Benih Peninggalan Perampok

"Oh isterinya Haris, Ya sudah kalau begitu maaf ya! Saya salah sambung!" Ucap Fira.

Setelah itu, Fira langsung mematikan panggilan tersebut.

"Bagaimana dok?" Tanya Clara.

"Isterinya yang angkat, Aku enggak mungkin memberitahu isterinya!" Ungkap Fira.

"Ya juga sih dok, Tapi kasihan bayi itu nangis terus!" Ucap Clara.

"Ya sudah, Nanti coba aku cari cara untuk menemui Haris!" Ucap Fira.

Sementara itu ditempat yang berbeda, Terlihat Haris baru saja keluar dari kamar mandi. Begitu Haris keluar dari kamar mandi, Pria bertubuh tegap itu tampak melihat tingkah isterinya sedikit aneh.

"Kamu kenapa? Kok kayak sedang menyembunyikan sesuatu!" Ucap Haris.

"Enggak ada, Aku mau keluar sebentar mas! Mau ketemu teman lama!" Ucap Hesti.

Setelah itu, Hesti langsung berjalan menuju garasi untuk mengambil mobilnya disana kemudian mengemudikan mobilnya itu menuju ke sebuah cafe yang tak jauh dari tempat tinggalnya.

Beberapa saat setelahnya, Hesti telah sampai di sebuah cafe yang menjadi tujuannya. Sesampainya disana, Hesti langsung memarkirkan mobilnya itu lalu bergegas masuk ke dalam cafe tersebut. Didalam cafe itu, Terlihat seseorang tengah menunggu Hesti disana.

"Halo sayang, Akhirnya elu datang juga!" Ucap seorang pria yang tengah menunggu Hesti di cafe itu.

"Enggak usah basa basi lagi deh, Langsung aja sebenarnya mau elu apa ngajak gue ketemu disini!" Ucap Hesti dengan raut wajah penuh amarah.

"Santai sayang, Enggak usah terburu-buru! Mending elu duduk dulu, Kita bicaranya pelan saja!" Ucap Pria yang bernama Doni itu dengan santai.

"Gue enggak punya banyak waktu ya untuk lama-lama disini!" Ucap Hesti dengan raut wajah kesal.

"Tapi gue maunya lama-lama disini sama elu! Atau elu enggak nyaman bicara disini! Apa elu mau kita mengobrol di hotel atau dimana?" Tanya Doni.

"Don stop, Gue enggak punya waktu untuk bercanda! Kalau elu bercanda terus, Lebih baik gue pulang sekarang!" Gertak Hesti.

"Enggak usah buru-buru sayang, Gue kangen mesra-mesra sama elu! Atau kita ke hotel aja sekarang!" Ajak Doni.

"Gue enggak mau Don, Lebih baik kita akhiri hubungan enggak sehat kita ini!" Ucap Hesti secara sepihak.

"Apa elu bilang, Elu mau akhiri hubungan kita!"

"Ya Don, Gue mau fokus sama rumah tangga gue sekarang!"

"Oh....Mentang-mentang elu udah baik sama suami elu terus elu mau buang gue begitu saja!" Teriak Doni.

"Don, Gue mohon elu mengerti! Biarkan gue pergi!" Ucap Hesti.

"Oke gue akan penuhi permintaan elu, Tapi dengan satu syarat!"

"Apa itu syaratnya?"

"Elu harus membuat gue puas malam ini! Bagaimana?"

"Elu sudah gila Don, Apa enggak ada syarat lain selain itu!"

"Enggak ada, Hanya itu yang gue mau!"

"Tapi gue enggak setuju dengan syarat yang elu minta!"

"Kalau elu enggak penuhi syarat gue, Maka gue akan beberkan sama Haris kalau anak rahim elu itu bukan anaknya tapi anak gue!" Ancam Doni.

"Baik, Gue akan penuhi syarat elu!"

Hesti sudah tak bisa berbuat apa-apa lagi selain mematuhi permintaan Doni. Wanita yang selalu berpenampilan sexi itu takut jika rahasianya terbongkar. Selain itu, Jika Doni memberitahu Haris tentang kebohongan Hesti itu, Maka yang ada Haris akan langsung menceraikannya. Hal tersebut sangat Hesti takutkan, Terlebih wanita sexi itu sudah menyusun rencana rapi-rapi sejak lama. Hesti tak mungkin membiarkan rencana yang sudah disusunnya itu hanya karena masalah kecil.

Setelah Hesti menyetujui permintaan Doni itu, Pria yang merupakan kekasih gelap Hesti itu langsung menarik tangan Hesti menuju sebuah hotel yang tak jauh dari cafe tempat mereka bertemu.

Sesampainya mereka di hotel tersebut, Doni tampak memesan kamar di hotel itu. Seusai memesan sebuah kamar disana, Keduanya tampak berjalan menuju sebuah kamar yang ada di hotel itu.

Sementara itu di tempat yang tak jauh dari kamar yang mereka tempati, Terlihat Haris sedang meeting dengan seorang wanita muda.

"Bagaimana pak Haris, Apa anda suka dengan konsep hotel ini!" Ucap wanita yang tengah berbincang dengan Haris itu.

"Sejauh yang saya lihat dari hotel ini cukup bagus, Tapi saya belum melihat kamar yang sebelah sana!" Tunjuk Haris.

"Ya sudah, Kita cek kamar-kamar yang ada sebelah sana!" Ajak wanita itu.

Setelah itu, Haris pun tampak berjalan ke arah kamar yang ada di deretan atas itu untuk melihat disekitar kamar tersebut.

Ketika Haris tampak berjalan di daerah deretan kamar itu, Tiba-tiba langkah kaki Haris tampak berhenti pada sebuah kamar dengan nomor 303. Wanita muda yang melihat Haris tiba-tiba berhenti didepan kamar tersebut, Langsung mendekat ke arah Haris.

"Ada apa pak? Kok tiba-tiba berhenti!" Ucap wanita muda itu.

"Enggak ada apa-apa, Hanya saja aku merasakan ada yang aneh dengan kamar ini!" Ucap Haris.

"Oh begitu, Mungkin hanya perasaan bapak saja! Ayok kita lihat kamar yang lain!" Ajak wanita muda itu.

Setelah itu, Haris hendak melangkahkan kakinya menjauh dari kamar tersebut. Namun, Ketika Haris hendak berjalan tiba-tiba terlihat Hesti dan Doni keluar dari kamar tersebut dengan penampilan yang acak-acakan.

"Hesti, Apa yang sedang kamu lakukan disini dengan pria ini?" Tanya Haris dengan raut wajah penuh curiga terhadap Hesti.

"Mas Haris, Aku bisa jelaskan semuanya! Ini enggak seperti yang mas lihat!" Ucap Hesti.

"Kamu sudah tertangkap basah, Terus apa yang mau kamu jelaskan lagi!"

"Mas, Tolong beri kesempatan aku untuk berbicara!" Hesti tampak memohon-mohon pada Haris.

"Sudah lah sayang, Kita enggak usah berbohong lagi! Mending kita jujur saja semua yang terjadi!" Celetuk Doni.

"Apa maksud dari omonganmu itu!" Haris tampak menarik baju yang dikenakan Doni.

"Tunggu brow, Jangan emosi dulu! Gue akan jelaskan semuanya!" Ucap Doni.

"Apa yang mau kamu jelaskan!" Ucap Haris.

"Seperti yang kamu lihat! Gue sama Hesti memang adalah sepasang kekasih!" Doni tampak terang-terangan pada Haris.

Mendengar ucapan Doni itu, Haris seketika langsung melepaskan tangannya dari pakaian yang dikenakan Doni lalu mendekat ke arah Hesti.

"Sekarang jujur sama aku, Apakah dia ini ayah dari bayi yang kamu kandung?" Teriak Haris sembari menatap tajam ke arah Hesti.

"Iya mas, Doni memang ayah dari calon bayiku!" Ucap Hesti sembari merundukkan kepalanya.

"Kamu keterlaluan Hesti, Jadi selama ini kamu berbohong padaku! Perbuatanmu ini sudah enggak bisa aku maafkan!" Ucap Haris.

"Mas tolong maafkan aku! Beri aku kesempatan sekali lagi mas! Aku janji enggak akan mengulangnya lagi!" Hesti tampak memohon-mohon pada suaminya itu.

"Kali ini perbuatanmu sudah enggak bisa aku maafkan! Setelah ini akan aku urus perceraian kita!" Ucap Haris.