Premarital Agreement

❤️ Happy Reading ❤️

''Sempurna...'' kata Ivana setalah selesai memakaikan dasi pada suaminya. ''Duh gantengnya suamiku...'' puji Ivana.

''Kamu juga cantik sayang...jadi makin cinta.'' kata Geva dengan mencuri satu kecupan singkat di bibir Ivana.

''Oh jadi kalau aku gak cantik...gak cinta nih...'' kata Ivana.

''Enggak.'' sahut Geva. ''Auww...'' ringis Geva. ''Kok perut aku di cubit sih yang...sakit tau.'' keluhnya.

''Biarin...habisnya kamu nyebelin.'' kata Ivana dengan bibir yang sudah maju lima senti...hehehe. ''Kamu cinta kalau cantik aja.'' sambungnya lagi dengan masih rasa dongkol di hatinya.

''Eith...mau kemana?'' tanya Geva dengan mencekal tangan Ivana, karena istrinya itu hendak pergi dari hadapannya.

''Keluar...'' ketus Ivana.

Grep

''Sayang, jangan marah dong...aku cuma bercanda kok.'' bujuk Geva dengan memeluk tubuh Ivana. ''Mana mungkin aku cinta cuma mandang fisik aja...cinta itu dari hari.'' sambungnya lagi. ''Mau cantik...mau jelek, kalau sudah cinta bisa apa.'' imbuhnya namun Ivana masih diam membisu, bahkan pelukannya pun tak di balas. ''Maaf...'' ucap Geva namun masih tak mendapatkan jawaban. ''Jadi suami minta maaf gak di maafin nih...'' katanya lagi.

''Iya.'' sahut Ivana.

''Iya apa?'' goda Geva.

''Iya di maafin.'' sahut Ivana. ''Sudah lepas, aku mau ambil tas.'' kata Ivana dan mau tak mau Geva pun melepaskannya dari pada sang istri mengeluarkan taringnya kembali. ''Dasar nyebelin.'' ketus Ivana.

''Love you to sayang.'' balas Geva.

''Orang aku gak bilang love you kok.'' kata Ivana.

''Iya i love you to my wife.'' kata Geva lagi yang membuat Ivana memilih pergi keluar kamarnya.

Geva pun langsung mengikuti sang istri keluar untuk sarapan bersama sebelum berangkat kerja.

❤️

''Selamat pagi...'' sapa Ivana.

''Selamat pagi.'' sahut Rafael dan Mela.

''Sudah sembuh Vi?'' tanya Rafael.

''Iya Vi kamu sudah sembuh?'' timpal Mela yang mengulang pertanyaan Rafael. ''Rencananya nanti pulang kantor aku sama pak Rafa mau jenguk kamu.'' sambungnya lagi.

''Eh iya sudah kok, nyatanya aku sudah berangkat.'' jawab Ivana.

''Kamu sebenarnya sakit apa sih Vi? kok sampek pak Geva yang telpon minta ijin.'' tanya Mela.

''Cuma gak enak badan aja kok.'' jawab Ivana. ''Maaf ya aku bohong...ya kali aku bilang kalau sakit karena habis iya-iya.'' sambung Ivana dalam hati.

''Kayaknya Geva junior segera launching nih.'' goda Rafael.

''Do'akan saja ya pak.'' sahut Ivana.

''O iya Vi tadi kamu berangkat sama siapa?'' tanah Rafael.

''Sama mas Geva pak, tapi langsung ke perusahan...katanya ada meeting penting.'' jawab Ivana.

''Ya udah kalian langsung kerja, saya mau masuk dulu.'' kata Rafael.

❤️

''Sayang...'' panggil Geva saat sang istri masih fokus dengan layar monitor di depannya.

''Eh mas sudah sampai.'' sebuah pertanyaan klise yang di katakan oleh Ivana.

''Pulang yuk...'' ajak Geva yang memang waktu sudah menunjukkan lewat jam pulang kerja.

''Aku beresin ini sebentar.'' kata Ivana dengan tangan yang cekatan mulai membereskan meja kerjanya.

''Hai Gev.'' seru Rafael yang baru keluar dari ruangannya.

''Hai.'' sapa Geva.

''Sudah datang dari tadi?'' tanya Rafael.

''Enggak, baru aja kok.'' jawab Geva.

Rafael mengajak Geva untuk duduk di sofa yang ada di pojok lantai tersebut.

Mereka asik mengobrol tentang bisnis hingga ke masalah pribadi.

Ya emang dasarnya sahabat jadi ngobrolnya gak ngejenuhin.

''Sudah?'' tanya Geva saat Ivana berjalan mendekat sehingga membuat Geva langsung berdiri dan berjalan menghampirinya.

''He'em.'' sahut Ivana.

Cup

Geva memberikan satu kecupan di kening sang istri begitu posisi mereka sudah dekat.

''Woy ingat tempat bro.'' kata Rafael.

''Sirik aja...dasar jomblo.'' ledek Geva. ''Sana cari istri biar bisa mesra-mesraan....'' kata Geva lagi.

''Awas kamu ya...mentang-mentang sudah sold out.'' teriak Rafael karena posisi Geva dan Ivana sudah hendak naik ke dalam lift.

❤️

Sampai di dalam rumah, Ivana langsung masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang sudah terasa lengket serta gerah baru setelah dia selesai bergantian dengan Geva.

Cklek

''Sayang, kamu kenapa?'' tanya Geva yang langsung bergegas menghampiri Ivana yang berada di atas ranjang dalam posisi meringkuk karena sempat mendengar rintihannya. ''Muka kamu pucat banget...ayo ke dokter.'' kata Geva padahal posisinya saat ini hanya menggunakan handuk di pinggangnya.

''Enggak...aku gak mau ke dokter.'' lirih Ivana.

''Tapi kamu kesakitan kayak gini loh yank.'' kata Geva yang merasa tak tega.

''Aku gak apa-apa, cuma aku itu baru saja datang bulan dan ini sudah terbiasa kalau cuma nyeri kayak gini.'' lirih Ivana.

''Tapi aku gak tega sama kamu sayang...'' kata Geva.

''Mas, tolong beliin aja minuman untuk datang bulan di apotek atau mini market.'' kata Ivana. ''Nanti aku chat merk minumannya.'' kata Ivana lagi. ''Biasanya habis minum itu rasa nyerinya baikan.'' sambungnya lagi.

''Ya sudah aku pakai pakaian sebentar.'' kata Geva yang sadar bahwa dirinya hanya memakai sehelai handuk yang melilit di pinggangnya.

Begitu selesai, Geva langsung pergi ke luar...tapi sebelum itu dirinya mengompres perut Ivan agar lebih baik.

Jujur dalam hati Geva sebenarnya kasihan melihat Ivana menahan rasa nyerinya, juga ada secuil rasa tak rela jika baru saja merasakan nikmatnya surga dunia harus menahan diri karena sang pemiliknya masih mengalami banjir bandang.

❤️

''Geva.'' panggil mama Cecil. ''Mau kemana?'' tanyanya.

''Geva mau ke apotek ma, mau cari minuman pereda nyeri datang bulan buat Ivana.'' jawab Geva.

''Ivana datang bulan...'' beo mama Cecil.

''Iya ma.'' sahut Geva. ''Geva pergi dulu ya ma...tolong lihatin Ivana di kamar.'' sambungnya lagi lalu pergi begitu saja sebelum mendengar jawaban sang mama.

''Yah keinginan punya cucu harus di tunda dulu karena pabriknya belum bisa di kunjungi.'' gumam mama Cecil.