Pelacur Yang Dirindukan ( Emperor Transmigration )

Esoknya Pangeran bahkan tidak bangun dari ranjangnya bersama Eleena, memeluk bantal yang sering ditiduri kekasihnya. Bahkan panggilan dari Raja tidak ia hiraukan, kejadian penyiksaan tadi malam pada Puteri Dayana sudah sampai di telinga sang Raja.

Istana Raja.

"Apa maunya?! Panggilanku pun dia hiraukan! hanya demi wanita simpanan yang tidak jelas asal - usulnya, dia berbuat kejam pada istrinya sendiri! Bahkan di malam pengantin mereka!" Raja merutuki sikap Pangeran Jagger, beraninya mencoreng wajahnya.

"Tenanglah, suamiku. Bicara baik - baik dengan adikmu, kamu juga tau dengan benar. Pangeran Jagger selalu mematuhi dan mendahulukan keinginan mu. Selalu memihak mu, bahkan saat Menteri ingin menurunkan tahtamu Pangeran Jagger lah yang mendukung mu. Jangan berlebihan dalam menghukum adikmu nanti, jangan terpengaruh hasutan - hasutan dari orang lain," Ratu Eleanor menegur suaminya sang Raja.

Raja Stewart mengatur nafasnya, perkataan Eleanor memang benar. Sejak awal hanya Pangeran Jagger lah yang selalu mendukungnya. "Kamu benar, Ratu. Aku akan menemuinya sendiri untuk mendengarkan penjelasannya."

Ratu Eleanor tersenyum, baginya Pangeran Jagger bukan hanya adik iparnya tapi sudah seperti adik kandungnya sendiri. Sejak dirinya menikah dengan Raja sewaktu Raja masih menjadi seorang Pangeran, hanya Pangeran Jagger yang selalu memperhatikannya di dalam Istana yang begitu asing baginya.

"Aku akan ikut denganmu, aku juga penasaran tentang wanita yang membuat Pangeran seperti ini. Aku ingin memeriksanya sendiri dengan bertanya langsung pada orang - orang disana."

"Hm, tentu. Ikutlah."

Esoknya, Raja datang ke Istana Pangeran, para pelayan memberi hormat. Dia segera berjalan ke kamar Pangeran ditemani Ratu, tapi kepala pelayan Istana mengatakan jika Pangeran tidak tidur di Istana.

"Lalu, dimana dia?" tanya Raja.

"Sejak ada wanita simpanan, Pangeran lebih sering tidur di paviliun. Sepertinya Pangeran ada disana, Yang Mulia."

"Bagaimana keadaan Puteri Dayana?"

"Sejak pagi kemarin setelah menerima hukuman dari Pangeran dengan tidur diluar semalaman, Puteri demam tinggi. Para tabib sedang mengobati Puteri."

"Hm, nanti aku akan menengoknya. Aku akan menemui Pangeran lebih dulu."

Raja kemudian pergi menuju paviliun, ia melihat pengawal pribadi Pangeran berada diluar seperti sedang berbicara dengan para pelayan yang hilir - mudik.

Santos melihat kedatangan Raja, ia terkejut. Dengan tergesa - gesa menghampiri Raja.

"Salam, Yang Mulia Raja. Salam, Yang Mulia Ratu."

"Hm, ada apa? Kenapa para pelayan sibuk? Apa Pangeran menghancurkan tempat ini?"

Santos menggeleng, "Kami sedang mengumpulkan dan membawa es dari gudang es, Yang Mulia."

"Untuk apa?"

"Itu... racun Pangeran kembali kambuh. Bahkan Pangeran sudah meminum racun ular tadi pagi, tapi tubuh Pangeran masih gemetaran."

"Kenapa kembali ke cara yang dulu? Bukankah Pangeran sudah terbiasa meniduri wanita yang berbeda untuk penangkal sementara racunnya?"

"Semenjak bersama Nyonya Eleena, Pangeran hanya bersama Nyonya dan tidak pernah lagi membutuhkan wanita lain, Yang Mulia."

Raja terkejut, apa itu sebabnya Pangeran begitu mempertahankan wanita yang menjadi simpanannya itu?

"Beri jalan, aku akan melihatnya. Ratu, tunggulah di ruangan lain."

"Baik, Yang Mulia," jawab Ratu.

Raja memasuki kamar Pangeran, Santos memberi jalan sampai kamar mandi. Raja masuk ke dalam kamar mandi, ia melihat Pangeran sedang berendam di wadah bak besar terendam bongkahan batu - batu es.

Pangeran membuka mata sayunya, wajahnya mengerut tidak lagi cerah. Rambutnya terjatuh rontok, bahkan seluruh tubuhnya memerah.

"Kakak, kamu datang... maafkan aku tidak bisa mematuhi perintahmu untuk datang, hhhh..." ujar Pangeran, uap dingin mengebul dari dalam mulutnya saat Pangeran berbicara.

"Santos bilang racunmu kembali kambuh, aku akan segera mencarikan wanita - wanita untukmu kalau kau tidak ingin menyentuh istrimu."

Pangeran menggeleng, "Aku tidak akan menyentuh wanita lain, aku... hhh... aku hanya membutuhkan Eleena..."

"JAGGER !! Jangan keras kepala! Sebelum kau menemukan wanita simpananmu itu, kau akan mati lebih dulu !!"

"Jaga ucapanmu, Yang Mulia. Eleena bukan simpananku, bagiku dia satu - satunya wanitaku," ujar Pangeran dingin, tatapan matanya menajam.

"Kau menggila! Astaga!"

"Ya... Kau benar kakak... hhh... aku sudah gila..." Pangeran terkekeh menertawakan dirinya sendiri.

"Aku tak ingin berdebat denganmu! Kalau kau menolak wanita, setidaknya aku hanya bisa memerintahkan untuk menangkap ular - ular lagi seperti dulu saat kau masih di awal terkena racun. Aku pergi!" Raja pun berbalik.

"Terima kasih, kakak."

Saat mendengar ucapan terima kasih yang langka terucap dari mulut Pangeran seketika langkah Raja terhenti, mulutnya tersenyum. Sepertinya wanita yang bernama Eleena itu sangat berpengaruh besar bagi adik kesayangannya.

***

Lima Bulan Kemudian.

Di sebuah desa, tepatnya di kaki gunung. Eleena sedang memilah herbal - herbal yang selesai dijemur di belakang rumah . Sudah lima bulan berlalu sejak wanita itu kabur dari Istana Pangeran.

Sejak pencarian besar - besaran oleh Pangeran, Eleena memakai kulit topeng untuk menyamarkan wajahnya. Saat petugas - petugas datang dari Istana mencari ke pelosok desa, Eleena tidak takut ketahuan lagi.

"Elè... kamu belum selesai?" seorang wanita tua bungkuk menghampiri Eleena.

Eleena menatap Nenek Saras yang sudah mau mengurusnya sejak ia datang ke rumah yang kini ia tinggali bersama seorang kakek yang pintar meracik obat - obatan herbal untuk dijual.

"Sudah, Nek."

"Masuklah, Tuan Guapo datang ingin mengajakmu ke acara pesta rakyat di desa."

"Ah, iya. Aku sampai lupa, padahal Guapo sudah bicara padaku seminggu lalu."

"Kalau begitu pergilah, kamu harus melihat kemeriahan pesta."

"Iya, Nek."

Eleena masuk ke dalam rumah, berjalan pelan karena perutnya sudah membesar.

Guapo berbalik saat Eleena masuk, tersenyum senang karena akhirnya bisa bertemu setelah seminggu dirinya tidak datang.

"Kabarmu baik, Elè?"

"Baik," Eleena mengangguk.

"Bayimu?"

"Sehat, dia sudah mulai menendang," Eleena tersenyum bahagia, jika sudah membicarakan anaknya dia akan antusias sekali.

"Baguslah. Elè... berdandalah, aku akan membawamu ke pesta rakyat. Gaunmu sudah ada di kamar, bergantilah."

"Gaun? Tapi aku tak memerlukannya, itu__"

"Tak ada penolakan, kamu sudah berjanji akan menurutiku."

"Hhh... Baiklah. Untuk kali ini aku akan memakainya. Terima kasih, Guapo."

Guapo menatap dengan tatapan penuh arti pada Eleena saat wanita itu berjalan masuk ke kamar dengan perut besarnya, ia akui selama beberapa bulan ini sering bersama wanita itu hatinya tersentuh oleh sifat yang bijaksana dan dewasa Eleena. Eleena tidak seperti gadis berusia belasan tahun, bahkan terkadang ucapan wanita itu seperti dari dunia lain dan semakin meyakinkan instingnya tentang Eleena adalah kunci kehidupannya. Tapi sayang... Dia harus memanfaatkan Eleena meskipun hatinya bertolak belakang dengan keinginannya tapi akalnya tetaplah yang menang. Dia tidak bisa mempertaruhkan kehidupan klan-nya hanya demi seorang wanita.