Seorang gadis berusia 20 tahun, yang bekerja sebagai pelayan di sebuah Mension mewah milik keluarga Angkasa.
Suatu hari, gadis bernama Dara itu, tak sengaja di nodai oleh putra satu-satu tuan Angkasa, yang menyebabkan ia hamil.
Karena kehamilannya, ia terpaksa di nikah sirihkan oleh laki-laki yang telah menodainya.
Ayo ikuti kisahnya, apakah Dara mampu bertahan dalam rumah tangga menjadi istri sirih sekaligus istri simpanan? Apakah dia bisa melalui ujian rumah tangga yang di penuhi banyaknya rintangan? Ataukah ia akan memilih pergi saja?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bunda Qamariah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Panik
Adam menarik nafas dalam untuk meredam emosinya, kemudian menghembuskan nafasnya dengan pelan.
"Dara, aku hanya ingin membawamu pulang, hanya itu," melembutkan nada bicaranya.
"Untuk apa kau mengajakku pulang bersamamu? Apa karena anak dalam kandunganku? Begitu?"
"Kau terlalu banyak berandai-andai Dara, mari kita pulang," Adam tetap memaksa Dara.
"Enggak, aku nggak mau!!"
Lagi-lagi hanya bisa menarik nafas panjang karena ternyata tak semudah yang ia bayangkan untuk membawa Dara pulang bersamanya.
Adam terpaksa pulang sebentar tanpa membawa Dara, karena ia juga harus bekerja, apa lagi Papinya sudah menghubunginya dari semalam, karena beberapa hari lagi acara ulang tahun perusahaan.
,,,
Beberapa jam perjalanan, Adam akhirnya tiba di Villanya. Ia melangkah masuk ke dalam, dan ternyata di dalam sudah ada Mami Yunda yang menunggunya.
Mami.
"Mami? Ada apa Mam--" ucapan Adam terhenti karena Mami Yunda memotong ucapannya.
"Kenapa aku menemui wanita murahan itu lagi!" Mami Yunda memarahinya.
"Mami memata-mataiku?"
"Kalau iya kenapa? Untuk apa kau datang ke sana mencari wanita seperti itu Adam!! Kenapa kau tidak mau mendengar ucapan Mami!"
"Mi, Adam sudah besar Mi, Mami tidak seharusnya mencampuri urusan pribadi Adam, lagi pula Dara sedang hamil anak Adam, kenapa Mami sangat tidak menyukai Dara Mi! apa yang salah, jika karena perbedaan latar belakang, harta juga tidak bisa di bawa mati Mi!" Adam melawan Maminya.
PLAKKKK
Siapa sangka jika Yunda tak bisa mengontrol emosinya dan langsung menampar putranya.
Adam memegang pipinya kaget. Ia tak pernah menyangka jika Maminya akan memukulnya, selama 26 tahun, ini pertama kali sang ibu memberi kekerasan padanya.
"Mami benar-benar keterlaluan!" Adam melangkah pergi lagi dari Villa, tentunya dia ke Barnya.
Mami Yunda terdiam melihat tangannya yang baru saja menampar putranya.
,,,
Anim duduk termenung sambil memegang pengetes kehamilan, ternyata benar, jika dia sedang hamil.
Apa yang harus aku lakukan. Panik, takut, cemas, bercampur menjadi satu.
Drrrttt Drrrttt Drrrttt
Ponselnya berdering.
Vano
Anim hanya melihat sebenar ponselnya, kemudian mengabaikannya. Sudah beberapa hari ini ia tak pernah menemui laki-laki itu. Meski Vano menghubunginya, tapi Anim tak ingin menjawabnya.
Drrrttt Drrrttt Drrrttt
Kembali berdering, tapi lagi-lagi Anim mengabaikannya.
"Bagaimana ini ... Aku masih sangat mencintai Adam, aku tidak bisa pisah dengannya," ujar Anim frustasi.
Tiba-tiba wanita itu seperti mendapat sebuah idea. Gugur, aku bisa menggugurkan kandungan ini. Iya, aku akan mencari dokter atau bidan yang mau aku bayar untuk menggugurkan kandunganku. Batin Anim berniat menggugurkan kandungannya.
,,,
Tok Tok Tok
Terdengar suara ketukan dari luar pintu ibu Ida.
Wanita itu melangkah membuka pintu.
Cklekkk
Kaget melihat siapa yang berada di ambang pintunya.
"Sudah lama kita tidak bertemu," Yunda terdengar sangat angkuh.
Ternyata dari Villa putranya, ia mendatangi rumah ibu Dara.
"Untuk apa kau datang kemari?" Tanya Ida.
"Aku rasa kau tau di mana tempatmu, dan seperti apa perbedaan derajat di antara kita, bagaikan langit dan bumi"
"Apa maksud ucapan anda,"
"Kau dan anakmu itu, sama-sama pelakor," sinis Yunda.
"Apa? Pelakor? jangan sembarang bicara anda, jika anda tidak tau hal yang sebenarnya" jawab ibu Ida pada wanita angkuh di didepannya.
"Kau pikir aku tidak tau, baru saja Angkasa datang menemuimu j*lang! Kau itu seorang janda murahan miskin yang tidak tau malu! Suruh putrimu itu untuk bersembunyi di manapun! agar putraku tidak menemuinya lagi! Jangan kau mengajarkan putrimu untuk menjadi pel*cur sepertimu!" Yunda menghina Ida dan juga putrinya.
Ibu Ida menatap Yunda dengan perasaan benci. "Putramu yang datang pada putriku, kenapa kau menyalahkan putriku! seharusnya kau yang mengajari putramu! bukan malah menyalahkan anakku!" Ida juga meninggikan nadanya, tak tahan lagi dengan sikap angkuh Yunda.