Transmigrasi Gadis Bar_Bar

"Menerima diri kita apa adanya berarti menghargai ketaksempurnaan kita sebanyak kesempurnaan kita." 

─────────ೋღ 🌺 ღೋ─────────

Tubuh Alexa bergetar menahan emosinya, dia sungguh tidak menyangka kalau kematiannya di rencanakan oleh keluarganya sendiri.

Bahkan saat ini pembunuhnya itu berkata dengan santainya ingin menghabisi kedua orang tuanya juga.

Semua hanya karena harta, kekayaan, kedudukan. Sungguh sangat memuakan bagi Alexa.

𝘗𝘭𝘢𝘬.. 𝘱𝘭𝘢𝘬.. 𝘱𝘭𝘢𝘬..

Tamparan penuh emosi Alexa berikan kepada Handoko, hingga membuat wajah pria paruh baya itu terlihat agak membengkak.

" Anak kurang ajar, siapa kamu ? Berani sekali kamu menampar wajah saya. " bentak Handoko yang tak menerima kalau dia di tampar oleh anak kemarin sore.

Apalagi yang menampar nya adalah seorang gadis kecil, bahkan dia pun tak mengenal siapa gadis itu.

" Tamparan itu tak seberapa dengan perbuatan yang telah anda lakukan tuan Handoko yang terhormat, dan aku adalah malaikat mautmu " geram Alexa.

" Cukup dek, gak perlu kamu yang turun tangan sendiri untuk membalas manusia sampah seperti ini. " bujuk Alex agar adiknya menyerahkan semuanya kepada dia dan juga teman temannya saja.

" Gak bang, dia harus aku sendiri yang membalasnya. " tolak Alexa.

" Kamu nanti saja, masih ada satu orang lagi yang belum tertangkap dek. Dia nanti bagian mu, " Alex terus berusaha membujuk Alexa.

" Maksud abang? " tanya Alexa bingung.

Dia kira om dan tantenya merupakan dalang satu satunya dari kecelakaan yang menimpanya saat itu.

" Nanti abang jelaskan, dan semua itu juga baru abang ketahui beberapa hari lalu. " jawab Alex.

" Apa yang lain juga sudah tau? " tanya Alexa menatap satu persatu para inti phantom yang ada di sana.

Mereka menganggukan kepalanya untuk menjawab pertanyaan dari Alexa.

" Dan yang harus kamu ingat, semua juga ada hubungannya dengan pemilik tubuh asli kamu dek, " lanjut Alex.

" Aku makin gak ngerti deh bang, maksudnya apa sih? " tanya Alexa semakin bingung.

" Nanti ya Ale cantik.. " rayu Edgar.

" Ale... " gumam Handoko saat mendengar Edgar memanggil gadis yang menampar nya tadi dengan nama Ale.

Nama yang sama dengan nama keponakan yang telah dia lenyapkan.

" Gak mungkin kamu Ale..! " geleng Handoko " Ale sudah mati, dia mati terbakar di mobilnya.. Ya dia sudah mati.. ha.. ha.. ha.. gadis itu sudah mati.. " Handoko tertawa terbahak bahak seperti orang yang terkena gangguan mental.

" Ihhh... om lo berdua kenapa tuh? Kok kek orang gila gitu sih.. " celetuk Marvel bergidik ngeri.

" Mana gw tau," jawab Alex namun dia juga bertanya tanya ada apa dengan om nya.

Sedangkan tante Riana terbelalak menatap kearah suaminya yang terus tertawa seperti orang kesurupan.

Dia bahkan berfikir kalau saat ini suaminya sedang di rasuki arwah dari Alexa sang keponakan yang telah mereka habisi.

" Ale sudah mati... ha.. ha.. ha.. sudah mati... ciittt brak duarrr... meledak. Dia meledak dan terbakar.. ha.. ha.. ha.. " Handoko semakin ngawur dan tertawa gak jelas.

" Aku masih hidup om, dan aku akan membalas semua perbuatan om terhadapku saat itu. " bentak Alexa yang semakin emosi melihat om nya tertawa bahagia mengatakan soal kematiannya.

Riana yang mendengar ucapan gadis itu terkejut, dan dia berfikir bagaimana mungkin Alexa selamat dari ledakan mobil saat itu.

Lalu siapa yang di makamkan waktu itu?

Jasad siapa yang di keluarkan dari dalam puing mobil dan telah hangus waktu itu?

Berbagai pertanyaan berputar di kepala Riana, dia menolak untuk percaya kalau Alexa selamat dari kejadian waktu itu.

Namun melihat kemarahan dari gadis itu, membuat dia kembali berfikir ulang. Tak mungkin gadis itu akan marah tanpa sebab yang jelas, kecuali kalau gadis itu memang Alexa keponakan sang suami.

Handoko yang tadinya tertawa bahagia, langsung diam dan menatap tajam kearah gadis yang telah menampar nya tadi.

" Kamu bukan Alexa, Alexa sudah mati... Dia sudah mati terbakar, " Handoko ikut membentak Alexa.

" Sayangnya malaikat maut belum mau menjemput ku om, buktinya saat ini aku masih bisa berada di dunia ini, " sinis Alexa.

" Bukan... kamu bukan Alexa... Alexa sudah mati.. dia sudah mati, mati terbakar menjadi arang.. " suara Handoko makin meninggi dan terdengar ada nada marah di setiap ucapannya.

" Dia memang Alexa anak ku Handoko, " tiba-tiba suara berat seorang pria terdengar dari arah belakang Alexa.

" Papa.. Opa.. " desis Alexa yang melihat kedatangan kedua pria itu.

" Hallo sayang, kapan kami mau pulang kerumah? Mama mu tiap hari selalu merindukan kamu. " ucap Bramantyo sambil memeluk erat tubuh gadis itu.

" Secepatnya pa, setelah semuanya selesai Ale pasti pulang. " jawab Alexa yang membalas pelukan sang papa.

" Minggir, gantian aku juga ingin memeluk cucu kesayanganku ini. " pelukan Bramantyo terlepas setelah di tarik paksa oleh ayahnya.

" Ayah apa apaan sih, Tyo kan masih kangen dengan putri kecil ku ini. " gerutu Bramantyo yang merasa kesal karena pelukannya di lepas paksa oleh sang ayah.

" Dia cucu ku, jadi aku juga berhak memeluknya. " ujar opa Alexa tak mau kalah. " Opa merindukan kamu cucuku, " kini Alexa berada di pelukan opa nya.

" Aku juga merindukan opa, nanti kita lanjut lagi temu kangennya ya. " ujar Alexa.

" Baiklah, " ucap sang opa pasrah.

" Gak mungkin dia Alexa, Alexa anakmu telah tewas terbakar dan hangus menjadi arang. Dia bukan Alexa, bukan.. " teriak Handoko.

" Ya dia memang terbakar, dan itu semua gara-gara kamu Handoko. Dasar manusia tak tahu terima kasih, dari kecil aku ambil kamu dari tempat yang kotor dan aku rawat dengan penuh kasih sayang bahkan aku berikan hak waris kepada mu yang bukan darah daging ku. Tapi kamu malah berbuat seperti itu kepada keluarga dari seseorang yang telah baik kepadamu, dimana akal sehatmu Handoko. " bentak opa yang merasa sangat kesal mendengar perkataan Handoko.

Deg...

" Om Handoko bukan adik kandung mama? " gumam Alex di dalam hatinya.

" Cih ternyata dia bukan keluarga kandung si Olivia, tau gitu habisin aja sekalian tadi, " gerutu Alexa di dalam hati.

" Ternyata doi bukan om kandungnya Alex dan Alexa bro, " bisik Edgar.

" Pantesan bisa tega banget nge habisin keponakan sendiri, ternyata oh ternyata, " balas Marvel juga dengan berbisik.

" Diam... " ujar Alvaro menghentikan bisikan bisikan kedua temannya itu.

" Ha.. ha.. ha.. tapi sayangnya aku tak suka berbagi ayahku sayang, yang aku inginkan semuanya menjadi milik ku. Milik Handoko seorang. " ujar Handoko tanpa tau malu.

" Sungguh menyesal aku memungut mu dulu, ternyata yang aku pungut adalah seekor ular berbisa. " kecam opa Alexa.

" Terlambat pak tua, lagi pula apa yang aku inginkan adalah hak ku. Hak dari wanita yang pernah kau hamili dan kau buang begitu saja. Aku sengaja masuk kedalam keluarga mu untuk menghancurkan semuanya dan mengambil semuanya yang memang hak ku. " sentak Handoko membuat semua orang yang ada di sana terbelalak kaget.

" Apa maksud kamu? Siapa yang kamu maksud? Aku tidak pernah berhubungan dengan wanita manapun selain istriku. " tanya opa dengan wajah bingung.

" Tak usah pura pura pak tua, kau masih ingat dengan kejadian di sebuah acara kapal pesiar dulu. Kau yang mabuk memperkosa seorang gadis pelayan yang bekerja di sana, dan ketika gadis itu hamil, keluarga mu mengusirnya serta memintanya menggugurkan kandungannya." bentak Handoko.

Opa Alexa teringat kejadian yang di katakan oleh Handoko barusan.

ೋ❀❀ೋ═══ ❀ ═══ೋ❀❀ೋ

𝙏𝙤 𝙗𝙚 𝙘𝙤𝙣𝙩𝙞𝙣𝙪𝙚𝙙..

🙏🙏🙏 𝙃𝙖𝙢𝙥𝙪𝙧𝙖 𝙮𝙖 𝙜𝙪𝙮𝙨 𝙠𝙖𝙡𝙤 𝙢𝙖𝙠𝙞𝙣 𝙠𝙚𝙨𝙞𝙣𝙞 𝙘𝙚𝙧𝙞𝙩𝙖 𝙣𝙮𝙖 𝙜𝙖𝙠 𝙢𝙚𝙣𝙖𝙧𝙞𝙠, 𝙤𝙩𝙤𝙧 𝙪𝙨𝙖𝙝𝙖𝙠𝙖𝙣 𝙖𝙠𝙖𝙣 𝙢𝙚𝙢𝙗𝙪𝙖𝙩 𝙘𝙚𝙧𝙞𝙩𝙖 𝙞𝙣𝙞 𝙡𝙚𝙗𝙞𝙝 𝙗𝙖𝙞𝙠 𝙡𝙖𝙜𝙞..

𝘿𝙪𝙠𝙪𝙣𝙜 𝙩𝙚𝙧𝙪𝙨 𝙠𝙖𝙧𝙮𝙖 𝙤𝙩𝙤𝙧 𝙙𝙖𝙣 𝙟𝙖𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙡𝙪𝙥𝙖 𝙗𝙚𝙧𝙞𝙠𝙖𝙣 𝙡𝙞𝙠𝙚, 𝙠𝙤𝙢𝙚𝙣, 𝙫𝙤𝙩𝙚 𝙙𝙖𝙣 𝙗𝙞𝙣𝙩𝙖𝙣𝙜 ⭐⭐⭐⭐⭐ 𝙜𝙪𝙮𝙨 🤗🤗

𝙇𝙤𝙫𝙚 𝙨𝙚𝙠𝙚𝙗𝙤𝙣 𝙗𝙪𝙖𝙩 𝙥𝙖𝙧𝙖 𝙧𝙖𝙞𝙙𝙚𝙧 🥰🥰