik Arya, jadi kami benar-benar meminta maaf padamu, Lea."
"Kalian nggak salah!" bantah Lea yang langsung memeluk Ibu mertuanya. "Ini salah dia, salah mereka berdua yang gelap mata dan hati."
"Kalau begitu kamu juga nggak salah," ujar Bu Irma. "Kamu nggak punya kekurangan apapun yang menjadi alasan Arya selingkuh, perbuatannya tidak ada sangkut pautnya sama kamu, Lea. Dia hanya termakan kesenangan sesaatnya.
Lea tak lagi bersuara, tapi kali ini ia berhenti menangis dan mencoba berpikir dengan tenang.
Benar, Lea berpikir dirinya tidak salah. Selama menjadi istri Arya, dan menjadi Ibu dari Darrel dan Jihan, Lea selalu melakukan semuanya sebaik mungkin. Lalu bagaimana bisa dia yang salah?
"Aku akan bercerai, Mama," kata Lea akhirnya yang membuat Bu Erma terkejut. "Semuanya sudah hancur, aku nggak mau lagi menjadi istrinya, aku hanya akan menjadi anak dari anak-anak kami."
"Lea, apa pilihan kamu tidak terlalu tergesa-gesa?"
"Nggak, Ma, aku memang harus memilih sekarang karena aku nggak mau menjadi badut dua orang itu."