Yunan dilahirkan dari seorang wanita miskin. Ia dibesarkan dengan penuh kasih sayang. Namun, keadaan yang serba kekurangan tak mampu membuatnya bahagia. Diusianya yang sudah menginjak dewasa, Yunan merantau ke kota. Ia bekerja sebagai asisten dari gadis cantik yang bernama Casandra.
Siang malam ia selalu mendampingi wanita itu hingga kesalah pahaman terjadi. Mereka dinikahkan karena dianggap melakukan asusila. Casandra pun terpaksa menerima pernikahan itu. Meski tidak ada cinta ia tak bisa menghindar.
Yunan tinggal di rumah mertuanya karena mereka tak memiliki tempat tinggal. Ia diperlakukan layaknya seorang pelayan. Pun istrinya yang tak mencintainya juga ikut menyudutkan dan menyalahkan kehadirannya. Meski begitu, Yunan tak ambil pusing karena ia sangat mencintai Casandra.
Hingga suatu saat, seseorang datang dan mengatakan bahwa Yunan adalah putra dari keluarga ternama di belahan dunia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadziroh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perpisahan
Semua baju milik Yunan sudah dimasukkan ke dalam tas ransel. Tidak meninggalkan satupun barang -barang miliknya di tempat itu. Sebab, tidak ingin merepotkan asisten rumah tangga. Duduk sejenak menyusuri ruangan yang memberikan banyak kenangan. Bukan dengan Cassandra melainkan dengan dua keponakannya yang sering menghabiskan waktu bersamanya di sana.
Menarik napas dalam-dalam. Mengangkat tas dan mencangklong nya di punggung. Melepas cincin kawin dan meletakkannya di meja.
''Selamat tinggal Cassandra. Selamat tinggal cinta pertamaku. Mungkin setelah ini kita tidak akan bisa bertemu, tapi aku tidak akan melupakan kamu yang pernah hadir dalam hidupku.'' Tersenyum tipis.
Keluar dari kamar itu, pamit pada beberapa asisten yang sedang beraktivitas di dapur.
''Yang betah ya, Bi. Ini bonus untuk kalian.'' Memberikan amplop pada mereka satu persatu.
''Ah Tuan, kami minta maaf kalau terkadang harus memberikan Tuan makanan yang sederhana. Itu perintah nyonya Margareth,'' ucap bibi merasa bersalah.
Yunan terkekeh. Mengusap punggung wanita tua yang seringkali mengasihani nasibnya.
''Gak pa-pa. Bibi hanya menjalankan perintah. Setelah ini gak akan kena marah lagi gara-gara aku.'' Yunan menoleh. Menatap Margareth yang baru keluar dari kamar. Lantas, ia meletakkan tasnya dan menghampiri sang mertua.
Margareth menyunggingkan senyum. menatap penampilan Yunan yang berbeda dari biasanya. Kali ini pria itu memakai baju formal dan juga celana kain, seperti akan datang ke acara resmi saja.
''Maaf, Bu. Kalau kehadiranku selama ini membuat Ibu dan keluarga lain tak nyaman,'' ucap Yunan mengawali pembicaraan.
''Tentu. Kamu itu seperti parasit,'' sergah Margareth ketus.
Ucapan itu menusuk hingga ke relung hati terdalam. Sakit, bahkan lebih sakit daripada luka sayatan. Namun, Yunan sudah terlalu kebal menerimanya. Hingga senyuman menjadi jawabannya.
''Mulai hari ini aku tidak akan tinggal lagi di rumah ini. Aku juga akan segera menceraikan Cassandra. Semoga dia mendapatkan suami yang lebih baik dariku.''
Senyum kembali mengembang di sudut bibir Margareth. Kali ini wanita itu terlihat bahagia dengan ungkapan Yunan. Betapa tidak, dari dulu itu yang ia inginkan dan sekarang terkabul juga.
''Pasti Cassandra akan mendapatkan laki-laki yang lebih baik dari kamu, dan pastinya lebih kaya,'' jawab Margareth membanggakan diri. Seolah putrinya memang yang terbaik dan pantas mendapatkan suami yang diinginkan.
Yunan menoleh ke arah lantai dua, dimana Cassandra berdiri menyaksikan percakapannya dengan Margareth. Sungguh, dari relung hati terdalam ingin sekali saja menciumnya sebagai bentuk perpisahan, namun tak ada keberanian untuk itu.
''Aku pergi dulu, permisi.'' Membungkuk, kemudian memutar badan dan kembali ke belakang. Mengambil tasnya lalu keluar.
''Mau ke mana, Tuan?'' tanya satpam yang dari tadi berpose di samping mobil mewah milik Yunan.
''Mau pergi. Mulai hari ini aku tidak lagi tinggal di sini. Selamat bekerja.'' Menepuk bahu satpam itu lalu masuk.
Lagi-lagi, Cassandra menatapnya dari balkon. Mungkin wanita itu juga heran dengan mobil mewah yang ditumpangi Yunan, hanya saja tak punya kesempatan untuk bertanya. Terlebih setelah ini tidak akan bertemu lagi dengan pria itu.
''Kenapa aku merasa ada yang aneh dengan dia. Mobil siapa yang dibawa. Tidak mungkin sewa, dapat uang dari mana?" Bermonolog, menatap ekor mobil hingga menghilang di ujung jalan.
Saking bahagianya melihat Yunan pergi, Margareth mengunjungi kamar Cassandra dan memeluk putri bungsunya tersebut. Meluapkan kebahagian yang tiada tara.
''Sebentar lagi kamu akan bebas dari Yunan. Ibu harap kamu bisa menjalin hubungan yang lebih dekat dengan Louis,'' kata Margareth diiringi dengan senyum.
Tidak ada jawaban, Cassandra masih sibuk memikirkan sikap Yunan dari semalam hingga pagi. Tidak biasanya pria itu diam dan datar. Seolah memang menyerah dengan perjuangannya selama ini. Padahal, sering kali mengucapkan kekukuhannya tidak ingin bercerai, namun dengan mudahnya menyetujui tanpa alasan yang jelas.
Mungkinkah ini ada hubungannya dengan bidan Citra, wanita yang lebih akrab dengan sang mertua ketimbang dirinya?
Sudahlah, bukankah ini yang aku inginkan. Itu artinya aku akan bebas dan tidak malu lagi.
Tersenyum dan mengangguk. Lalu masuk ke dalam.
Pergi dari rumah Margareth bukan berarti pergi ke rumah Sastro, Yunan memilih tinggal di apartemen yang dekat dengan kantor Erlan. Toh, ini cuma beberapa hari saja, lagipula ia masih enggan bertemu dengan Sastro. Belum bisa memaafkan kesalahannya di masa silam.
Erlan sendiri, ia sudah mengurus segala persiapan keberangkatan sang putra. Mulai dari penerbangan hingga apartemen yang akan ditempatinya nanti. Mendaftarkan ke salah satu Universitas ternama di sana. Melengkapi segala kebutuhan Yunan saat nanti ada di luar negeri mencari ilmu.
''Kira-kira Yunan ke sini gak ya?'' Layin mendekati Erlan dan duduk di sampingnya.
''Kamu bisa telpon dia, Sayang. Aku gak yakin sih, tapi mudah-mudahan saja dia mau datang.'' Erlan melepas kaca matanya menoleh ke arah sang istri yang tampak sedikit cemas.
''Aku gak enak dengan ayah, Mas. Semoga dia memaklumi sikap Yunan,'' ucapnya lagi.
Erlan merangsek duduknya. Alih-alih memungut bulu mata, ia justru mencuri ciuman di bibir sang istri. Rindu bercanda dengan gadis kampung yang sering salting saat di goda itu. Apalagi saat pipinya memerah membuatnya semakin cantik.
''Sudah, jangan mikirin ayah terus, kapan waktunya untuk aku.'' Mengedipkan satu matanya.
Seketika Layin menepuk paha sang suami yang sangat jahil. Malu, mengingat umurnya yang sudah menginjak kepala empat. Tentu bukan waktunya kasmaran. Takdir hidupnya memang tak semanis kisah cinta para putri di negeri dongeng yang bisa bersama dengan sang pangeran dari muda hingga tua, namun itu cukup membuatnya bahagia.
''Jangan di sini! Nanti ada yang lihat.'' Layin membungkam bibir Erlan yang hampir mendarat di bibirnya. Takut tiba-tiba ada yang melihat aksinya itu, pasti sangat memalukan.
''Gak pa-pa. Lagipula gak ada salahnya mencium istrinya sendiri.'' Menyingkirkan tangan Layin dan melanjutkan aksinya.
Tanpa mereka sadari, Laurent melihat dari sudut ruangan. Sungguh, gadis itu sangat kesal dengan kelakuan sang ayah yang menodai mata sucinya, tapi juga bahagia melihat mereka yang sangat romantis meski di usianya yang sudah sangat matang.
Semoga nanti aku mempunyai suami seperti ayah dan kak Yunan. Mereka adalah laki-laki yang baik dan penuh perhatian, sayang sekali kak Yunan tidak mendapatkan perempuan yang baik. Semoga setelah bercerai nanti, ia mendapatkan istri yang jauh lebih baik.
Berjalan mengendap-endap meninggalkan tempat itu, tidak ingin mengganggu momen terindah kedua orang tuanya. Menghubungi Yunan yang sejak pagi tadi belum memberi kabar.
''Kamu di mana, Kak?'' tanya Laurent menggunakan pesan teks.
''Di apartemen,'' jawab Yunan dengan pesan teks juga.
''Aku ke sana ya. Kita jalan-jalan,'' ajak Laurent serius yang langsung dijawab iya oleh Yunan.
pintar tp dungu
ya sdh ego saja yg kau gunakan mentang2 kaya trs bgtu bertindak yg katanya sesuai nalar, poligami itu berlaku kl manusia benar 2 adil, lhah km memilih utk emosi? bkn kata hati hrs bisa bedakan ya