NovelToon NovelToon
My Love My Lawyer

My Love My Lawyer

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikah Kontrak / Cinta Paksa / Cinta Seiring Waktu / TKP / Romansa
Popularitas:25.7k
Nilai: 5
Nama Author: Rimza

Butuh pikiran terbuka dan kebijkan membaca novel ini.

Mona Ayunda, itulah nama seorang wanita pengantar pizza yang tidak sengaja bertemu dengan seorang pengacara terkenal bernama Abraham Reno Winata, di sebuah Penthouse mewah milik sang pengacara.

Dengan kehidupannya yang sulit di sebabkan ibu tirinya. Mona harus bekerja paruh waktu sambil berkuliah di sebuah Universitas Swasta terkenal dengan beasiswa yang dia dapatkan.

Namun peristiwa berdarah yang melibatkan keluarganya membuat dirinya terpaksa terikat pernikahan kontrak dengan sang pengacara. Selama perjalanan pernikahan kontrak itu, Mona harus menerima semua perjanjian yang di tetapkan sepihak oleh sang pengacara, yang merugikan dirinya.

Di tambah kisah masa lalu yang sedikit demi sedikit terkuak, memperburuk hubungan keduanya.

Bagaimanakah hubungan mereka selanjutnya? Apa kebencian mereka bisa berubah cinta atau semakin jauh jarak dia antara keduanya.

Ikuti terus cerita My Love My Law

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rimza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menemukan Titik Terang Part 1

Mata kuliah hari entah dirasa sangat lama oleh Mona. Pikiranya terus di penuhi dengan masalah yang bertubi-tubi menimpanya. Dari masalah keluarganya hingga masalah pribadinya. Semua itu menguras hati dan pikiranya.

"Ehem" Deheman dari sang Dosen Killer, yang di tujukan pada Mona yang tengah melamun.

"Ehem." Jarwo kembali berdehem menyadarkan Mona yang tenggelam dalam lamunannya.

"Mona, ada Pak Jarwo." Bisik Resti sambil mencolek bahu Mona yang duduk di depannya. Tapi tak juga mampu menyadarkan nya, membuat Resti ikut panik.

"Mona!" Suara tinggi Jarwo yang memanggil namanya. Sudah pasti suara keras itu mengakhiri lamunannya. Saat dia sadar, dia sudah di sambut dengan tatapan tajam dari dosen berkepala plontos itu.

"Jika kamu memang tidak ingin mendengar mata kuliah Bapak, kamu bisa keluar sekarang!" Ucap Jarwo yang kesal.

"Ma-maaf Pak."

"Kamu tahu kan? Jika nilaimu sampai turun, kamu bisa kehilangan beasiswamu." Jarwo kembali mengingatkan Mona. Karena untuk masuk ke Universitasi ini sangatlah tidak mudah, dan biayanya pun mahal. Dan Mona salah satu orang yang beruntung bisa masuk lewat beasiswa dari kampusnya.

Beda halnya dengan Resti. Dia sebenarnya adalah anak dari keluarga yang cukup mampu. Dia merupakan putri dari seorang pengusaha mebel. Walau keluarganya bisa di bilang kaya. Tapi dia tetap bekerja sampingan hanya untuk menambah uang jajannya dan memang orang tuanya tak pernah memanjakan Resti.

Mona terus di tatap tajam oleh Jarwo, yang pada dasarnya sangat mengagumi kemampuan Mona yang terbilang cerdas, disiplin dan rajin. Karena itu lah dosen pembimbingnya itu mewanti-wanti Mona.

"Kamu harus tetap menjaga nilaimu, Mona. Akan sayang kalau kamu kehilangan beasiswamu."

"I-iya Pak, saya mengerti."

"Baiklah, sekarang fokuslah." Perintah Jarwo. Lalu kembali mengajar mata kuliahnya.

"

"

Jam kuliah pun selesai. Segera dia beranjak dari duduknya. Karena dia berencana untuk menemui Ihsan untuk berkonsultasi mengenai kasus ayahnya.

"Mona, tunggu dulu." Suara Resti mengentikan langkahnya.

"Apa?"

"Apa kamu ada masalah lagi?" Tanya Resti.

Sebagai sahabat, dia sangat khawatir dengan keadaan Mona yang akhir-akhir ini sering murung. Dia tahu masalah keluarganya memang membuatnya berubah. Namun dia semakin aneh semenjak mengantar pesanan terakhir kemarin malam.

"Tidak ada, kamu tak usah khawatir." Ucap Mona.

Dia mencoba terlihat baik-baik saja di hadapan Resti, walau sebenarnya saat ini hatinya sangat kalut. "Baiklah aku pulang dulu" tambahnya.

Dia langsung menemui Ihsan, yang pernah menjadi kuasa hukum ayahnya, dan menceritakan semua pengakuan Adi padanya.

"Pak Ihsan, saya mohon bantuan anda kembali. Mungkin dengan bukti ini, Ayah saya bisa lepas dari tuduhan."

"Tidak semudah itu Mona. Biarpun Ayahmu bukan pelaku utamanya, tetap saja dia akan di kenai hukuman atas tuduhan merekayasa pembunuhan."

Ihsan menjelaskan semunya pada Mona. Karena nyatanya Herman akan tetap di kenai hukuman dengan tuduhan lain. Selain merekayasa pembunuhan, Herman juga telah menghilangkan barang bukti dan melindungi tersangka pembunuhan yang tidak lain putranya sendiri. Terlebih pria yang mengancam Adi, sampai saat ini tidak di ketahui orangnya.

"Kita harus bagaimana Pak?" tanya Mona yang mulai putus asa.

"Aku akan berusaha membantumu. Tapi aku tidak dapat menjanjikan ayahmu bebas. Aku hanya bisa mengurangi masa tahanannya, tapi itu pun masih sangat sulit."

Penjelasan Ihsan membuatnya tertunduk lesu, karena memang sangat mustahil bagi ayahnya untuk bebas.

Terlebih dia juga harus memikirkan mental adiknya jika nantinya dijadikan tersangka pembunuhan Ratna di usianya yang masih di bawah umur. Walau dia sedikit tahu anak di bawah umur tidak dapat di tahan, tetap saja dia khawatir dengan kehidupan sosial adiknya yang di akibatkan kasus ini, yang mungkin membuat mentalnya tertekan.

"Baik, saya mengerti Pak. Terimakasih atas waktunya." Pamit Mona dengan melangkah pergi.

Seperti biasa, dia langsung menuju tempat kerjanya. Dan di sana dia menyibukkan diri dengan pekerjaannya.

"Akhirnya selesai juga." ucap Mona yang tengah duduk di kursi depan restoran, sambil melemaskan tangannya yang terasa pegal. Dia bersiap untuk pulang.

"Tapi kan aku harus segera kembalikan jas si Reno ini. Aku tak mau berurusan lagi dengannya." ucap Mona sambil menatap jas yang yang terbungkus rapi dengan plastik transparan.

"Jas apa?" Saut Resti yang tiba-tiba sudah ada di belakangnya.

"Sejak kapan dia ada di belakangku? Dia tak mendengarnya kan?" batin Mona yang mulai panik.

"Ti-tidak, ini jas Pak Ujang." ucapan yang begitu saja keluar dari mulut Mona.

Resti memperhatikan jas tersebut. Dia langsung mengernyitkan dahinya menatap Mona. "Sejak kapan Pak Ujang memakai jas mahal?"

"A-pa! Ini murah kok?!" Mona semakin gugup atas pertanyaan sahabatnya itu. Resti terus menatap menyelidik ke arahnya.

"Murah apanya?! Jas ini seperti milik Ayahku, harganya sama dengan harga dua buah motor."

"Apa!" Mulut Mona langsung menganga mendengarnya.

"Jelaskan padaku, jas ini bukan milik Pak Ujang kan? Apa kamu sedang berpacaran dengan seorang pria kaya sekarang?" Resti menatap penasaran pada Mona, hingga membuatnya tak bisa berkata apa-apa.

"Nona Resti!" panggil seorang pria yang membawa mobil. Dan dia adalah sopir Resti.

"Ah, aku sudah di jemput."

"Hari ini kamu di jemput?" Tanya Mona.

"Iya, Karena motorku tiba-tiba mogok. Sudah ya, aku pulang dulu. Tapi ingat, kamu masih punya hutang penjelasan padaku." ucap Resti sambil mengangkat salah satu alisnya. Lekas dia berlalu meninggalkan Mona sendiri.

Mona kini masih duduk sendiri sambil memandangi jas hitam itu. Dia masih bingung apakah harus mengembalikannya atau tidak, karena sebenarnya dia rasanya sudah malas harus bertemu dengannya lagi.

"Aku kembalikan saja malam ini. Dia mungkin ada di penthouse nya." Lekas dia berangkat menuju tujuannya.

Di tengah perjalanan, suara ponselnya berdering. Dan yang menghubunginya adalah adiknya. Dia pun langsung berhenti.

"Ada apa?" tanya Mona pada Adi yang menghubunginya lewat sambungan Video.

"Kak, belikan aku nasi goreng."

"Ya, baiklah."

Ketika akan mengakhiri sambungan videonya, tiba-tiba Adi berteriak untuk tak di matikan ponselnya.

"Ada apa?" tanya Mona yang bingung dengan sikap adiknya.

"A-Aku melihat orang itu kak. Aku melihat orang yang mengancamku." ucap Adi yang tak sengaja melihat sosok pria yang telah mengancamnya waktu itu lewat sambungan video.

"Apa! Dimana?"

"Di belakang Kakak."

Mona langsung langsung mencari orang yang di maksud. Dia melihat sosok yang tak asing bagi Mona. Jelas itu adalah Didit, yang sedang bersama seorang wanita muda, dan yang jelas dia bukan istrinya.

Mona sempat mengenal Didit ketika ayahnya masih berteman akrab. Dan saat terakhir bertemu pria tersebut ketika masih SMP. Karena dulu pria itu sering bertamu ke rumahnya. Walau sudah lama sekali tak bertemu Didit, dia bisa mengenali pria itu tanpa keraguan sedikit pun.

"P-pak Didit." Gumamnya. "A-apa benar dia orangnya, Adi?" Tanya Mona sambil mengarahkan ponselnya ke arah Didit yang ingin memasuki mobilnya.

"Benar Kak. Dia yang mengancamku waktu itu." Ucap Adi dengan tegas penuh keyakinan.

"Baiklah, Kakak tutup ponselnya." Lekas Mona mengejar mobil Didit yang sudah melaju itu.

1
Sumini Ningsih
kasihan mona jadi istri yg tak di anggap
Yuni Setyawan
masih penasaran sama watak aslinya Wilma 🤭
Yuni Setyawan
zenia...sudahlah menyerahlah dg perasaanmu itu,pindah haluan ajalah ke orang yg jelas" mencintaimu 🤭
Yuni Setyawan
jangan" Mona anak ya Wilma🤣🤣🤣🤣🤣
Bilqies
ijin follow kak, follback yaa
Bilqies
aku mampir Thor...
jangan lupa mampir juga di karyaku yaa .
terima kasih 🙏
Sumini Ningsih
sabar ya mbak mona,kebahgiaan akan menyertai orang yg baik dan juga tulus Aamiin
Sumini Ningsih
dasar si reno seneng banget bikin kesal mona
Sumini Ningsih
serba salah emang yg jd mona
Sumini Ningsih
lagian mona,mana bisa melawan laki laki itu
Sumini Ningsih
coba mona ga hamil ,biar ga berhubungan dengan keluarga yg hanya mementingkan kasta
Sumini Ningsih
kasihan mona dia harus ngurusin adi yg tidak bicara jujur pada mona dan mikirin kuliiahnya juga
Yuni Setyawan
semakin kesini semakin menarik ceritanya,👍🤭
Yuni Setyawan
adi kenapa kamu lupa dg bonekanya Kevin sih?🤦🏻‍♀️🤭
11. Davino nanda Sugianto
bagus ceritanya...tp lama gak up lg ..penasaran sama ceritanya
Sumini Ningsih
ceritanya menarik
Sumini Ningsih: ya oke...
total 1 replies
Kiwi Edna
Oke, semangat kk /Determined/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!