Penjara Cinta Tuan Malvyn

"Apa masih sakit?" tanya Malvyn terlihat sangat khawatir.

Tadi saat ia berteriak ternyata membuat Aisyah terkejut hingga jatuh dari kursi. Hal itu terjadi karena posisi gadis itu sedang berjongkok di atas kursi.

Melihat Aisyah jatuh spontan membuat Malvyn menggendong istrinya dan membawa ke Rumah Sakit diikuti kedua pengawalnya.

Aisyah hanya mengangguk lemah. Padahal dirinya sedang menahan sakit. Ia tidak tahu apa yang terjadi dengan pergelangan kaki nya, yang dirasanya sangat sakit.

"Ayo pulang," ajak Aisyah masih berada di atas brankar.

Malvyn menggeleng. "Kamu harus di rawat. John sedang mengambil keperluanmu selama disini," tolak pria itu membuat Aisyah cemberut.

"Aku gak suka Rumah Sakit," kata Aisyah jujur.

Malvyn mengelus kepala Aisyah dengan lembut. "Tidurlah," katanya.

Sebelum kejadian, Aisyah memang sudah tertidur. Tetapi terbangun karena merasa haus. Setelah minum di dapur justru membuat rasa kantuk gadis itu hilang.

Karena merasa bosan, Aisyah mengajak kedua pengawalnya bermain kartu domino di dapur. Awalnya John dan Johan menolak karena sudah menduga akan terjadi sesuatu seperti yang sudah-sudah, tetapi Aisyah terus merengek membuat John tak tega. Akhirnya ketiganya bermain bersama dengan coretan lipstik menjadi hukuman untuk yang kalah.

Aisyah merasakan perubahan sikap Malvyn menjadi lebih lembut dari biasanya. Elusan di kepala yang diberikan oleh Malvyn membuat darah nya berdesir.

Baru kali ini ia merasa di sayang oleh Malvyn. Entahlah, Aisyah sendiri masih merasa bingung dengan semua sikap pria itu kepadanya.

Terkadang bagai orang asing, terkadang menyebalkan karena suka marah-marah, terkadang seperti papi dan Satria yang begitu posesif, terkadang suka sekali memeluk dan mencium, dan sekarang menjadi sangat lembut.

Karena usia dan belum adanya pengalaman cinta, tentu saja membuat Aisyah bingung. Hanya saja yang dapat diartikan Aisyah adalah Malvyn mampu menjadi seperti papi Askar dan membuatnya nyaman.

Aisyah memperbaiki posisinya lebih merapat ke dalam pelukan Malvyn. Ya, pria itu sudah naik ke atas brankar dan memeluk istri kecilnya.

Malvyn tersenyum dengan mata terpejam. Belum ada yang tahu bagaimana perasaan nya untuk Aisyah dan bagaimana bisa memilih gadis belia ini untuk menjadi istri sah nya yang hingga kini masih disembunyikan.

*

*

"Pastikan tidak ada yang tahu aku bolak-balik ke Rumah Sakit, Rio. Terutama Jesica," titah Malvyn ketika sudah sampai di ruang kerja nya.

Malvyn terpaksa meninggalkan Aisyah karena harus menghadiri pertemuan penting pagi ini. Tetapi ia berjanji akan segera pulang setelah pertemuan penting ini selesai.

"Baik, tuan!" sahut Mario.

Setelah mengatakan hal itu, kedua pria itu keluar dari ruang kerja Malvyn menuju ruang meeting karena sudah di tunggu oleh orang yang akan mereka temui.

*

*

Gio berjalan menyusuri lorong Rumah Sakit. Matanya memicing ketika melihat seorang pria yang tak asing sedang berjalan cepat membawa kantung plastik.

Entah mengapa langkah kaki nya mengikuti pria itu hingga masuk ke dalam lift. Ia melihat lift itu menuju lantai atas yang mana ruang VIP berada.

"Apa Ais sakit?" tanya nya. Ya, pria yang dilihat Gio adalah John.

Dengan cepat Gio masuk ke dalam lift sebelahnya dan menekan tombol yang sama dengan John tadi.

Setelah di lantai tersebut, Gio melihat John membuka pintu salah satu ruang kamar inap itu.

Gio mendekati pintu dan mengintip siapa yang dirawat disana. Ternyata dugaan nya benar, Aisyah lah yang di rawat.

Gio pun memberanikan diri mengetuk pintu dan di buka oleh Johan.

*

*

"Ahh.. Segarnya rujak ini. Makasih ya pak. Bapak mau?" tawar Aisyah menatap John dan Johan bergantian.

Kedua pengawal itu menggeleng karena takut bila nenas itu masam. "Apa nyonya muda sedang hamil?" tanya John yang lebih dekat dengan Aisyah.

Aisyah diam sejenak. Ia berpikir bagaimana alat reproduksi manusia berkembang biak. "Dari yang aku baca pas sekolah, alat reproduksi ku dan genderuwo bule itu belum pernah bersatu, pak. Dia hanya mencium bibirku sesuka hatinya. Apa bisa hamil?" tanya Aisyah polos. "Aku lihat di drama Korea juga hanya cium-cium."

John tersedak buah mendengar apa yang dikatakan Aisyah. Sementara Johan terkekeh. "Kau salah bertanya mengenai anu-anu ke nyonya muda kita, John." Gelak tawa terdengar lagi dari kedua pengawal itu membuat Aisyah bingung.

"Gimana ya nanti tuan muda dan nyonya muda melakukan malam pengantin? aku gak bisa bayangin kalau tuan Malvyn sedang naik-naik nya, nyonya muda malah banyak tanya." Sontak ucapan John membuat kedua nya tertawa tapi tidak dengan Aisyah karena ia merasa bingung.

Sedari kecil hingga Sekolah Menengah Atas Aisyah tidak pernah nampak kemesraan orang tuanya secara fisik. Karena papi Askar dan mami Adzilla memang tidak pernah menampakkan hal itu. Hanya pelukan atau cium kening saja yang pernah di lihat anak-anaknya.

Otak Aisyah akan terkontaminasi jika sudah bersama teman sekolah dan tontonan yang sering di tonton nya. Itu pun hanya ciuman saja.

John dan Johan kembali menatap Aisyah yang masih asyik dengan rujak nya.

"Aku berharap tuan muda bisa menjaga nyonya muda. Beliau masih sangat muda dan gak pantas untuk disakiti," gumam John.

Johan mengangguk setuju. "Nyonya muda sudah seperti anak kita," tutur Johan.

John menyetujui apa yang dikatakan Johan. Mereka berdua adalah kakak beradik yang hidup di jalanan dan di tampung oleh Malvyn dan Mario. Walau keduanya lebih tua dari majikan mereka, tetap tak menyurutkan rasa hormat kepada Malvyn dan Mario.

Tok

Tok

Tok

Aisyah, John, dan Johan menoleh ke sumber suara dan merasa aneh mengapa ada yang mengetuk pintu.

"Biar saya buka," kata Johan menatap Aisyah kemudian bangkit mendekati pintu masuk.

Johan terlihat kaget melihat Gio berada di ambang pintu. "Ada apa?" tanya nya dingin.

"Saya ingin menjenguk Aisyah, om!" melihat salah satu pengawal Aisyah mendadak gugup karena tatapan nya yang tajam.

Di dalam ruangan itu Aisyah penasaran siapa yang mengetuk pintu. "Siapa, pak?" tanya Aisyah memekik.

"Ada teman anda, nyonya."

Aisyah tersenyum. Ia berpikir bahwa yang datang adalah Meta karena ia mengabari teman nya itu. "Suruh masuk saja, pak!"

Di depan pintu Gio tersenyum mendengar ucapan Aisyah yang tentu saja pengawalnya ini tak dapat berbuat apapun.

Gio masuk membuat Aisyah terkejut. Gadis itu mengira yang datang adalah Meta. "Kak, Gio."

Gio tersenyum. "Hai. Kamu kenapa?" ia mendekati brankar dan duduk di sebelah brankar tersebut, matanya memandangi kaki Aisyah terbungkus perban.

"Ah, ini. Ada kecelakaan kecil di rumah," Aisyah terkekeh karena mengingat kejadian itu.

Gio tersenyum melihat Aisyah terkekeh merasa gemas. "Apa kamu buat ulah, lagi?!"

Aisyah mengayun telapak tangan di depan dada. "No. Aku sedang bermain dengan pak John dan Pak Johan, jadi aku terjatuh dari kursi. Itu saja," kilah nya tak sepenuhnya berbohong.

Sementara John dan Johan tetap duduk di sofa menjaga nyonya muda mereka dan merasa cemas bila Malvyn datang secara tiba-tiba.