NovelToon NovelToon
Menjadi Ibu Susu Untuk Keponakan Kembar

Menjadi Ibu Susu Untuk Keponakan Kembar

Status: tamat
Genre:Tamat / Menikah Karena Anak
Popularitas:810k
Nilai: 5
Nama Author: De Shandivara

Berselang dua minggu sejak dia melahirkan, tetapi Anindya harus kehilangan bayinya sesaat setelah bayi itu dilahirkan. Namun, Tuhan selalu mempunyai rencana lain. Masa laktasi yang seharusnya dia berikan untuk menyusui anaknya, dia berikan untuk keponakan kembarnya yang ditinggal pergi oleh ibunya selama-lamanya.

Mulanya, dia memberikan ASI kepada dua keponakannya secara sembunyi-sembunyi supaya mereka tidak kelaparan. Namun, membuat bayi-bayi itu menjadi ketergantungan dengan ASI Anindya yang berujung dia dinikahi oleh ayah dari keponakan kembarnya.

Bagaimana kelanjutan kisah mereka, apakah Anindya selamanya berstatus menjadi ibu susu untuk si kembar?
Atau malah tercipta cinta dan berakhir menjadi keluarga yang bahagia?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon De Shandivara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 26. Salah Nama

Setelah tubuhnya nyaris menimpa tubuh Anindya, pria itu kembali tertidur dengan tangan berada di atas tubuh Anindya. “Mas, apa yang kamu lakukan?” tanya wanita itu saat mencoba bangkit dan menyingkirkan tangan besar yang berada di atas tubuhnya.

Sungguh, Anindya sudah mempunyai firasat tidak baik sampai di sini. “Ish,” ujarnya seraya menarik mundur tubuhnya untuk memposisikan duduk.

Siapa sangka, ternyata Arsatya tidak ingin seseorang di sebelahnya pergi, diraihnya kembali sebelah tangan Anindya sampai tubuh wanita itu kembali terhempas di atas ranjang.

“Mas, apa yang kamu lakukan?!” lirih wanita dengan geram karena usahanya untuk bangkit digagalkan kembali.

Tidak ada jawaban apapun, Arsatya malah bergerak cepat dan menahan tubuh Anindya untuk berada di bawahnya.

Sontak mata Anindya membelalak melihat apa yang ada di depan matanya. Jantungnya sudah tidak lagi berirama, berdegup sangat kencang kala separuh tubuhnya sudah tertindih oleh tubuh suaminya sendiri.

“Mas Satya, kamu sedang mimpi, ya?!” ujar Anindya cemas. Ia mencoba melepaskan gerakan tangan suaminya yang merembet dan menggenggam kedua pergelangan tangan Anindya.

“Emph,” tetapi bibirnya yang cerewet itu dibungkam oleh kecupan beberapa kali yang pria itu berikan.

“Kamu mabuk?!” pekik Anindya setelah merasa ada yang tidak beres dari tingkah pria itu.

“Biarkan aku melakukannya, aku mencintaimu. Aku merindukanmu sejak lama,” racaunya terdengar tidak jelas, tetapi tertangkap oleh rungu Anindya.

“Aku sangat mencintaimu, sejak dulu,” tutur Arsatya mencium lembut pemilik bibir tipis itu.

Hati Anindya berangsur meluluh. Dia merasa, itu bukan seperti ciuman rakus yang pernah dirasakannya dulu, tetapi kali ini lembut dan sarat akan kasih sayang.

“Benarkah dia menyukaiku sejak dulu?”  hati Anindya bertanya-tanya saat memejamkan matanya. Tidak menampik, Anindya pun menikmatinya.

Anindya pasrah jika memang sudah semestinya ini akan terjadi dalam waktu cepat atau lambat karena statusnya yang tidak lain adalah seorang istri sah dari pria yang mungkin saat ini mungkin sedang meminta haknya, “Anggap saja begitu, Anindya.” Lagi-lagi dia menuruti kata hati.

“Jika memang kenyataanya seperti ini, berarti Kak Amelia tidak berbohong,” ucapnya di dalam hati mengingat catatan itu.

Menolak pun sudah tidak mungkin lagi karena pasti tidak mau didengar, entah Arsatya melakukannya dalam pengaruh alkohol atau keadaan mimpi atau pun tidak, Anindya saat ini pasrah akan keadaannya.

“Mas, kamu mabuk atau tidak?” tanya Anindya yang masih khawatir jika Arsatya tidak sadar sepenuhnya.

Jujur saja hatinya tidak tenang, bilamana saat sadar nanti malah dirinnya yang disalahkan karena ternyata tidak tahu jika saat ini sedang tidur bersama Anindya, bukan Amelia. Anindya hanya takut hal itu terjadi.

“Emph, tidak,” jawabnya meskipun Anindya belum yakin.

“Biarkan aku melakukannya… Amelia. Aku mencintaimu.”

Sontak, mata Anindya membulat, “Amelia?”

“Iya, Amelia. Tetaplah kau di sisiku, bersamaku. Bawa aku bersamamu, Sayang. Amelia, Amelia, Amelia,” racaunya memanggil satu nama berulang kali di sela mengecupi wajah dan leher Anindya dengan mesra yang lama kelamaan semakin dalam dan memabukkan.

Anindya yang merasa jika Arsatya sedang tidak sadar, enggan melakukannya daripada berakhir dengan penyesalan.

Wanita itu meronta seraya menangis, “Ingatmu aku ini Kak Amelia, Mas? Bukan, aku ini Anindya. Aku Anindya!” ujarnya sontak mendorong tubuh suaminya.

Anindya menumpahkan air matanya, dia tidak mau digauli dengan cara seperti itu. Tanpa cinta dan kemauan dari dua hati.

"Berhenti," ucap Anindya mencoba menghentikan semua sebelum terjadi lebih jauh lagi.

“Kamu tidak sadar! Lepaskan!”

“Lepaskan aku,” protesnya meminta dilepaskan. Dan sempat berhasil bangkit, tetapi kakinya yang sakit membuatnya tidak bisa bergerak cepat.

Namun, tenaga pria itu sungguh besar. Dia malah semakin tertantang untuk menaklukkan lawan di bawahnya.

Dug! Bahkan, kini kaki Anindya tidak sengaja terkena tendangan kaki Arsatya.

“Auh! Kakiku sakit!” ujar wanita itu meski sudah mengaduh, tetapi tidak diberikan kesempatan. Rasa sakit itu membuat Anindya semakin kehilangan tenaga dan membuatnya hilang kekuatan.

Di sisa-sisa tenaga, ia mencoba bangkit pada setiap kesempatan yang ada.

Brak!

"Aduh!" Lagi-lagi tubuh Anindya seakan dibanting setelah Arsatya berhasil menarik kerah baju bagian belakangnya. Bukan lagi separuh, tetapi sepenuhnya tubuh Anindya sudah berada di bawah Arsatya.

Pria itu semakin menggila di atas Anindya yang dibuat tidak berdaya. Saat jemarinya mulai menyusuri bagian tubuh Anindya pada area lebih sensitif, wanita itu hanya bisa menangis.

“Lepaskan, Mas!” ujarnya dengan suara lirih. Rasa sakit yang berdenyut di kaki dan pemaksaan yang dia terima sudah tidak bisa lagi untuk memberikan perlawanan lebih.

"Ya Rab, bantu aku," doanya di dalam hati. Hanya itu satu-satunya harapan untuk bisa meloloskan diri.

“Mas, auh! Tidak-tidak. Jangan lakukan!” tuturnya kembali memberontak saat tangan pria itu mulai bergerak tak tentu arah.

“Amelia, bawa aku bersamamu. Aku mencintaimu, sangat mencintaimu, jangan mencoba pergi lagi dariku,” racau Arsatya saat mengecupi wajah Anindya yang dia pikir itu adalah Amelia.

“Mas, lepas!” sentak Anindya menjauhkan wajah Arsatya, kali ini dia sudah sangat kesal.

“Aku bilang lepas!” geram Anindya mencoba meloloskan diri sekuat tenaga.

Ceplak!

Salah satu tangan Anindya yang terbebas digunakannya untuk menampar keras pipi Arsatya dengan tenaga yang terkumpul dan menjadi satu di tangan kanan wanita itu sehingga tamparan keras berhasil membuat pria yang berada di atasnya membelalakan matanya seketika.

“Aku bukan Kak Amelia! Kamu dengar? Aku Anindya!” teriaknya dengan mata yang mengalirkan air mata dengan deras.

Sejenak mereka bertatapan, Arsatya mencoba mengumpulkan kesadaran dengan menatap Anindya yang berada di bawah kungkungannya.

“Anin? Sedang apa kau di sini?” ujar Arsatya yang terlihat kebingungan.

“Aku yang seharusnya bertanya, apa yang ingin kau lakukan padaku?! Mingggir!” Anindya memekik dengan hati yang lara.

Disaat itu, menjadi peluang bagi Anindya untuk mendorong tubuh Arsatya untuk menyingkir dari tubuhnya sehingga tercipta jarak di antara mereka.

Setelah sesaat terpaku menatap Anindya yang berlinangan air mata, serta mencoba melawan rasa peningn, dan mencoba mengusai dirinya yang masih mengumpulkan nyawa.

Arsatya hanya diam keheranan saat menyadari diri yang sama kacaunya dengan penampakan wanita yang duduk tidak jauh dari posisinya.

Sedangkan, Anindya, wanita itu mencoba membenarkan pakaiannya. Perbuatan Arsatya yang memaksa, kembali mengingatkan Anindya saat dia menjadi korban rudapaksa oleh seorang pria bejad setahun yang lalu.

Arsatya bangkit setelah tubuhnya didorong oleh Anindya, rupanya kesadarannya sudah pulih sepenuhnya. Dia memejamkan matanya rapat-rapat, mencoba mengingat apa yang baru saja dilakukannya.

Mimpi.

Rambutnya ia jambak kuat-kuat dan meraup wajahnya dengan kasar berkali-kali. Merasa bodoh dengan apa yang sudah dilakukannya.

Melihat Anindya yang menangis sesenggukan di depannya, tetapi tidak lantas membuatnya iba, “Keluar dari kamarku, Nin,” perintah Arsatya pada Anindya yang sudah berantakan tidak berbentuk.

“Tapi, aku–” Anindya ingin memprotes atas apa yang terjadi padanya. Anindya terlihat berantakan, pakaian yang dikenakan nyaris sobek di beberapa bagiannya. Rambut dan penampilannya sudah seperti wanita murahan yang menjajakan dirinya pada pria hidung belang.

“AKU BILANG KELUAR!” bentaknya menggema di ruang kamar itu.

Anindya dengan langkah tertatih-tatih, mencoba secepat mungkin bergerak pergi meski kakinya tidak kuasa bergerak secepat keinginan hati. Luka yang belum mengering, kembali mengalirkan darah yang merembes keluar dari balutan perban.

Tidak sebanding dengan luka di hatinya yang sudah pernah diinjak-injak saat dulu dilecehkan, dan ini seperti akan mengulang kejadian sebelumnya walau nyatanya dilakukan oleh orang yang berbeda. Namun, rasa sakitnya tidak jauh beda.

“Semua pria itu sama saja, kejam!” ucap Anindya sebelum keluar dan menutup pintu itu. Inginnya dia membanting pintu itu sekuat tenaga, tetapi Anindya lekas teringat dan khawatir perbuatannya akan mengagetkan si kembar di kamar sebelah.

Dengan sesenggukan dia berjalan pelan menuju kamar sebelah, berulang kali dalam hatinya berkata,

"Cukup sekali dan aku tidak mau lagi. Demi Tuhan, aku tidak mau diperlakukan seperti itu lagi."

...🦋🦋🦋...

#rev

1
Novita Anggraini
Luar biasa
Ah Serin
cerita menarik knapa tak buat saessson2 lagi
mang tri
ternyata adiknya pantesan panggilnya mas ☺️
mang tri
😭😭😭😭😭😭😭
mang tri
ya ampuuunnnn 😭😭😭😭😭
mang tri
Anin pernah berkata Tuhan boleh mengambil apapun asal jangan ansha, jd orang tua nya sebagai pengganti ansha 😭
Safa Almira
,suka
Muhammad Hakim
Buruk
Dewi Kadimen
Luar biasa
Jisa Ajach
bgus
Tety Boreg
kasian anin thor..jgn dgn keadaan mabuk lah thor..😭😭😭
MommaBear
Luar biasa
Ita Listiana
ceritanya sangat bagus dan menarik, gk muter", dan banyak menguras emosi dan air mata. makasih buat othornya yg udah bikin cerita ini, sehat" terus ya thor biar bisa terus berkarya 😊
Kadek Bella: trima kasih banyak thor ,,ceritanya bagus
hello shandi: Terima kasih banyak ya kak untuk ulasan dan doanya. Salam kenal. 😇🙏
total 2 replies
imhe devangana
crtnya terlalu berbelit2 menurut ku, & hanya septr mereka doang ngk ada crt orng lain.
maaf ya thor
hello shandi: Terima kasih ya untuk masukkannya🙏
total 1 replies
imhe devangana
thor sebenarnya anak Amelua putra atau putri sich.awal bab di blng putra kok skrng putri.
hello shandi: Maaf ya, mungkin typo. Keduanya putri, Kak. Boleh bantu tunjukkin di bab berapa yang bahas kata "putra?". Terima kasih. 😇
total 1 replies
Budi Raka
Luar biasa
hello shandi: Terima kasih penilainnya, Kak.🙏✨
total 1 replies
retiijmg retiijmg
happy ending.
gak cmn mewek kak, gemes,kesel pokoknya nano nano
hello shandi: Makasih ya udah kasih ulasan feel-nya. 😊
total 1 replies
Mei Mei
Luar biasa
hello shandi: Terima kasih penilaiannya kak.💖
total 1 replies
Misaza Sumiati
Satya itu mah bukan cinta ke Amelia, tapi merasa berdosa ke Amelia semasa hidupnya
Misaza Sumiati
awas Satya nanti nyesel lagi
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!