Alexa tidak pernah menyangka hidupnya akan berubah dalam satu malam. Tanpa pilihan, ia harus menikah dengan Angkasa-pria yang nyaris asing baginya. Bukan karena permintaan keluarga, bukan pula karena cinta, tetapi karena sebuah alasan yang tak bisa dijelaskan.
Alexa terjebak dalam kehidupan yang tak pernah ia inginkan, tapi semakin ia mencoba memahami pria itu, semakin banyak hal yang tak masuk akal dalam pernikahan mereka.
Di balik sorot mata tajam Angkasa, ada sesuatu yang tersembunyi. Sebuah kebenaran yang perlahan mulai terungkap. Saat Alexa mulai menerima takdirnya, ia menyadari bahwa pernikahan ini bukan sekadar ikatan biasa-ada janji yang harus ditepati, ada masa lalu yang belum selesai.
Namun, ketika semuanya mulai masuk akal, datanglah pilihan: bertahan dalam pernikahan yang penuh teka-teki atau melepaskan segalanya dan menghadapi konsekuensinya.
Di bawah langit yang sama, akankah hati mereka menemukan jalan untuk saling memahami?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon vin97, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
27 Terperangkap Dalam Gelap
Musik berdentum liar di dalam RED, lampu-lampu strobo berkedip cepat, menciptakan bayangan yang terus bergerak di antara tubuh-tubuh yang menari tanpa henti. Aroma alkohol, parfum mahal, dan asap rokok bercampur dalam udara. Alexa menghela napas dalam, mencoba menyingkirkan kegugupan yang merayapi dirinya.
Begitu mereka memasuki klub, Angkasa berbalik menatapnya. "Kita berpisah. Kau cari di area bar dan lounge, aku ke lantai dansa dan VIP."
Alexa mengangguk cepat. "Baik. Kalau ada sesuatu, langsung hubungi."
Mereka berpisah, menyusuri lautan manusia yang larut dalam euforia malam. Alexa berjalan dengan hati-hati, matanya mencari-cari sosok kakaknya di antara meja-meja bundar dan sofa panjang di area lounge. Namun, baru beberapa langkah, bahunya menabrak seseorang.
"Hei!"
Alexa menoleh dan langsung merasa menyesal. Seorang pria dengan jas kusut, jelas-jelas mabuk, menatapnya dengan mata yang sayu tapi penuh niat buruk. "Kenapa buru-buru? Menabrakku tanpa permisi, kau harus ganti rugi."
Alexa mundur selangkah. "Maaf, aku tidak sengaja."
Pria itu terkekeh, satu tangannya berusaha menarik pergelangan tangan Alexa. "Kalau begitu, temani aku menari. Itu cukup sebagai maaf, kan?"
Alexa segera menarik tangannya. "Tidak, terima kasih."
Pria itu tidak menyerah. "Jangan malu-malu, manis. Aku hanya ingin bersenang-senang."
Alexa melangkah mundur lagi, tetapi pria itu semakin mendekat. "Aku bilang tidak," katanya tegas.
Namun, sebelum pria itu bisa menariknya lagi, sebuah tangan lain mencengkeram bahunya dengan kuat.
"Dengar baik-baik," suara dalam dan dingin terdengar dari belakang pria itu.
Alexa mengangkat wajahnya, dan di sana berdiri Angkasa—tatapan matanya tajam, ekspresinya gelap seperti malam tanpa bintang.
Pria mabuk itu menoleh dengan gerakan malas. "Siapa kau?"
Angkasa tidak menjawab. Sebaliknya, ia mempererat genggamannya di bahu pria itu, cukup kuat hingga pria itu meringis.
"Dia sudah bilang tidak," suara Angkasa terdengar lebih dingin. "Kau tidak mendengar?"
Pria itu mengumpat pelan, lalu mencoba melepaskan diri. "Santai saja, aku hanya ingin bersenang-senang!"
Angkasa mendekat, suaranya nyaris hanya terdengar oleh pria itu. "Kalau kau masih ingin bisa berdiri besok pagi, aku sarankan kau pergi sekarang."
Pria itu menatap Angkasa beberapa detik, mungkin menimbang apakah layak melawan atau tidak. Namun, satu tatapan tajam lagi dari Angkasa membuatnya menyerah. "Sialan," gumamnya sebelum berbalik dan pergi dengan langkah terhuyung.
Alexa menghembuskan napas lega. "Terima kasih," katanya pelan.
Angkasa menatapnya dengan tatapan menilai. "Kau baik-baik saja?"
Alexa mengangguk, meski jantungnya masih berdebar kencang. "Aku masih harus mencari Nabila."
Angkasa menghela napas, lalu melempar pandangan ke sekeliling. "Kita cari bersama. Aku tidak akan membiarkanmu sendirian lagi di tempat ini."
Alexa tidak membantah. Mereka kembali melangkah, tetapi kali ini, Angkasa berjalan sedikit lebih dekat, memastikan tidak ada lagi orang yang berani mengusik Alexa malam itu.
Mereka tak berhasil menemukan Nabila ditempat itu, mereka kemudian keluar dari club.
"Ada tempat lain selain disini ?" Tanya Angkasa.
Alexa menggelengkan kepalanya, tidak tau... Dimana kakaknya berada selain ditempat ini.
Matanya tampak sayu, tubuhnya mulai lelah dan perasaannya menjadi kacau.
"Kita kekantor polisi dan buat laporan" ucap Angkasa.
Alexa tak menolak,ia masuk kedalam mobil berharap malam ini bisa bertemu dengan kakaknya-Nabila.
Dikantor polisi, tengah malam tidak ada siapain hanya para penjaga.
"Ada yang bisa dibantu ?" Tanya polisi
"Kami ingin buat laporan orang hilang" ucap Angkasa.
"Baik. Ada foto dan juga nama lengkap ?" Tanya Polisi yang langsung mencatatnya di komputer.
Alexa kemudian mengeluarkan ponselnya, foto dirinya dan Nabila. Fotonya cukup jadul karena bagaimana pun mereka sudah lama tidak berfoto.
"Kurang lebih seperti ini pak, saya tidak punya foto baru terbarunya" ucap Alexa.
Polisi itu melirik foto tersebut, ia mengerutkan keningnya seolah tampak tak asing dengan wajahnya.
"Tunggu sebentar" ucap Polisi.
"Polisi Candra. Bisa kesini sebentar" teriak polisi itu pada polisi lainnya.
Polisi itu bergerak mendekatinya.
"Ya ? Ada apa ?"
"Wanita ini .. bukankah tampak tak asing ?" Tanyanya.
Polisi bernama Chandra itu lalu melirik foto itu.
"Iya.. ini wanita tadi kan ? Ku rasa sama" ucapnya lagi.
Mendengar hal itu Alexa tampak senang, seolah ada secercah harapan dimana kakaknya berada.
"Kak Nabila.. kalian melihatnya ?" Tanyanya.
"Ah ya, namanya Nabila juga"
"Apa yang dia lakukan disini ?" Tanya Angkasa.
"Dia terlihat pertengkaran dengan seseorang di club yang tidak jauh dari sini" jelasnya.
"Lalu kemana dia ?" Tanya Alexa penasaran.
"Mereka sudah berdamai, dan mereka sudah kembali."
"Mungkin saja kembali kerumah" jawabnya.
"Baik pak, terima kasih" ucap Angkasa.
"Mungkin saja kak Nabila tidak jauh dari sini. Ayo kita cari dia dulu" ucap Alexa.
Angkasa mengangguk,kemudian mereka pamit pada polisi yang bertugas.
"Harusnya kak Nabila masih berada dekat disini" Alexa berlari berharap ia bisa menemukan saudaranya.
"Ayo gunakan mobil saja" ucap Angkasa
Alexa tak menolak, ia lalu masuk kedalam mobil.
Berikut adalah versi cerita singkat dengan Nabila yang enggan berbicara dan tampak lebih galak:
---
Setelah beberapa waktu, di ujung jalan yang sepi, mereka melihat sosok wanita dengan langkah mantap. Alexa menekan rem dan melompat keluar, mendekati sosok itu dengan harapan yang tersisa.
"Nabila?" panggil Alexa dengan suara gemetar, meski hatinya sudah berat oleh kekhawatiran.
Wajah Nabila menyeringai dingin. Tatapan matanya tajam, seolah menantang untuk mendekat. Tanpa mengundang penjelasan, ia melangkah mendekat dan berkata dengan nada serak dan galak, "Aku tidak ada untuk dijelaskan, Alexa. Jangan ganggu aku."
Alexa terdiam, merasa terpukul oleh sikap kakaknya yang tiba-tiba berubah. "Kak, kenapa kau pergi begitu saja? Ibu sangat khawatir, dan aku sudah mencoba menghubungimu berkali-kali," desaknya, meski suaranya mulai gemetar.
Nabila mengangkat bahu dengan sinis, "Aku tidak butuh alasan darimu atau siapa pun. Aku baik-baik saja. Jangan tanya lagi."
Angkasa, yang selama ini hanya mengamati, mencoba menengahi dengan suara lembut, "Nabila, kami hanya ingin tahu kau aman. Ini semua karena kekhawatiran kami."
Dengan tatapan dingin yang semakin menajam, Nabila menepisnya, "Aku tidak ingin bicara. Biarkan aku sendiri." Suaranya meninggi sejenak, meninggalkan kesan keras dan tak terjamah.
Alexa merasakan perasaan campur aduk—sedih, marah, dan bingung. Di balik sikap galak kakaknya, tersimpan rahasia yang tak terungkap. Malam itu, pencarian mereka berakhir dengan keheningan yang mencekam, meninggalkan pertanyaan yang menggantung di udara dan luka yang belum bisa disembuhkan.
"Kalau begitu, ayo kita pulang kak" ajak Alexa tak ingin lebih banyak berdebat dengan Nabila.
"Kau tuli atau apa ?"
"Sudah ku bilang tinggalkan aku!" Suaranya kian meninggi.
"Kak Nabila, hari sudah semakin malam"
"Tidak baik seorang wanita berjalan sendiri dimalam hari" angkasa mencoba menurunkan ego Nabila.
"Ayo kak, ikut mobil kami" ucap Angkasa lagi.
Nabila tampak kesal, ia tak ingin banyak berdebat dan berjalan menuju mobilnya.
Sesampainya dirumah, ibu tampak senang, meski Nabila berjalan melewati ibunya begitu saja.
"Syukurlah.. ibu benar-benar tidak tenang" ucap Ibu.
"Yang penting kak Nabila sudah ketemu, ibu istrahat ya" ucap Alexa mencoba menenangkan sang ibu.
Ibu mengangguk, ia kemudian melihat Angkasa dan berterima kasih padanya.
"Terima kasih nak Angkasa , dan juga Maaf merepotkan mu" ucap Ibu.
"Tidak Bu, ini memang kewajiban Angkasa" ucap Angkasa.
Malam itu mereka pamit dan kembali kerumah.
Dijalanan yang tampak sepi, hanya terdengar suara mesin mobil.
"Maaf karena sudah merepotkan mu" Alexa tiba-tiba bersuara.
"Jika tidak dengan bantuan mu, aku tidak tau apa yang akan terjadi malam ini" ucap Alexa.
Angkasa tak menjawab, ia benar-benar diam.
"Soal kejadian beberapa waktu lalu, ketika kita bertemu di mall"
"Sebenarnya.. kakakku.."
"Aku tidak masalah. Memang sudah kewajiban aku menolong keluargamu"
"Tidak usah dipikirkan" ucap Angkasa memotong pembicaraan Alexa.
Alexa menatap Angkasa, meski terlihat cuek dan dingin terkadang membuat dirinya kesal sisi lain Angkasa ternyata begitu luar biasa.
To be continued..