HALIM
Di dunia yang dikuasai oleh kegelapan, Raja Iblis dan sepuluh jenderalnya telah lama menjadi ancaman bagi umat manusia. Banyak pahlawan telah mencoba menantang mereka, tetapi tidak ada yang pernah kembali untuk menceritakan kisahnya.
Namun, Halim bukanlah pahlawan biasa. Ia adalah seorang jenius dengan pemikiran kritis yang tajam, kreativitas tanpa batas, dan… kebiasaan ceroboh yang sering kali membuatnya berada dalam masalah. Dengan tekad baja, ia memulai perjalanan berbahaya untuk menantang sang Raja Iblis dan kesepuluh jenderalnya, berbekal kecerdikan serta sistem sihir yang hanya sedikit orang yang bisa pahami.
Di sepanjang petualangannya, Halim akan bertemu dengan berbagai ras, menghadapi rintangan aneh yang menguji logikanya, dan terlibat dalam situasi absurd yang membuatnya bertanya-tanya apakah ia benar-benar sedang menjalankan misi penyelamatan dunia atau justru menjadi bagian dari kekacauan itu sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ILBERGA214, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 8: Langkah Terakhir
Setelah Halim berhasil menemukan buku itu dan mendapatkan kekuatan darinya Halim melanjutkan perjalanan diikuti dengan Elyra.
Halim berdiri di depan pintu besar yang terbuka lebar, matanya terpaku pada simbol-simbol yang terus berkelap-kelip di halaman buku. Keputusan besar sudah menunggu di ujung jalan ini. Namun, meskipun dirinya sudah tahu, ia tetap merasa berat untuk memilih, seperti ada sesuatu yang menahannya, menghalanginya untuk melangkah lebih jauh.
Apakah aku benar-benar siap? pikirnya. Apakah aku benar-benar tahu apa yang sedang aku hadapi?
Suasana di dalam kuil semakin mencekam. Kegelapan yang ada seolah menyelimuti setiap sudut ruangan, meski cahaya dari buku yang ia pegang memancar cukup terang. Namun, tidak ada yang bisa memadamkan perasaan ragu yang terus menyelinap di dalam hatinya. Terlalu banyak yang harus diperhitungkan.
Elyra berdiri di sisi Halim, namun ia tidak mengatakan sepatah kata pun. Hanya memandanginya dengan tatapan penuh arti. Di dalam mata Elyra, Halim bisa melihat harapan yang mendalam, namun juga kekhawatiran yang tersembunyi.
Ini lebih dari sekadar kekuatan, pikir Halim. Ini tentang memahami dunia ini dan bagaimana aku akan menghadapi takdirku.
Langkah demi langkah, Halim berjalan menuju bagian terdalam dari kuil, di mana ruangan besar dengan langit-langit tinggi menyambutnya. Di tengah ruangan itu, sebuah altar kuno berdiri tegak, dikelilingi oleh berbagai macam ukiran yang menggambarkan dewa-dewa kuno. Di atas altar, ada sebuah batu hitam yang berkilau dengan simbol misterius yang mengingatkannya pada simbol-simbol dalam buku yang baru saja ia temukan.
Halim berjalan perlahan menuju altar, matanya tetap fokus pada batu hitam tersebut.
..."Apa yang harus aku lakukan?"...
Ketika ia berdiri tepat di depan altar, suara Elyra terdengar lagi, lembut namun tegas.
..."Buku itu memberimu kekuatan yang luar biasa, Halim. Tetapi ingatlah, kekuatan itu tidak datang tanpa konsekuensi."...
...Halim menatap Elyra. "Aku tahu, Elyra. Ini adalah jalan yang harus aku pilih."...
...Elyra mengangguk pelan. "Kamu memang memiliki tekad yang kuat, tapi ingat, tekad saja tidak cukup untuk memenangkan perang ini. Takdirmu lebih rumit daripada yang bisa kamu bayangkan."...
Tanpa berkata lebih banyak, Elyra mundur beberapa langkah, memberi Halim ruang untuk bertindak. Halim memandang batu hitam di atas altar dengan rasa takut yang mendalam. Apa yang akan terjadi setelah aku melakukan ini?
Dengan hati-hati, ia meraih batu tersebut, dan begitu jarinya menyentuh permukaan batu, sebuah ledakan energi luar biasa melesat melalui tubuhnya. Halim terkejut, tubuhnya terhuyung sejenak. Apa ini? pikirnya. Apa yang sedang terjadi?
Batu hitam itu mulai memancarkan cahaya yang semakin terang, dan tiba-tiba, bayangan Raja Iblis muncul di depannya. Sosok besar dengan mata merah menyala yang menatapnya penuh kebencian.
..."Kamu... berani," suara Raja Iblis terdengar menggema, penuh dengan ancaman. "Kamu pikir dengan kekuatan ini kamu bisa mengalahkan aku?"...
...Halim terkejut, tetapi ia tidak mundur. "Aku bukan hanya mengandalkan kekuatan, Raja Iblis. Aku tahu ada lebih dari sekadar pedang dan sihir untuk mengalahkanmu. Aku tahu bahwa semua ini ada hubungannya."...
...Raja Iblis tertawa, suaranya penuh dengan kecemasan yang dipaksakan. "Hubungan? Apa yang kau ketahui tentang hubungan? Kau hanya seorang manusia kecil yang tidak tahu apa-apa tentang kebenaran sejati."...
Halim menggenggam batu hitam itu lebih erat, merasakan energinya yang semakin mengalir ke seluruh tubuhnya. Aku harus tetap teguh.
..."Aku tahu lebih banyak daripada yang kau kira. Aku tahu bahwa takdir bukanlah sesuatu yang bisa ditentukan oleh kekuatan saja. Itu tentang siapa yang kita pilih untuk menjadi."...
...Raja Iblis mencibir. "Kamu tidak tahu apa yang kamu hadapi. Kekuatan ini bukan milikmu. Kamu tidak bisa mengalahkan kami. Kami adalah bagian dari dunia ini. Tanpa kami, dunia ini akan runtuh."...
..."Jangan bicara seperti itu!" balas Halim, suaranya penuh tekad. "Aku mungkin tidak tahu semuanya, tapi aku tahu satu hal. Aku akan berjuang untuk dunia ini! Aku tidak akan biarkan kegelapan sepenuhnya menguasai."...
Tiba-tiba, suara Elyra terdengar kembali, kali ini lebih kuat dan lebih tegas.
..."Halim! Jangan biarkan dirimu terperangkap oleh ilusi yang dibawa oleh kekuatan itu. Kekuatan seperti itu bisa merusak pikiranmu. Kamu harus ingat siapa dirimu! Apa yang kamu perjuangkan!"...
Halim menggigit bibirnya, berjuang untuk tetap fokus. Elyra benar. Kekuatan ini, kekuatan yang ada dalam batu hitam itu memang kuat, namun juga berbahaya. Jika ia membiarkan dirinya terjerat, maka ia akan menjadi seperti mereka. Raja Iblis dan para jenderalnya. Terperangkap dalam ambisi, terjebak dalam kekuatan yang tak terkendali.
Dengan tekad yang semakin kuat, Halim menutup mata sejenak dan mengalihkan fokusnya pada tujuan utamanya untuk melindungi dunia, mengalahkan Raja iblis bukan untuk menguasainya.
Ketika ia membuka mata, ia merasakan sebuah perubahan dalam dirinya. Batu hitam itu masih mengalirkan energi, tetapi kini Halim merasakan kendali penuh atasnya. Ia menggunakan kekuatan itu bukan untuk menghancurkan, tetapi untuk memanipulasi dan melindungi.
Kekuatan sejati bukan terletak pada penghancuran, pikirnya. Tapi pada bagaimana kita menggunakannya untuk melindungi yang kita cintai.
Raja Iblis terdiam sejenak, kemudian menghela napas, senyumnya yang sebelumnya penuh kebencian kini berubah menjadi senyum penuh perhitungan.
..."Kamu... memang lebih kuat berbeda dari yang aku bayangkan."...
Halim tidak menjawab. Ia hanya menatap Raja Iblis dengan tekad yang lebih teguh dari sebelumnya.
Dengan satu langkah pasti, Halim mengangkat batu hitam itu, dan cahaya yang lebih cerah dari sebelumnya memancar dari batunya, menyinari seluruh ruangan. Ini adalah langkah terakhirku, pikir Halim. Langkah untuk dunia yang lebih baik.
sekarang semakin banyak yang mengedit dengan chat GPT tanpa revisi membuat tulisan kurang hidup. saya tahu karena saya juga pakai 2 jam sehari untuk belajar menulis. Saya sangat afal dengan pola tulisan AI yang sering pakai majas-majas 'seolah' di akhir kalimat secara berlebihan dengan struktur khas yang rapih.
ya saya harap bisa diedit agar lebih natural.
Udah baca eps 1 ini, ceritanya lumayan menarik. Kapan² gue kesini lagi ya kalau ada waktu, Semangat.