Anggi Saraswati adalah seorang ibu muda dari 3 anak. Awal mula pernikahan mereka bahagia, memiliki suami yang baik,mapan,dan tampan merupakan sebuah karunia terbesar baginya di tengah kesedihannya sebagai yatim piatu penghuni panti.
Tapi sayang, kebahagiaan itu tak bertahan lama,perlahan sikap suami tercintanya berubah terlebih saat ia telah naik jabatan menjadi manajer di pusat perbelanjaan ternama di kotanya . Caci maki dan bentakan seakan jadi makanannya sehari-hari. Pengabaian bukan hanya ia yang dapatkan, tapi juga anak-anaknya,membuatnya makin terluka.
Akankah ia terus bertahan ?
Atau ia akan memilih melepaskan?
S2 menceritakan kisah cinta saudara kembar Anggi beserta beberapa cast di dalamnya dengan beragam konflik yang dijamin menarik.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch.21 Misi Rahasia
"Assalamualaikum,ma."
"Wa'alaikum salam . Eh, kamu Din, ngapain kamu kemari?" ketus Bu Tatik
"Main aja ma, nggak boleh. Kok mama jadi ketus gitu sih ke Adin? Emang Adin ada salah sama mama?" tanya Adinda sok polos
"Iya mama marah sama kamu, gara-gara kamu minta rumah yang gede, jatah bulanan mama jadi dipangkas." kesal Bu Tatik. "Kamu jaga rumah gih, mama mau arisan dulu. Sulis kerja jadi nggak ada di rumah." ucap Bu Tatik sembari berlalu meninggalkan rumahnya
Saat Adinda sedang asik menonton televisi, tiba-tiba bel rumah berbunyi. "Siapa sih, gangguin orang lagi asik nonton aja." gerutu Adinda tapi tetap ia berjalan untuk membukakan pintu
Saat membuka pintu, telah menjulang tinggi seorang pria berpakaian serba hitam, mulai dari kaos polo hitam, celana ripped jeans hitam, topi hitam, tak lupa kaca mata hitam yang bertengger di atas hidung mancungnya.
Adinda mengernyit heran, siapa lelaki tampan yang berdiri di hadapannya kini. Ya lelaki itu memang tampan, kulitnya sedikit kecoklatan dengan otot-otot yang kelihatan karena, membuat Adinda sedikit kesulitan meneguk salivanya.
"Hai cantik, kok bengong?" tanya pria itu sembari mendekatkan wajahnya ke wajah Adinda, membuat nafas mint bercampur tembakau itu menguar ke dalam indra penciumannya.
"Ka-kau siapa?" tanyanya terbata karena gugup
Tapi pria itu tak langsung menjawab pertanyaan Adinda, ia justru menerobos celah di sebelah Adinda, setelah masuk ia langsung menghempaskan bokongnya di sofa.
"Kenapa masih bengong cantik? Sini ,duduk di sampingku." panggil pria itu sambil menepuk sofa di sebelahnya
Tanpa kata, Adinda pun menuruti titah pria itu.
"Kenalkan, namaku Anton. Aku suami Sulis. Kau tadi mau tau siapa aku, kan!" ucap Anton sembari menghela helaian rambut Adinda yang menjuntai di depan wajah ke balik telinga Adinda yang sontak membuat Adinda menjengit kaget. " By the way, kamu siapa? Apa kamu sepupu Sulis?"
"Bukan. Aku kakak iparnya."
"Kakak ipar? Bukannya kakak ipar Sulis itu Anggi?" tanyanya heran
"Dia sudah jadi mantannya, sekarang istri mas Adam cuma aku. Oh ya, kenalin namaku Adinda." ucapnya sambil mengulurkan tangan. Anton pun menyambut tangan itu lalu mengecupnya membuat mata Adinda membola karena kaget atas perlakuan adik iparnya tersebut.
'Hah, berarti mereka sudah cerai! Ini kesempatan bagus. Sebelum itu, baiknya aku main-main dulu sama perempuan ini. Sepertinya ia wanita gampangan.' batinnya sambil memindai setiap lekuk tubuh Adinda yang tetap memakai pakaian sexy biarpun sedang hamil.
"Kamu mau jalan-jalan bareng aku? Mumpung nggak ada orang di rumah?" bisik Anton di telinga Adinda yang membuatnya terbuai oleh perlakuan Anton yang dinilainya romantis
"Hmm..oke, kemana?"
"Ke mall, shoping, ke cafe?" tawar Anton
Mata Adinda tiba-tiba berbinar ditawari hal-hal yang memang sangat ia sukai itu. Ia segera meraih tas dan memasukkan ponselnya. Ia pun segera berdiri, namun tiba-tiba Anton menarik tangannya hingga ia terduduk di pangkuan Anton.
"Kau..."
"Tapi sebelum pergi, bisa aku minta suntikan vitaminnya dulu sebagai bayarannya." ucap Anton sambil mengarahkan jari telunjuk ke bibirnya
Adinda tak munafik, ia sedari awal sudah tergoda melihat fisik Anton. Apalagi saat melihat ia membuka kacamatanya, bola mata hitam pekat itu seakan menghipnotis dirinya. Bahkan gairahnya pun langsung terpancing hanya karena saling bertatapan, apalagi karena pengaruh hormon kehamilan membuatnya begitu mudah terbakar gairah.
Tak perlu pikir panjang, Adinda pun langsung melakukan apa yang Anton pinta. Anton pun menyambutnya dengan senang hati apalagi bagi ia yang bekerja di kapal membuatnya jarang pulang dan kurang kehangatan. Kalau ada yang bisa ia manfaatkan untuk menyalurkan hasratnya, mengapa tidak. Tapi tidak sekarang, ia akan menyenangkan Adinda terlebih dahulu, barulah ia akan meminta lebih.
Di sofa ruang tamu itu, akhirnya Adinda dan Anton melakukan hal yang tidak semestinya. Berbagi Saliva dalam cumbuan mesra, tanpa peduli bahwa mereka telah memiliki pasangan masing-masing.
.
.
.
"Ma, emoll yuk! Ayin pingin main bola." bujuk Karin
"Iya ma, Damar sama Kevin juga pingin di mall, pergi yuk ma. Pleaseee...!" bujuk Damar
"Tapi mama masih harus bantu-bantu di toko, sayang. Masak oom dan onty nya kita tinggalin sih!"
"Nggak papa mbak kalau mau pergi, kan bentar lagi sore, udah mau nutup, kalo mbak mau ajak Damar dan si kembar jalan, ajak aja. Biar kami yang closing. " ujar Tita
"Iya ma, Epin pingin main mobil-mobilan yang gede ,ma." bujuk Kevin
"Beneran nih nggak papa, kalian mbak tinggal.".
"Ah mbak Anggi, kayak sama siapa saja. Serahin aja urusan toko sama Raju, mbak bisa ajak Damar dan si kembar senang-senang. Kasian kalo nggak diturutin." timpal Raju
"Ya udah, tunggu bentar ya, sayang. Mama ganti baju dulu "
"Yes." ucap Raju dan yang lainnya, sedangkan Damar memberi kode dengan melengkungkan jari telunjuk dengan ibu jarinya membentuk huruf O ke hadapan om dan tantenya.
Aji cepat-cepat mengambil ponsel yang ada di sakunya lalu mengetik sebuah pesan, "Mbak Anggi bentar lagi pergi, Om. Om buruan kesini. Misi segera kita laksanakan." setelah selesai pesan pun dikirim. Tampak seringai puas tercetak di bibir Aji dan yang lainnya.
"Dah, hati-hati di jalan." ucap Luna dan yang lain saat melihat Anggi, Damar, Karin ,dan Kevin telah memasuki taksi.
aku malah suka karakternya Stefani ibunya nata coco 😁
keibuan banget sabar banget 🥰
yang ada dendam merenggut jiwa dan hati diri
bukann tambah bahagia yang ada tambah menderita oleh dendam itu sendiri