Mendadak Dinikahi Brondong

Nur melangkah kakinya dengan cepat, nafas nya memburu, Ter engah-engah tak teratur, Sesekali Ia berhenti untuk mengambil nafas dan Istirahat, namun karna yang mengejarnya begitu cepat sehingga tidak ada waktu untuk Nur beristirahat walau sejenak.

Dalam pelarian nya menjauh dari sosok Ular hitam besar yang menakutkan yang tengah mengejarnya, Ia yang bermandikan peluh itu tak lupa membaca doa-doa agar diselamatkan, namun semuanya seakan sia-sia.

"To-tolong !" Hanya itu yang bisa Nur teriakkan.

Tampak Alfin datang dan sedang berusaha menolong, tapi sayang, Ia justru di lilit Ular hitam dan besar yang dari tadi mengejar Nur tadi, bukan hanya itu, Ular itu membuka rahang nya dan hendak melahap suaminya

"Tidaaakkk !!!Tolonggg...!!"pekik Nur yang kemudian terbangun dari tidurnya, bermandikan keringat. Alfin pun terbangun karna terkejut dengan teriakan istrinya.

"Ada apa Bun ?"

"Aku takut, Ayah tidak apa-apa kan ?"Nur malah balik bertanya, karna dalam mimpi, Ia hendak di makan ular.

"Pasti Bunda mimpi buruk,"

"Tadi Ayah dililit ular hitam yang besar, awalnya ular itu mengejarku, kemudian Ayah datang menolong dan Ayah yang di mangsanya"

"Hahaha...mimpimu kok seperti di sinetron" Alfin terkekeh.

"Tapi Aku benar-benar ketakutan, itu seperti nyata, lihat keringatku sampai seperti ini, "

"Tadi, yang mau tidur, mungkin Bunda lupa baca doa"

"Iya sih, Bunda lupa, habis nya tadi kecapean yang menunaikan kewajiban sama Ayah " guman Nur dengan mimik wajah sedikit malu.

"Apa mau nambah lagi ?"goda Alfin, sambil merangkul isyrinya.

"Tidak usah dulu, Bunda capek habis dikejar-kejar ular, Memang nya sekarang jam berapa ?"

"Masih jam 3, "Alfin mengusap lembut pipi sang istri.

"Aku mau sholat malam saja, biar lebih tenang,"Nur menolak saat Suaminya hendak mencium bibirnya, Ia pun beranjak dari ranjang nya.

"Jangan lupa !"Alfin memperingatkan

"Lupa apa?"Nur menoleh penasaran.

"Jangan lupa mandi besar nya !"ucap Alfin dengan lirikan genit.

"Aku tidak lupa kok ! Aku tidak seperti Alfin Ibrahim alias Baim yang sering kelupaan untuk mandi besar, sudah sering malah, bahkan baru ingat setelah sholatnya selesai." Nur menekankan kalimat itu.

"Hehe...kan lupa, !!"Alfin merasa malu, tapi merasa bahagia dengan keharmonisan nya dengan istrinya.

Pagi menjelang, Aisyah yang masih menginap di Rumah mertuanya, sedang sibuk di dapur bersama Nur untuk menyiapkan makanan, kedua menantu itupun sangat asyik memasak sambil ngobrol.

"Eh mbak Nur, Alfin itu kata Ibu dulu manja, tapi sejak menikah, bisa berubah menjadi mandiri, kok bisa sih mbak, memang apa rahasia nya?" Tanya Aisyah.

"Aku sih gak tahu juga kalau Mas Baim alias Mas Alfin itu anak manja, Karna pertamakali bertemu dengannya di malam hari yang waktu itu Dia kecelakaan dan tak sadarkan diri, tak tahu nya besok pagi nya Dia sudah jadi suamiku"

"Hahhhh !!!Beneran begitu ? Kok bisa ?!"Aisyah terperangah.

"Dia tuh nyebelin banget, baru sadar dari pingsannya Dia bilang Aku tuh pacar nya, jadi dikiranya kami adalah pasangan mesum, makanya Kami di nikahin saat itu juga, bagaimana Akj tidak sebel" guman Nur dengan nada sebel.

"Berarti mbak awalnya gak cinta dong sama Alfin?"

"Gak lah, baru kenal langsung nikah ,kan Aneh aja, bahkan Aku kira Dia itu begal yang buron, dulu dia ngaku namanya baim, ya sebenar nya Dia juga benar sih, gak bohong masalah nama, karna namanya Alfin ibrahim, panggilannya Baim."

"Iya juga sih mbak, jika kita tidak kenal, tahu-tahu langsung jadi suami, memang aneh aja"

"Sebenarnya bukan hanya itu, juga masalah usia yang membuatku semakin merasa canggung,"

"Memang nya berapa usia mbak?"

"Waktu ketemu Mas Alfin sih 36, Sekarang ya 39 tahun"

"What ??!!! Beneran mbak !" Aisyah semakin terperangah .

"tapi, wajah mbak kok kayak seumuran Aku, 28 tahun gitu, apa Aku yang kelihatan tua atau mbak yang memang terlihat muda, Baby face gitu, tapi mbak memang cantik sih, pantes sih Alfin langsung jatuh cinta pada pandangan pertama, dan bucin sama mbak sampe berubah dari anak manja jadi mandiri"

"Mungkin karna biasa melihat Aku hidup mandiri, makanya Mas Alfin malu jika dia tidak mandiri"

"Anak mantu Ibu lagi ngomongin apa nih ?"obrolan mereka terdengar seru oleh mertua mereka.

"Eh, Ibu, ini lagi bahas Alfin sama mbak Nur"

"Ibu boleh ikutan dong !"mereka pun melanjutkan obrolah mereka sambil masak dalam kehangatan dan keharmonisan antara menantu dan mertua.

Di ruang tamu, Pak Bambang sedang bercengkrama dengan cucunya, Zahira dan Radit, Arman dan Alfin duduk-duduk di teras.

"Kata Ibu, kamu dulu sama Nadia pacaran, kenapa kamu gak bilang sama kakak, malah memilih kabur dari Rumah?"ucap Arman.

"Sebenarnya bukan hanya itu, tapi juga karna omongan Ayah yang menjadi cambuk bagiku, sehingga Akhirnya Aku justru bersyukur tidak berjodoh dengan Nadia, karna Aku bisa bertemu dengan wanita yang tepat dan bisa sukses seperti sekarang ini, kalau Aku gak kabur, mungkin Aku selamanya akan tetap menjadi anak manja,"

"Semua pasti sudah di gariskan oleh Allah, kamu kabur jauh-jauh ke Surabaya dan bertemu jodoh kamu disana, sedangkan Aku, hanya berjodoh seumur jagung dengan Nadia dan akhirnya bertemu dengan wanita tepat "

"Bagaimana dengan Rangga, apakah kakak Rutin menemuinya ? Seminggu sekali misalnya"

"Kadang seminggu sekali, atau bahkan dua minggu sekali, karna Aku malas ketemu Nadia, Dia sering berulah, Dia menyebarkan di Sosmed seolah-olah Aku selingkuh dan menyebut Aisyah sebagai pelakor, jadi Saya malas ketemu Dia"

"Bagaimana jika kita jemput Rangga sekarang, biar Dia bisa bersama sepupu dan adiknya" usul Alfin.

"Baiklah, Ayo !"Arman senang dengan usul Alfin.

Tiba di Rumah Nadia, Arman memilih tetap di mobil, sementara Alfin yang masuk ke Rumah Nadia.

"Assalamualaikum "ucap Alfin, dan ternyata orang di dalam segera menyahut.

"Waalaikumsalam, Alfin, Aku tahu kamu pasti kesini , pasti kamu kangen sama Aku kan" Nadia langsung memeluk Alfin dengan erat, sehingga Alfin kesulitan melepaskan diri.

"Nadia, lepaskan ! Apa yang kau lakukan " dengan kasar akhirnya Alfin bisa melepaskan tangan Nadia dari pinggang nya.

"Kamu jangan berbohong, Aku tahu kamu masih mencintaiku , buktinya saat Aku menikah dengan Arman, kamu memilih kabur dari rumah!"Nadia merasa percaya diri.

"Jangan ge-er kamu, Aku kesini untuk Rangga, mana Dia Aku akan membawa nya sebentar !"Alfin mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Rangga.

"Rangga ? Tidak boleh, Aku tidak mau Dia bersama Ibu tirinya !"

"Bagaimanapun juga Dia Anak Mas Arman dan Dia juga berhak berkumpul dengan Ayah dan saudara-saudaranya , kamu tidak berhak melarang nya"

"Terserah Aku dong, Aku Mama nya, !"

"Ya tidak boleh begitu dong, Mas Arman juga berhak atas Rangga,!"?

"Kenapa ini, siapa yang datang Nad ?"Mamanya Nadia muncul bersama Rangga.

"Rangga, Sini ! kenalin, om adalah adik dari Papa kamu, nama Om, om Alfin, sekarang ikut om yuk, main sama Papa ?"

"Papa, Rangga pingin main sama papa"

"Tidak boleh ! kamu tidak boleh membawa Rangga, Aku bilang tidak boleh ya tidak boleh" Nadia bersikeras.

"Rangga juga punya hak untuk ikut Aku"

"Baiklah, tapi dengan satu syarat, "Nadia melunak

"Apa syaratnya?"

"Besok malam kamu harus mau nge Dinner sama Aku "

"Baiklah, Aku juga akan mengajak istri dan anakku"ucap Alfin.

"Hanya berdua, Aku dan kamu, kalau kamu tidak mau ya sudah jangan bawa Rangga" ucap Nadia sambil meraih tangan Rannga yang sudah berada disisi Alfin

"Bakk baik, Aku mau ," Alfin terpaksa menuruti

"Janji !"

"Janji"

"Sekalian Rangga menginap di Rumah.!"

"Oke, Aku tunggu janjimu !".

Alfin pun segera meninggalkan Rumah Nadia dengan membawa Rangga.

"Hai Rangga , Anak Papa sudah besar sekarang ya !"

"Papa kemana aja, Rangga kangen, bosen setiap hari sana omah terus," ucap Rangga polos.

"Memang nya Mama kemana"

"Mama pergi terus"

"Ya sudah sekarang ikut Papa, kita akan main sama adik Radit, juga Zahira "

"Hore !! Rangga punya teman !"