Pencarian nya untuk mendapatkan wanita idaman yang bisa menerima diri dan anak-anak nya, melalui proses panjang. Tidak heran hambatan dan ujian harus ia hadapi. Termasuk persaingan diantara wanita-wanita yang mengejar dirinya karena dia termasuk pria yang mapan, tampan dan punya banyak aset yang berharga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naim Nurbanah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
"Namanya Zulaikha," ucap Fauzan. Saat ini Fauzan sengaja menggendong Zulaikha dan membawanya ke kamar Erlina. Erlina mengusap dengan lembut pipi bayi yang masih merah itu.
"Dia cantik. Wajahnya mirip ayahnya. Tampan dan kulitnya bersih," kata Erlina. Fauzan tersenyum memperhatikan bayi merah itu. Dia berusaha membandingkan wajahnya dengan istrinya.
"Dia lebih mirip kamu, sayang! Bukan aku, ayah nya!" kata Fauzan.
"Itu artinya aku lah yang paling mencintai kamu daripada kamu mencintai aku," sahut Erlina. Fauzan menyipitkan bola matanya.
"Tidak seperti itu! Aku juga menyayangi kamu kok, sayang! Kamu jangan berpikir aneh-aneh dong! Kalau aku tidak mencintai kamu, tidak mungkin ada Zulaikha lahir di dunia ini," kata Fauzan berusaha membuat hati Erlina tenang dan tidak berpikir yang tidak-tidak.
"Tapi cinta kamu terhadap ku hanya seujung kuku. Ini mungkin berbeda jauh dengan cinta kamu terhadap Sabrina," ucap Erlina mulai membandingkan.
"Mulai lagi! Jangan suka bicara seperti itu dong sayang! Sabrina bukan istriku. Istriku itu hanya kamu saja. Ingat itu dong sayang!" protes Fauzan.
"Makanya menikah lah dengan Sabrina! Supaya abang bisa membandingkan. Sebenarnya siapa yang paling abang cintai," sahut Erlina. Kembali keras kepalanya Erlina bikin sebel oleh Fauzan.
Fauzan tiba-tiba melihat obat Erlina masih utuh.
"Erlina! Kenapa kamu tidak meminum obatnya?" tanya Fauzan.
"A-aku minum kok!" sahut Erlina berusaha menutupi nya. Dia tidak ingin ketahuan kalau sudah beberapa hari ini tidak mau minum obat.
"Aku akan memanggil mbak perawat. Dia pasti akan tahu kalau kamu minum obat atau tidak," kata Fauzan yang segera keluar dari kamar itu sambil menggendong Zulaikha untuk mencari suster perawat yang merawat istrinya yang masih dalam keadaan lumpuh.
⭐⭐⭐⭐⭐
"Aku sudah bertanya dengan suster perawat. Kalau kamu sudah beberapa hari ini tidak mau minum obat nya. Ditambah kamu susah makan. Jangan begitu dong, sayang! Kasihani aku dan anak-anak kita. Kamu jangan menyakiti diri kamu sendiri dong, Erlina!" ucap Fauzan.
"Bang, Fauzan!" gumam Erlina.
"Kamu harus makan yang banyak dan minum obatnya," kata Fauzan.
"Bang, menikah lah dengan Sabrina, bang! Aku mohon," ucap Erlina dengan suara pelan.
"Aku mau minum obat dan juga makan yang banyak, jika abang dan Sabrina menikah. Bahkan aku mau berobat ke luar negeri supaya bisa pulih dari kelumpuhan sementara ini," kata Erlina.
"Kamu bicara apa Erlina? Itu tidak akan aku lakukan! Aku tidak mau!" sahut Fauzan.
"Aku tidak akan menikah dengan Sabrina. Apapun itu alasannya. Pokoknya aku tidak mau menikah lagi. Titik!" sambung Fauzan.
"Tapi kenapa, bang! Aku hanya ingin melihat abang dan Sabrina bersatu dan menjadi pasangan suami istri. Aku rela dan ikhlas kok, bang! Serius, aku ridlo. Bukankah sudah beberapa kali aku menyuruh abang dan Sabrina menikah. Karena aku menyayangi abang dan juga sahabat ku Sabrina," kata Erlina.
"Cukup! Kamu selalu membahas soal ini terus! Bosan aku Erlina!" sahut Fauzan yang pada akhirnya meninggalkan Erlina di kamar itu. Sedangkan Erlina terlihat menangis sesenggukan karena baru kali ini dirinya melihat bagaimana Fauzan marah dan berkata agak keras terhadap dirinya. Suara keras Fauzan terdengar oleh mamak Sarina yang tadi di luar kamar.
"Erlina! Kamu jangan begitu dong! Seharusnya kamu bersyukur kalau Fauzan setia dengan kamu. Kamu jangan memaksanya untuk menikah lagi dong!" kata mamak Sarina.
"Tapi mak! Itu juga demi kebaikan bang Fauzan dan juga Sabrina. Aku yakin jika mereka berdua menikah, mereka akan bahagia. Demikian juga halnya aku. Aku ikut senang dan lega jika melihat Fauzan dan Sabrina bisa menikah," ucap Erlina.
"Baiklah! Mamak akan bantu untuk membujuk Sabrina. Mungkin kalau mamak yang membujuk nya, Sabrina bisa mengabulkan keinginan kamu," kata mamak Sarina.
"Terimakasih, mak!" sahut Erlina.
⭐⭐⭐⭐⭐
"Halo Erlina! Semoga cepat sembuh yah!" ucap Vievie yang siang itu sengaja datang menjenguk Erlina. Vievie pura-pura menunjukkan rasa prihatin dengan keadaan Erlina yang lumpuh.
"Terimakasih mbak Vievie! Mbak Vievie mau menjenguk dan mendoakan kesembuhan ku," kata Erlina.
"Sama-sama Erlina. Aku ikut bersedih melihat keadaan kamu seperti ini. Kamu harus semangat berobat yah! Kamu harus sembuh demi suami dan anak-anak kamu," ucap Vievie.
"Iya, mbak!" ucap Erlina singkat.
Siang itu masih lengkap ada Fauzan dan kedua mamak rempong. Mamak Ruminah dan mamak Sarina ikut membantu merawat Zulaikha. Bahkan kedua mamak itu kadang-kadang suka rebutan untuk menggendong Zulaikha, bayi merah anak dari Erlina dengan Fauzan. Zulaikha adalah anak ke delapan bagi Fauzan.
Setelah kepulangan Vievie menjenguk Erlina siang itu dan hanya sebentar saja. Dua mamak-mamak rempong itu mulai bergosip.
"Wanita yang baru saja datang menjenguk Erlina tadi kok aku melihat nya tidak tulus yah. Dia itu seperti bermuka dua. Dia itu seperti terlihat sangat senang ketika melihat kondisi Erlina yang lumpuh seperti itu," ucap mamak Sarina.
"Mungkin saja dia dulunya suka dengan Fauzan! Jadi Erlina saingan dia juga saat merebutkan Fauzan yang tampan itu," sahut mamak Ruminah.
"Putra ku itu memang bikin dunia damai menjadi heboh karena bersaing untuk mencari perhatian nya, haha," kata mamak Sarina.
"Memang sih, wanita tadi cantik dan seksi. Tapi kalau aku punya menantu seperti dia, bisa darah tinggi terus dibuatnya. Aku yakin dia tidak bisa mengurus anak. Apalagi memasak. Aku rasa kalau memasak pun, masakan nya pasti cemplang," ucap mamak Sarina. Mamak Ruminah terkekeh dibuatnya.
"Tapi dia wanita karir kak. Berbeda dengan anakku. Pasti dia berduit. Kalau berduit banyak kan, bisa membayar banyak pembantu di rumah ini. Ada yang memasak, ada yang bersih-bersih rumah, ada yang mengurus taman, dan ada yang mengasuh anak-anak. Pokoknya urusan beres asal ada duit," kata mamak Ruminah.
"Walaupun banyak duitnya. Kalau wanita seperti itu, biasanya egois. Dia punya duit itu hanya untuk dirinya sendiri. Mana dia mau membantu suaminya dalam meringankan biaya rumah tangga. Yang ada duit suami duitku, duitku ya duitku. Hahaha," kata mamak Sarina.
"Benar juga! Kalau dasarnya pelit. Pasti juga sulit keluar duitnya. Tapi aku melihat Sabrina sangat baik," ucap mamak Ruminah.
"Kalau Sabrina itu sebelas dua belas seperti Erlina," sahut mamak Sarina memuji. Mamak Ruminah hanya tersenyum saat anak nya di puji oleh besannya.
⭐⭐⭐⭐⭐
"Pak Fauzan yakin, tidak mau menikah lagi, mengingat keadaan istri bapak yang lumpuh seperti itu?" tanya Vievie di saat mereka di dalam mobil yang sama hendak kembali ke kantor.
"Tidak, Vievie! Aku tidak ingin menikah lagi walaupun istriku dalam keadaan sakit. Aku harus berusaha membujuk nya supaya mau berobat," kata Fauzan.
"Tapi jika pak Fauzan sudah tidak mendapatkan kepuasan dari sang istri, mengingat Erlina dalam kelumpuhan. Saya siap membantu pak Fauzan kok. Cinta satu malam pun bisa saya pertimbangkan. Jika pak Fauzan terdesak dalam urusan yang satu itu," ucap Vievie.
"Astaghfirullah! Kamu bicara apa sih, Vie! Kamu kan jelas-jelas tahu kalau aku tidak suka kebebasan. Aku walaupun kurang dalam ilmu agama nya, tapi aku berusaha baik dan tidak melenceng dalam norma dan aturan," kata Fauzan.
"Tapi siapa yang berani menolak pak Fauzan, jika bapak menginginkan seseorang untuk menemani pak Fauzan. Saya sendiri pun, dengan senang hati dan ikhlas membantu pak Fauzan," ucap Vievie.
"Cukup Vie! Aku tidak minat! Maaf, aku tidak pernah terlintas melakukan itu. Apalagi berpikir untuk berselingkuh dan mengkhianati istriku di saat istriku sedang berjuang melawan sakit. Bahkan sakit nya istriku karena aku ceroboh dan kurang berhati-hati dalam mengemudikan mobil," kata Fauzan.
"Aku bersyukur istri dan anakku selamat saat kecelakaan itu. Jika tidak? Aku tidak akan memaafkan diriku sendiri atas kecelakaan tunggal itu," sambung Fauzan. Padahal sejatinya kecelakaan itu lantaran ada sabotase seseorang yang berusaha membuat rem blong mobil Fauzan. Sehingga kecelakaan itu terjadi. Namun pihak berwajib mengidentifikasi bahwa kecelakaan itu murni kecelakaan tunggal. Bukan lantaran seseorang yang sengaja supaya terjadi kecelakaan.