NovelToon NovelToon
Warisan Mutiara Hitam 2

Warisan Mutiara Hitam 2

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir / Epik Petualangan / Fantasi Timur / Balas Dendam
Popularitas:47.3k
Nilai: 5
Nama Author: Kokop Gann

(Warisan Mutiara Hitam Season 2)

Setelah mengguncang Sekte Pedang Awan dan memenggal Jian Chen, Chen Kai mendapati bahwa kemenangannya hanyalah awal dari mimpi buruk baru. Sebuah surat berdarah mengungkap kebenaran yang meruntuhkan identitasnya: ia bukan anak Klan Chen, melainkan putra dari buronan legendaris berjuluk "Sang Pengkhianat Naga".

Kini, Klan Jian dari Ibu Kota memburunya bukan demi dendam semata, melainkan demi "Darah Naga" di nadinya—kunci hidup untuk membuka segel terlarang di Utara.

Demi melindungi adiknya dan mencari jati diri, Chen Kai menanggalkan gelar Juara dan mengasingkan diri ke Perbatasan Utara yang buas. Di tanah tanpa hukum yang dikuasai Reruntuhan Kuno, Sekte Iblis, dan Binatang Purba ini, Chen Kai harus bertahan hidup sebagai pemburu bayangan. Di tengah badai salju abadi, ia harus mengungkap misteri ayahnya sebelum darahnya ditumpahkan untuk membangkitkan malapetaka kuno.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kokop Gann, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Langit Terbelah dan Jatuhnya Sang Komandan

DUAAAARRRR!!!

Langit malam di atas Distrik Selatan Pos Perdagangan Besi diterangi oleh ledakan energi dua warna. Emas dan Ungu.

Puing-puing jalanan dan batu bata terlempar ke udara seperti hujan meteor. Dari tengah debu yang membubung, dua sosok melesat naik, meninggalkan jejak cahaya yang menyilaukan.

Di satu sisi, Komandan Jian Lie, terbungkus aura emas yang tajam namun sedikit bergetar. Di sisi lain, Chen Kai, diselimuti oleh api ungu pekat yang berbentuk seperti naga yang sedang melilit tubuhnya.

Mereka berhenti di ketinggian lima puluh meter di atas kota.

Jian Lie menatap pemuda di hadapannya dengan mata terbelalak, napasnya tersendat. Rasa sakit di dadanya—akibat tabrakan di selokan tadi—masih terasa nyata.

Tapi yang lebih menyakitkan adalah kenyataan di depan matanya.

"Pembangunan Fondasi..." desis Jian Lie, suaranya penuh penyangkalan. "Tidak mungkin... Baru satu jam yang lalu kau masih tikus Tingkat Sembilan! Bagaimana kau bisa menerobos di tempat kotor seperti itu tanpa meledak?!"

Chen Kai tidak langsung menjawab. Dia melayang di udara—kemampuan alami dari Alam Pembangunan Fondasi. Dia merasakan Qi di sekelilingnya bukan lagi sebagai udara yang harus dihirup, melainkan sebagai air yang bisa dia pijak dan kendalikan.

Dia mengangkat tangannya, menatap kulitnya yang kini bersih dari kotoran selokan, bersinar dengan rona giok ungu.

"Kau menyebutnya tempat kotor," kata Chen Kai, suaranya tenang namun bergema ke seluruh penjuru kota seperti guntur. "Aku menyebutnya tempat kelahiran."

Dia menatap Jian Lie. Pupil vertikal di matanya menyala.

"Dan sekarang, Jian Lie... kita berdiri di ketinggian yang sama."

"JANGAN SOMBONG!" raung Jian Lie.

Harga dirinya hancur. Dia adalah Komandan Klan Jian, seorang elit yang dibesarkan dengan sumber daya terbaik. Bagaimana dia bisa menerima dipandang rendah oleh seorang pelarian?

"Kau mungkin sudah mencapai Pembangunan Fondasi, tapi kau baru saja menerobos! Fondasimu pasti tidak stabil! Qi-mu pasti kosong!"

Jian Lie mengangkat Pedang Emasnya tinggi-tinggi.

"Aku akan menghancurkan fondasimu sebelum semennya kering! Teknik Pedang Emas: Hujan Pedang Kerajaan!"

Jian Lie menebas. Ribuan jarum Qi emas terbentuk di udara malam, mengubah langit menjadi landak emas yang mematikan. Serangan ini jauh lebih kuat daripada yang digunakan Jian Chen di turnamen, karena didukung oleh kultivasi Pembangunan Fondasi yang matang.

Chen Kai tidak menghindar. Dia juga tidak menggunakan Pedang Meteor Hitam.

Dia hanya merentangkan tangan kirinya ke depan.

"Yao, pinjamkan aku Niat-mu."

"Dengan senang hati," jawab Kaisar Yao.

Di Dantian Chen Kai, Fondasi Naga Ungu bergetar.

"Cakar Naga: Domain Hampa."

Tangan kiri Chen Kai mencengkeram udara kosong.

CRACK!

Ruang di depan Chen Kai seolah retak. Sebuah cakar naga hantu raksasa berwarna ungu muncul dari kekosongan, ukurannya sebesar rumah dua lantai. Cakar itu tidak menyerang; ia hanya menangkap ribuan jarum emas itu.

KRETEK... KRETEK...

Ribuan serangan Jian Lie ditangkap dalam genggaman cakar hantu itu, lalu diremukkan menjadi percikan cahaya tak berbahaya.

"Apa?!" Mata Jian Lie hampir keluar. Serangan penuhnya... diremukkan dengan satu tangan?

"Giliranmu," kata Chen Kai.

Dia menarik Pedang Meteor Hitam dari punggungnya.

Untuk pertama kalinya, Chen Kai merasakan koneksi sejati dengan pedang ini. Sebelumnya, dia hanya mengayunkannya sebagai beban berat. Sekarang, dengan Qi Pembangunan Fondasi, dia bisa merasakan saluran energi di dalam pedang itu.

Pedang itu bukan sekadar besi berat. Itu adalah meteor yang tertidur.

"Bangun," bisik Chen Kai, mengalirkan Qi Naga Ungu-nya ke dalam pedang.

VWUUUUOOM!

Bilah hitam pedang itu tiba-tiba menyala. Garis-garis rune kuno berwarna merah menyala di sepanjang permukaannya. Berat pedang itu seolah bertambah sepuluh kali lipat, mendistorsi gravitasi di sekitarnya.

"Teknik Pedang Meteor: Jatuhnya Bintang."

Chen Kai menghilang.

Tidak ada gerakan kabur. Dia benar-benar berteleportasi jarak pendek menggunakan ledakan kecepatan murni.

Dia muncul tepat di atas Jian Lie.

"Terima ini!"

Chen Kai mengayunkan pedang itu ke bawah dengan dua tangan.

Jian Lie merasakan langit runtuh. Dia mengangkat Pedang Emasnya dengan panik untuk memblokir.

CLAAAAAANNGGG!!!

Benturan itu menciptakan gelombang kejut yang menyapu atap-atap bangunan di bawah mereka. Kaca-kaca jendela di radius satu kilometer pecah serentak.

"ARGHHH!"

Jian Lie menjerit. Pedang Emasnya—senjata Peringkat Roh Menengah—melengkung parah. Tulang lengannya retak.

Dia tidak bisa menahannya. Dia ditembak jatuh dari langit seperti burung yang sayapnya patah.

BOOOM!

Jian Lie menghantam alun-alun kota—tempat panggung pestanya sendiri berada—dengan kecepatan meteor. Panggung batu itu hancur berkeping-keping, menciptakan kawah besar di tengah kota.

Debu membubung tinggi.

Di langit, Chen Kai tidak berhenti. Dia menukik ke bawah, mengejar musuhnya yang jatuh.

Di dalam kawah, Jian Lie terbatuk darah, mencoba bangkit. Baju zirah emasnya hancur. Wajahnya penuh debu dan darah.

"Tidak... tidak mungkin..." racau Jian Lie. "Aku adalah Klan Jian... Aku punya darah bangsawan..."

Dia melihat bayangan Chen Kai turun dari langit, pedang hitamnya siap menebas kepala.

Ketakutan akan kematian mengalahkan segalanya.

"PENJAGA BAYANGAN! LINDUNGI AKU!" teriak Jian Lie histeris.

Dari bayang-bayang reruntuhan, sisa-sisa Penjaga Bayangan (Puncak Tingkat Sembilan) yang setia—atau takut—berlompatan keluar. Lima orang melompat ke udara, mencoba mencegat Chen Kai.

"Mati demi Tuan!"

Mereka meledakkan diri dengan teknik bunuh diri untuk menghentikan Chen Kai.

Mata Chen Kai dingin.

"Minggir."

Dia tidak melambat. Dia memutar tubuhnya di udara, menciptakan tornado api ungu.

"Putaran Naga Gila: Bentuk Pembangunan Fondasi."

SLASH! SLASH! SLASH!

Kelima Penjaga Bayangan itu tidak sempat meledakkan diri. Tubuh mereka terpotong-potong oleh pusaran pedang Chen Kai sebelum mereka bisa mendekat. Hujan darah dan potongan tubuh jatuh ke alun-alun.

Chen Kai mendarat di tepi kawah, tepat di depan Jian Lie yang sedang merangkak mundur.

Seluruh kota—ribuan tentara bayaran, pedagang, dan warga yang terbangun—menonton dari kejauhan dengan napas tertahan. Mereka melihat "Buronan" yang dihargai 100.000 Batu Roh itu kini berdiri seperti Dewa Perang di atas Komandan kota mereka.

"Kau menginginkan kepalaku, Jian Lie," kata Chen Kai, menyeret pedangnya mendekat. "Kau menginginkan darahku."

Jian Lie tersandar pada sisa pilar panggung yang hancur. Dia tertawa, tawa orang gila yang putus asa.

"Kau pikir... membunuhku akan mengakhiri ini?" Jian Lie meludah darah. "Klan Jian... akan tahu. Ayahku... Tetua Agung... mereka akan meratakan kota ini. Mereka akan memburu adikmu... temanmu... semua yang kau cintai."

Chen Kai berhenti satu langkah di depannya.

"Biarkan mereka datang," kata Chen Kai.

Dia mengangkat pedangnya.

"Tapi kau tidak akan ada di sana untuk melihatnya."

"TUNGGU!" teriak Jian Lie. "Aku tahu rahasia! Tentang ibumu! Tentang kenapa ayahmu lari!"

Pedang Chen Kai berhenti satu inci dari leher Jian Lie.

"Bicaralah," kata Chen Kai dingin. "Satu kalimat bohong, kepalamu menggelinding."

Jian Lie melihat kesempatan. Matanya bergerak licik. "Ibumu... dia bukan manusia biasa. Dia berasal dari 'Sekte Suci' di Benua Tengah. Ayahmu mencurinya. Itu sebabnya dia diburu. Darahmu... kotor bukan karena ayahmu, tapi karena ibumu!"

Sementara dia bicara, tangan kiri Jian Lie diam-diam meremukkan sebuah jimat giok merah di belakang punggungnya.

Jimat Pemindahan Darah. (Teleportasi darurat yang mengorbankan vitalitas).

"Mati kau, anak haram!" teriak Jian Lie.

Cahaya merah darah meledak dari tubuh Jian Lie.

"Dia mau lari!" teriak Yao.

"Tidak akan!"

Chen Kai menebas.

SRET!

Pedang Meteor Hitam membelah cahaya merah itu.

Tapi teleportasi itu sudah aktif. Tubuh Jian Lie mulai memudar.

Tebasan Chen Kai tidak mengenai lehernya, tapi mengenai bahu kanannya... dan terus ke bawah.

CRASS!

"AAAAARRGGHHHH!"

Jeritan Jian Lie terdengar mengerikan saat dia menghilang dalam kilatan cahaya merah.

Di tanah, tertinggal lengan kanan Jian Lie yang putus, masih memegang cincin penyimpanannya. Dan genangan darah yang sangat banyak.

Chen Kai berdiri diam, menatap tempat kosong di mana musuhnya baru saja berada.

"Dia lolos," kata Chen Kai, nadanya kecewa. "Dengan mengorbankan lengan dan separuh darahnya."

"Dia tidak akan bisa bertarung dalam waktu lama," kata Kaisar Yao. "Luka dari Pedang Meteor yang dialiri Api Naga tidak bisa disembuhkan dengan mudah. Dia cacat sekarang."

Chen Kai membungkuk, mengambil cincin penyimpanan dari jari potongan lengan Jian Lie.

"Setidaknya, aku mendapatkan uangku," gumam Chen Kai.

Dia berbalik menatap kerumunan warga kota yang mengintip dari balik reruntuhan. Ribuan mata menatapnya dengan teror absolut.

Tidak ada yang berani bergerak. Tidak ada yang berani menagih hadiah 500.000 Batu Roh. Siapa yang berani melawan monster yang baru saja memotong lengan Komandan Pembangunan Fondasi dan menghancurkan setengah alun-alun?

Chen Kai menyarungkan pedangnya. Auranya yang menekan perlahan mereda, tapi tidak hilang.

"Mulai malam ini," suara Chen Kai bergema. "Pos Perdagangan Besi tidak memiliki Komandan."

Dia tidak menunggu reaksi mereka. Dia melompat ke udara, terbang menuju kegelapan malam, menuju tempat di mana Manajer Sun dan Xiao Mei bersembunyi.

Dia menang. Tapi perang baru saja dimulai.

1
Jeffie Firmansyah
seruu ..seruu.... seruuu.... 💪 Thor
Jeffie Firmansyah
luar biasa kerenn GG abis cerita nya
Jeffie Firmansyah
kerennn abis seruuu semangat Thor 💪
Choky Ritonga
😍😍😍😍😍👌👌👌
Eka Haslinda
pokoknya ini MC yg paling keren sedunia 😍😍
kute
mantab thor makin seru, dan enak alur ceritanya
Muhamad Al Wilan Ramadhan
lanjut thor👍👍👍
andri susilo
mantap thoorrr... lanjut, jangan bikin kendor😄😄😄
Eyang Kakung
Tarian pembantaian dimulagi 🤣🤭
Eyang Kakung
lanjut
Hendra Yana
bagussss
Eyang Kakung
musuh2 nya pada sadis semua
Hendra Yana
mantap
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Sikat habis
Eyang Kakung
tingkatkan terus level kultivasi mcnya thor
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Njoooooost
Hendra Yana
di tunggu up selanjutnya
saniscara patriawuha.
walahhhhhhh pragatttttzzzzz....
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Tooooooops
saniscara patriawuha.
wadidawwwww....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!