NovelToon NovelToon
The Second Wife

The Second Wife

Status: sedang berlangsung
Genre:nikahmuda / Poligami / Cinta setelah menikah
Popularitas:13.5k
Nilai: 5
Nama Author: Gilva Afnida

Pergi dari rumah keluarga paman yang selama ini telah membesarkannya adalah satu-satunya tindakan yang Kanaya pilih untuk membuat dirinya tetap waras.

Selain karena fakta mengejutkan tentang asal usul dirinya yang sebenarnya, Kanaya juga terus menerus didesak untuk menerima tawaran Vania untuk menjadi adik madunya.

Desakan itu membuat Kanaya tak dapat berpikir jernih hingga akhirnya dia menerima tawaran Vania dan menjadi istri kedua.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gilva Afnida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 17

"Siapa juga yang lagi ngomongin kejelekan Vania? Mama cuma ngomongin fakta." Putri menghela napasnya berat. "Andai aja kamu dulu dengerin omongan mama."

"Ma!" Adnan terlihat kesal dengan mamanya. "Aku tuh udah besar. Aku berhak menentukan atas pilihan hidupku sendiri."

Setelahnya, Adnan berjalan keluar dari dapur dengan ekspresi yang gelap.

"Mau kemana kamu?" teriak Putri. "Adnan! Adnan! Mama masih belum selesai bicara." Putri terus memanggil Adnan yang seperti sengaja membuat telinganya tuli. Adnan terus berjalan menaiki anak tangga untuk masuk ke dalam kamarnya.

Kanaya yang melihat perdebatan anak dan ibu itu memilih untuk diam saja sambil melanjutkan makan sandwich yang menurutnya sangat enak.

"Hah. Dasar anak bandel!" kesal Putri.

Menyadari keberadaan Kanaya yang masih berada di sampingnya, Putri pun menolehkan kepalanya. "Maafin tante ya, Nay. Kamu pasti jadi gak enak deh."

Dengan wajah yang kikuk, Kanaya tersenyum formal. "Gak apa-apa kok, Tante. Anggap aja aku lagi gak ada di sini."

"Tante itu sebel, Nay. Andai aja Adnan dengerin apa kata tante dulu. Pasti tante udah nimang cucu banyak sekarang." Kedua mata Putri terlihat sendu, menjadikan Kanaya ikut merasakan sedihnya.

Tangan Kanaya memegang tangan Putri dan mengusapnya. Wajah Putri yang terlihat sendu mengingatkannya pada ibunya yang telah tiada. Dulu sewaktu kecil, Kanaya sering melihat ibunya berwajah seperti sembari menatap luar rumah dalam waktu yang lama. "Yang sabar ya tante, aku doain semoga tante bisa segera dapet cucu."

Kedua sudut bibir Putri terangkat ke atas. Dia tersenyum lebar meski kedua matanya masih menampilkan rasa sedihnya. "Kayaknya gak mungkin deh, Nay. Kamu kan tahu sendiri kalau kakak sepupumu itu memiliki resiko tinggi kalau sampai bisa hamil. Jadi harapan tante itu kayak semakin jauh gitu lho."

Kanaya membenarkan perkataan Putri dalam hatinya, karena alasan itulah Vania memberikan tawaran pada Kanaya agar bisa mengandung anak dari Adnan. Tapi tentu saja tanpa sepengetahuan Putri.

"Memangnya kalau Mas Adnan menikah lagi boleh, Tan?" tanya Kanaya dengan perasaan was-was.

"Boleh banget dong, kan tadi tante juga udah nyuruh Adnan buat nikah lagi aja. Dasar Adnan yang bandel aja malah terus menolak."

Kanaya tersenyum lega mendengar perkataan Putri.

Setelahnya, terdengar suara derap langkah kaki dari anak tangga. Putri dan Kanaya menoleh ke arah sumber suara.

"Mau kemana kamu?" tanya Putri.

"Ke rumah sakit." Adnan menjawab datar sambil terus berjalan ke pintu keluar.

"Mamamu datang jauh-jauh buat nengokin kamu lho. Kok malah kamunya pergi?" sungut Putri sambil beranjak dari kursi.

Adnan menghentikan langkahnya sebelum membuka pintu. "Siapa suruh juga mama malah ngomong yang aneh-aneh? Kenapa gak mama sekalian ikut Adnan buat jenguk Vania? Dia itu menantu mama lho."

"Mama udah jenguk dia sebelum ke sini. Sekarang mama ke sini karena ingin bertemu dengan kamu. Kenapa malah sekarang ditinggal?"

"Kan ada Kanaya. Mama bisa minta ditemenin dia di rumah. Anggap aja dia menantu mamah juga," ujar Adnan sebelum membuka pintu lalu melangkah keluar.

Sedang Kanaya mematung tak mengedipkan mata. Tak mengerti mengapa Adnan malah seakan memberi kode pada mamanya bahwa mereka sudah menikah.

Mendengar Putri yang mendesah kesal, Kanaya jadi mendapatkan ide. "Daripada kesal gitu, gimana kalau tante ikut aku ke tempat yang menyenangkan untuk menghilangkan stres?"

"Tempat untuk menghilangkan stres?"

"Iya."

***

Kanaya dan Putri telah sampai di sebuah kolam renang tertutup yang dimana ada Hilman sebagai pelatihnya.

"Om!" sapanya riang sambil setengah berlari seperti seorang anak yang senang bertemu dengan papanya.

"Hei, Nay. Apa kabar?" Hilman nampak tampan mengenakan setelan renangnya.

"Baik, Om. Lagi ngajar ya?" Kanaya melihat beberapa anak berusia berbeda-beda yang tadinya di awasi oleh Hilman sedang berenang.

"Iya. Gimana? Mau aku ajarin juga?" goda Hilman.

Kanaya terkekeh, sudah terbiasa dengan Hilman yang sering menggodanya. "Mau dong."

Hilman melihat ke sisi belakang Kanaya yang sedari tadi melihat-lihat sekitaran kolam renang lalu lebih mendekat ke arah Kanaya sambil berbisik, "Wanita yang di belakangmu itu ibumu ya?"

Kanaya mengikuti arah pandang Hilman lalu menggelengkan kepalanya cepat. "Dia tante aku."

"Mau renang juga?"

"Iyalah masak mau masak."

Hilman dan Kanaya tertawa keras hingga membuat Putri menoleh sambil tersenyum tipis melihat kedekatan mereka berdua.

Saat Kanaya mengajak Putri untuk mengganti pakaian di ruang ganti, Putri mendekati Kanaya sambil berujar, "Ganteng ya pelatihnya tadi."

"Iya, namanya juga laki-laki, Tan. Kalau cantik itu perempuan."

"Ih, tapi tante serius. Dia kayaknya ada rasa deh sama kamu."

Kanaya tertawa kecil. "Gak mungkinlah, Tan. Dia emang sukanya begitu, bercandanya dengan godain aku."

Decakan lidah terdengar dari mulut Putri. "Gaklah, tante ada feeling kalau dia emang suka sama kamu. Kalian cocok kok kalau misal mau jadian."

"Tapi dia duda lho."

"Memangnya kenapa? Toh kamu tidak sedang mengambil istri orang. Hanya bekas orang aja, hehe," canda Putri.

"Eh tapi Tante benar-benar serius lho. Tante kasih tahu, dulu tante itu juga istri kedua dari papanya Adnan. Istri pertama meninggal saat Adnan udah ada, saat itu usia Adnan masih enam tahun dan dia tidak memiliki keturunan. Makanya tante mengizinkan Adnan jika mau menikah lagi, udah hal biasa di keluarga kami."

Kanaya menerawang ke arah lain, dia jadi mengerti alasan ibunya yang terus mendesak Adnan untuk menikah lagi. Namun enggan berpikir hal berat di saat dia harusnya bersenang-senang di kolam renang, Kanaya memilih mengabaikannya dan mengajak Putri untuk segera berlatih renang.

"Yuk, Tante. Kita harus segera keluar, takut om Hilman nungguin terlalu lama."

"Oke, ayok. Tante udah lama gak renang, pasti nanti otot-otot tante kaku semua."

Kanaya menghampiri Hilman yang sudah selesai mengajar anak-anak.

"Kamu peregangan dulu ya, aku mau istirahat sebentar," ucap Hilman yang kemudian dijawab anggukan oleh Kanaya.

Melakukan peregangan otot cukup menguras energi Kanaya yang jarang sekali berolahraga. Apalagi Putri yang usianya sudah menginjak kepala lima dan dia juga jarang berolahraga.

"Aduh, Naya. Kayaknya di sini bukannya ngilangin stres tante malah jadi tambah stres deh karena capek," keluh Putri sembari duduk meluruskan lututnya yang terasa kaku.

Tiba-tiba Hilman tertawa. Rupanya dia mendengar keluhan Putri saat berjalan mendekat ke arah mereka. "Masak baru segini aja udah ngeluh sih, Bu? Ayo dong yang semangat! Kalau nanti sudah masuk ke dalam air, saya jamin nanti anda akan ketagihan."

"Ah, yang benar? Bukannya nanti malah tambah capek?"

"Dicoba saja kalau tidak percaya."

Beberapa menit kemudian, Kanaya dan Putri perlahan mengikuti instruksi Hilman untuk pelatihan basic berenang secara benar. Secara diam-diam, Putri mengambil video saat Hilman mengajari Kanaya lalu mengirimkannya sebagai status aplikasi hijau.

1
Muhammad Malvien Laksmana
Luar biasa
Muhammad Malvien Laksmana
Biasa
Endah Windiarti
Luar biasa
Jessica
ceritanya bagus penulisan nya juga tertata g bikin jenuh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!