Asyifa Nadira harus menerima kenyataan pahit disaat dirinya hamil besar justru ditinggalkan sang suami mengejar wanita lain.
Dengan bekal pendidikannya dia terus berusaha membesarkan sang anak seorang diri dengan menjadi dosen di salah satu kampus terkenal.
Tanpa disangka dirinya terlibat kesalah pahaman dengan seorang mahasiswa yang mengharuskan mereka untuk menikah.
bagaimana perjalanan kisah cinta dua insan beda usia tersebut? ikuti terus ceritaku ya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siska Dewi Annisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27 Emosi tak terkendali
"Ma, sebenarnya ada apa? Kenapa Papa seperti memojokkan Dion terus? Apa salahnya Ma coba jelaskan kepada Syifa." Syifa tampak gelisah dan mencoba untuk mencari jawaban dari Mama Rina.
"Syifa sayang, tidak terjadi apa-apa kok. Kamu tenang ya." ujar Mama Rina.
"Ma, biar bagaimanapun Dion adalah suami Syifa. Syifa cuma ingin tahu sebenarnya ma." entah kenapa Syifa merasa ada sesuatu yang disembunyikan dari keluarga mereka. Melihat cara Papa Wira memperlakukan Dion.
Mama Rina diam sejenak. Seolah sedang berpikir untuk mengucapkan sesuatu.
"Hmm.. Diantara mereka memang ada sedikit masalah Syifa. Tapi Dion itu anak yang baik. Besok mama akan ceritakan semuanya kepadamu. Sekarang lebih baik kamu samperin suami kamu. Tenangkan dia ya sayang." ujar Mama Rina sembari memeluk Syifa.
Syifa pun menuruti ucapan ibu mertuanya. Memang sejak awal Syifa melihat bahwa Mama Rina lah sosok yang paling perhatian terhadap Dion.
Syifa pun menuruti ibu mertuanya karena sejak tadi dia melihat Dion yang masuk ke dalam kamarnya tampak begitu marah.
Perlahan Syifa membuka pintu kamar Dion. suasana begitu gelap sebab tak ada lampu yang dinyalakan hanya siluet cahaya berasal dari pintu balkon yang terbuka.
Syifa pun menyalakan lampu di ruangan itu namun tak terlihat Dion di dalam kamarnya.
"Sayang, kamu dimana?" Syifa mencoba mencari Dion di kamar mandi dan Walk in closet. Hasilnya tidak ada.
Akhirnya Syifa berjalan menuju balkon yang sejak tadi pintunya terbuka. Dan alangkah terkejutnya Syifa saat mendapati Dion duduk meringkuk dengan tangan terus mengepal seolah sedang menahan sesuatu.
Syifa langsung bersimpuh menghampiri Dion dan berusaha menanyainya.
"Dion, kamu kenapa sayang kamu baik-baik saja kan?" Syifa mencoba untuk meraih wajah Dion agar menghadapnya.
Kedua matanya tampak memerah serta rahangnya yang tampak dia gertakkan menunjukkan dirinya sedang dikuasai amarah saat ini. Terbukti dengan deru nafasnya yang keras seolah ingin menghancurkan semua yang ada di depannya.
"Pergi. Jangan dekati aku Syifa. pergilah jika kau tak ingin aku menyakitimu." geram Dion.
"Tidak, tidak sayang aku tidak akan kemana-mana. Aku akan tetap disini. Aku bersamamu." ucap Syifa masih mengusap pipi Dion.
"Aku benci tempat ini. Aku muak disini Syifa. Aku benci semua orang disini. Mereka terus merendahkanku. Ku bilang pergilah Syifa. Aku hanyalah pria gila." suara Dion semakin meninggi.
"Dion.. Dion tenanglah. Aku disini Dion." meski gemetar namun Syifa masih mencoba untuk menangani Dion.
"Aarghhh aku benci semuanya." Dion bak kesetanan terus berteriak penuh amarah.
"Aawwhh sakit Dion." Syifa terpekik kesakitan saat Dion tiba-tiba saja menjambak rambutnya dengan kuat. Bahkan rasanya kulit kepala Syifa hampir lepas.
"Aku butuh obat Syifa. Berikan aku obat." Dion yang terus menggeram dengan peluh yang bercucuran membuat Syifa panik sendiri.
"Obat? Obat apa Dion?" Syifa masih tak mengerti obat apa yang di maksud Dion.
"Berikan aku obatnya atau aku akan terus melukaimu. Aku benci ini Syifa CEPAT." bentakan Dion disertai tangan kirinya kini ikut menjambak rambut Syifa.
Syifa yang kebingungan pun langsung meraih ponsel di sakunya dan menghubungi Mama Rina.
"Ma, mama bisa ke kamar Dion sebentar? Syifa butuh bantuan mama. Dion meminta obat." ucap Syifa.
Tak berselang lama Mama Rina pun langsung datang. Dia sengaja tak memberitahu Papa Wira karena dalam keadaan seperti ini Dion akan semakin mengamuk melihat papanya.
"Yaampun Dion. Lepaskan nak jangan sakiti istrimu." Mama Rina berusaha membantu Syifa.
"Ma, sebaiknya carikan obat Dion. Dia sangat membutuhkannya." ujar Syifa.
Mama Rina pun langsung mencari keberadaan obat Dion di kamarnya. Sementara Syifa masih mencoba untuk menenangkan Dion.
"Dion. Lihatlah aku. Tataplah mataku Dion. Aku bersamamu, aku ada untukmu." Syifa mengusap lembut pipi Dion. Kemudian mengusap bibirnya dengan pelan.
"Dion, aku mencintaimu." dengan mata berkaca-kaca Syifa terus berusaha menenangkan Dion.
Hingga akhirnya perlahan cengkraman kuat di rambut Syifa mulai mengendur.
"Bernafaslah Dion. Bernafaslah dengan tenang, pelan-pelan ya." Dengan telaten Syifa terus menuntun Dion.
Dia meraih tangan Dion dan menekannya di dada Syifa. Agar Dion bisa merasakan detak jantung Syifa.
Perlahan kegelisahan Dion berangsur mulai sedikit berkurang.
Tangan Syifa yang lain pun mengusap lembut keringat yang ada di wajah suaminya.
Mama Rina yang melihat cara Syifa menenangkan Dion pun tak luput merasa terharu dan bahagia. Tak disangka ada seorang wanita yang bisa mengendalikan emosi Dion begitu tenang.
"Kita ke kamar ya." ucap Syifa pelan.
Dion hanya mengangguk dengan tatapan yang masih syok. Syifa pun membantu Dion berdiri dan memapahnya menuju ranjang.
"Masih mau minum obatnya?" tanya Syifa lagi.
Lagi-lagi Dion hanya mengangguk tanpa bersuara. Mama Rina pun segera memberikan obat Dion beserta segelas air kepada Syifa. Lalu Syifa meminumkan obat itu kepada Dion.
"Istirahatlah sayang, kamu lelah kan?" ucap Syifa sembari membantu Dion membaringkan tubuhnya.
Saat Syifa hendak mengantar Mama Rina keluar tiba-tiba Dion meraih pergelangan tangan Syifa.
"Jangan tinggalkan aku." ucap Dion lirih.
"Tidak, aku tidak akan kemana-mana. Hanya mengantar mama ke depan sayang." Syifa mengusap lembut kening Dion dan akhirnya pria itu melepaskan genggamannya.
Saat di luar pintu kamar Dion, mama Rina langsung berhambur memeluk Syifa. Dia tak kuasa menahan air mata yang sejak tadi ditahannya.
"Syifa sayang, terimakasih banyak nak. Maafkan Dion yang sudah kalap menyakitimu." ujar Mama Rina sambil terisak.
"Ma, sudah seharusnya tugas Syifa adalah membantu Dion. Mama tenang saja ya." Syifa mengulas senyum kepada ibu mertuanya.
"Mama harap kamu jangan kapok ya Syifa. Dion anak yang baik hanya saja keadaan yang terus membuatnya tertekan. Syifa, mama yakin bersamamu dia akan sembuh." ujar Mama Rina sembari merapikan rambut Syifa yang berantakan akibat cengkraman Dion.
"Istirahatlah Syifa. Pasti kepalamu terasa sakit bukan." suara Mama Rina kian parau. Tak tega melihat menantu kesayangannya yang disakiti begini.
Syifa punengangguk dan kemudian menyusul Dion ke dalam kamar. Dia menatap pria itu yang sudah terlelap di atas ranjang.
Perlahan Syifa mendekatinya dan membaringkan tubuh di samping Dion. Menatapnya dengan seksama.
Syok, tentu saja Syifa sangat syok dengan kejadian ini. Dion yang selama ini dikenal lembut dan menyayangi dirinya dan juga Bella ternyata memiliki sisi mengerikan yang tak pernah Syifa sangka.
Perlahan Syifa mengusap keringat yang keluar di kening Dion. Meskipun AC di dalam ruangan itu menyala namun tampaknya Dion masih terbawa suasana hatinya.
Ada sedikit trauma memang dalam diri Syifa sebab kekerasan yang dialami dirinya bersama Rangga dulu. Namun kasus Dion berbeda dengan Rangga. Jika Rangga melakukannya dengan sadar dan sengaja namun Dion tidak.
Bukannya berpikir untuk meninggalkan Dion justru Syifa pun memiliki tekad kuat bahwa Dion pasti bisa berubah.
"Apapun yang sedang kamu alami, apapun masalahmu aku akan selalu bersamamu Dion." ucap Syifa lirih sembari mengecup kening Dion dengan lembut.
...****************...
Apakah di season2 Hana akan hamil thor...🤔🤔🤔
Lom lagi lo tau siapa yg udah lo jambak.
Kalok sampek lo tau siapa kakak tuh gadis???
Mampus lo...
Macem"sama keluarga papa Wira...
Ayo Mas Dion,Hamilin tuh bu Dosen /Facepalm//Facepalm/
Cusslah Gasskeun...💪💪💪💪💪
Jangan kasih kendor...
Hajar truss sampai gemporrr...😄😄😄