SYEILA

" Dara... Dara... Kemana putri ku?"

Suara perempuan mengalihkan perhatian Syeila , ia menoleh. Dan melihat perempuan yang memanggil nama Dara berjalan tergesa-gesa melihat satu persatu ranjang pasien.

Dia terus mencari hingga menghampiri Syeila dan Robby yang duduk di antara ranjang yang ditempati oleh Faisol dan gadis tadi.

" Oh Pak... Ini Dara.. Ini Dara anak kita " Seru perempuan itu menunjuk gadis yang telah diselamatkan oleh Faisol .

" Ibu siapa?" Tanya Syeila.

" Saya Ibunya " Perempuan itu menepuk dadanya sendiri sambil lalu menunjuk Dara,.nama gadis itu.

" Oh ya... Silahkan Bu"

Syeila memberikan kursi yang diduduki kepada perempuan itu. Sementara dia dan Robby menepi ke samping tempat tidur Faisol .

Pria itu belum bangun setelah diberi obat penenang, supaya kondisi nya kembali fit.

" Apakah kamu yang sudah menolong anak saya?" Tanya laki-laki yang menemani perempuan tadi. Mungkin beliau suaminya.

" Bukan, tapi dia " Syeila menunjuk Faisol .

Pria yang bernama Pak Arya tersenyum simpul, ia meraba urat nadi Dara. Kepalanya manggut-manggut seperti sebuah tanda.

" Gimana Pak?" Tanya Bu Arya dengan suara berbisik.

" Dara dan bayinya baik-baik saja " Pak Arya pun menjawab dengan suara yang hampir tidak terdengar.

Syeila terkesiap kaget, begitu pula dengan Robby . Rupanya Dara sedang mengandung, dan hebatnya Pak Arya bisa tahu hanya dengan memeriksa urat nadi nya.

Usut punya usut, Pak Arya adalah seorang Mantri di desa ini. Dan perawat yang memberikan obat penenang kepada Faisol adalah Kakak kandung Dara.

Dialah yang mengabarkan keadaan Dara, dan sengaja tidak ada seorang Dokter pun yang memeriksa Dara. Supaya berita kehamilan Dara tidak tersebar.

Ketika matahari sudah hampir berada di atas kepala, Faisol siuman. Bu Arya memberikan makanan suplemen kepada Faisol . Dan juga menyuguhi Syeila beserta Robby dengan berbagai macam makanan.

Setelah Dara sedikit pulih, mereka membawa Dara pulang. Syeila , Faisol dan Robby diajaknya ikut serta.

Sebenarnya ketiga nya kompak menolak, namun karena terus menerus dipaksa. Maka mereka memutuskan untuk tinggal sehari saja, setelah itu mereka akan meneruskan pencarian tentang keberadaan Ainur.

" Kita akan kehilangan jejak si Ainur, jauh sekali " Syeila mengeluh, disaat dia dan kedua rekannya duduk di bawah pohon rindang di halaman rumah Dara.

" Dia memang sudah pergi jauh sekali, aku sama sekali tidak mendapatkan sinyal keberadaan Ainur dari radius seratus kilometer " Jawab Robby.

" Kemana dia pergi ?" Imbuh Syeila .

Pertanyaan Syeila mengambang, sebab Dara muncul dengan membawa nampan berisi beberapa cangkir teh hangat.

Ia tersenyum manis, menyajikan teh itu di depan ketiga tamunya.

" Tidak usah repot-repot, kau masih belum pulih " Ucap Faisol terdengar sangat manis.

Syeila terkejut heran, biasanya nada bicara si Pangeran selalu datar dan mendominasi. Kenapa sekarang malah berbeda ?

Robby pun terpikirkan hal yang sama, bola matanya mengerjap tak percaya.

" Tidak apa-apa, ummmm boleh kah saya bicara berdua dengan Tuan"

Syeila cengo, mau bicara berdua ? Lalu kenapa dia bawa teh tiga cangkir ?

Robby geleng-geleng kepala, tanpa banyak tanya ia segera pergi. Tapi Syeila masih diam berdiri.

Faisol memberikan kode menggunakan gerakan bola matanya, supaya Syeila mengikuti Robby .

Dara tersenyum malu, mengetahui Faisol menyetujui permintaan nya untuk bicara empat mata.

" Apa-apaan sih ?"

Gerutu Syeila kesal, entah kenapa hatinya dongkol sekali. Diraih nya secangkir kopi dan toples yang berisi kudapan.

" Syel... Ngapain bawa itu?" Seru Robby .

" Mubazir!!!"

Jawab Syeila dengan sedikit berteriak, ia sengaja menghentakkan kakinya saat berjalan pergi.

" Mau bicara apa ?" Tanya Faisol setelah Syeila dan Robby menjauh.

" Ummm tapi Tuan jangan marah ya" pinta Dara yang langsung disetujui oleh Faisol .

" Tuan... Tuan pasti tahu jika saya mengandung "

Faisol mengernyit heran, apa yang akan dibicarakan Dara mengundang kecurigaan ?

" Tunangan saya tidak mengakui ini anaknya, dia bilang dia sama sekali tidak pernah menyentuh saya. Padahal, saya sudah bersumpah jika kami pernah melakukannya . Malah bisa dibilang sudah berkali-kali "

Faisol menunggu finis dari cerita Dara.

" Jika Tuan tidak keberatan, maukah Tuan menikah dengan saya "

Sontak Faisol membeliak lebar, permintaan gila macam apa ini ? Faisol secara refleks berdiri.

" Kamu sudah gila ?"

Dara menggeleng cepat, ia meletakkan jari telunjuk nya di bibir serta bangkit mensejajari Faisol .

" Tolong jangan keras-keras, jika tetangga tahu? keluarga saya akan malu. Saya hanya meminta Tuan untuk menikah sampai bayi ini lahir. Setelah itu Tuan ingin meninggalkan saya tidak apa-apa "

Dara menyentuh lengan Faisol dengan penuh harap, namun Faisol cepat menepisnya.

Syeila menyaksikan adegan itu jadi merasa curiga, pasti ada yang tidak beres.

" Syel... Sudah.. Jangan lihat kesana" Tegur Robby yang sangat menikmati cemilan di dalam toples.

" Ada yang aneh Rob"

" Aneh apanya? Yang aneh tuh sikap kamu, kayak lagi cemburu "

Syeila reflek menoleh.

" Siapa yang cemburu ?"

" Kucing " Jawab Robby sekenanya.

Syeila kesal, ia merebut toples cemilan dari pelukan Robby .

" Eh eh"

" Apa?? Tadi kau bilang ngapain aku bawa ini kan? Kok malah kamu yang doyan "

Balas Syeila yang langsung membuat Robby terkena mental.

" Tolong ya Tuan... " Dara berusaha memaksa, namun Faisol tetap menolak. Karena hal ini tidak akan menjadi masalah sepele jika keluarga Kerajaan mengetahuinya. Bisa-bisa Faisol akan terus terjebak di dalam permainan ini.

Tiba-tiba seorang pria datang sambil mengucapkan salam. Mengganggu usaha Dara yang terus membujuk Faisol .

" Assalamualaikum "

Semua menoleh...

" Pak, itu Hendra "

Bisik Bu Arya, sejak tadi dia dan suaminya mengintip dari balik jendela.

" Mas Hendra ??" Sapa Dara, ia terlihat kaget melihat kedatangan pria itu.

Hendra tersenyum tipis, seolah-olah tidak ada masalah diantara mereka.

" Rupanya... Sekarang sudah jelas bukan ? Jika kamu tidak sedang hamil anakku. Kamu memang memiliki hubungan dengan banyak pria "

Faisol terbelalak, apa maksud nya ? Namun reaksi Dara berbeda, ia justru tersenyum penuh kemenangan . Dan dengan pedenya menggandeng tangan Faisol .

" Kalau iya kenapa ? Toh dia jauh lebih dari segalanya dibanding Mas Hendra. Lihat saja mobil nya "

Dara menunjuk mobil yang terparkir, Hendra menoleh. Dia sudah melihat nya sejak pertama kali datang tadi.

" Bagus... Kalau begitu bersihkan nama baikku Dara " Kecam Hendra tegas.

" Tunggu !!!"

Tiba-tiba Faisol menyela.

" Maaf, ini.... "

" Tenang saja Mas, nanti juga semua orang pada tahu . Dan nama baikmu akan kembali " Dara memotong ucapan Faisol .

" Toh kami akan menikah besok, dan Bapak akan membuat pesta rakyat secara besar-besaran " Sambung Dara yakin dengan rencana dadakannya.

Faisol semakin panik.

" Kamu bicara apa sih? Hah??"

Syeila mengajak Robby untuk mendekat, karena dia kurang jelas mendengar percakapan mereka. Tapi Robby menolak, sebab masih sayang dengan sisa makanan di dalam toples tersebut.