Tiba-tiba beralih ke tubuh seorang gadis tentu saja membuat Almira kaget. Yang Almira ingat adalah saat dirinya berperang dengan musuh Kakaknya dan dirinya tertembak beberapa kali, tentu saja tak mungkin hidup Almira pasti sudah mati.
Tapi kenyataannya Almira masih hidup, tapi bukan dalam tubuhnya. Wajahnya pun sangat berbeda ini sangat muda sedangkan Almira sudah 28 tahun.
Siapakah sebenarnya pemilik tubuh ini ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ririn dewi88, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ditemukan juga.
Laura menikmati makanannya yang tadi di pesan, tadi sarapan dirumah sama sekali tak enak apalagi Ayahnya yang mulai marah-marah lagi. Tapi sekarang Anya yang jadi sasarannya.
Laura mengambil mangkuk kedua dan memakannya kembali dengan lahap. Tiba-tiba saja kepalanya basah. Laura mendongakkan kepalanya ternyata ada seorang laki-laki yang tersenyum sinis sedang menyiramnya dengan sebuah jus.
Laura tentu saja langsung bangkit dan menepis tangan laki-laki itu. Gelas pun pecah berserakan. Kantin yang tadinya ramai menjadi sunyi semua pandangan tertuju pada Laura.
"Sekarang sudah jadi anak berani ya, Laura s anak cupu, cengeng, mudah ditindas sekarang berani menepis tanganku masih ingat aku " sambil menunjuk wajahnya sendiri.
"Kenapa aku harus mengingatmu bajingan " teriak Laura tak mau kalah.
Laki-laki itu sudah sangat marah dengan Laura. Dia melangkah pergi untuk mengambil sesuatu, tapi kalah cepat dengan Laura yang melemparkan mangkuk makanannya ke punggung laki-laki itu. Prang suara pecahan kembali terdengar.
Laura melangkah lebih dekat, mengambil sisa minumannya dan menyiramkannya ke wajah laki-laki itu saat dia berbalik dan akan membalas apa yang Laura lakukan.
"Sekarang apakah ingat denganku perempuan cupu" kembali laki-laki itu bertanya pada Laura sambil menunjuknya.
"Ya aku tahu siapa dirimu, laki-laki tak tahu diri bernama Daniel yang hanya bisa merundung kaum lemah. Kamu pacar Denisa si pelacur "
"Pacarku bukan pelacur dirimu yang pelacur " Daniel ingin menghadiahi Laura pukulan yang tak terlupakan, tapi tangannya sudah ditahan.
"Jangan pernah kamu berani memukul pacarku"
Daniel malah tertawa mendengar itu "Pacar ? Sejak kapan Rayan kamu pacaran dengan perempuan menyedihkan ini"
Rayan melepaskan cekalannya dan mengapit tangan Laura "Laura bukan perempuan nakal seperti apa yang kamu ucapkan, jadi jaga ucapanmu"
"Hemm, mulai membela sudah diberi apa kamu olehnya. Apakah kalian sudah tidur seranjang, apakah kamu Rayan sudah di beri kenikmatan "
Laura yang tak terima langsung meninju Daniel tepat di rahang nya. Daniel diam sejenak meludah kesamping lalu membalas pukulan Laura, pukulan itu tak ada yang kena ternyata Laura bisa menghindar.
Laura yang tak mau membuat keributan makin panjang mengayunkan kakinya dan tepat menghantam selangkangan Daniel. Tentu saja Daniel langsung tumbang sambil memegang selangkangannya.
"Sialan kamu Laura, awas akan aku balas " teriak Daniel masih dengan kesakitan.
Laura hanya acuh saja membayar makanannya dan juga mengganti barang yang pecah tadi. Tak mungkin Laura pergi begitu saja kan.
"Jangan ganggu Denisa lagi ingat itu, lihat saja kalau masih menganggu Denisa aku akan memberi pelajaran yang lebih dari ini " kembali Daniel berteriak meskipun dia masih kesakitan sambil duduk dilantai.
Beni yang baru datang segera membantu Daniel " Sudahlah ayo pulang, kamu juga malah membuat malu kalah oleh seorang perempuan "
"Diam lo ah, bukannya bantu lawan malah cuman lihatin saja "
"Dia seorang perempuan seharusnya bisa kan di hadapi sendirian. Tapi menarik juga Laura yang sekarang berani dan tak takut siapa-siapa"
"Jangan bilang lo tertarik Beni"
"Kalau iya kenapa " pandangan Beni masih tertuju pada Laura yang mulai menghilang dari pandangannya.
"Sialan, hanya akan membuat dirimu malu"
Beni tak peduli tersenyum kecil dan duduk ditempat Laura tadi. Masih hangat dan wanginya masih ada. Sebuah tantangan baru untuk Beni menaklukan wanita itu.
...----------------...
Laura yang baru saja selesai menganti pakaiannya binggung dengan teman-temannya yang berlari kearah belakang, sepertinya kearah gudang. Dengan penasaran Laura mengikuti teman-temannya.
Ada suara tangisan, ada yang menutup hidung juga. Mulai mendekat Laura juga mencium bau busuk yang begitu menyengat. Laura yang penasaran menerobos dan sekarang paling depan.
Ingin tersenyum tapi ditahan jangan sampai ada yang tahu. Ternyata Vania sudah ditemukan dan Lala sekarang sedang memeluknya dengan tangisannya yang memilukan. Sungguh menjijikan memeluk mayat Vania yang sudah berantakan seperti itu. Bahkan sudah ada belatungnya juga.
"Lala tolong bangkit dulu, kita tak boleh mendahului polisi bagaimana kalau ini pembunuhan kamu memeluk nya begitu erat. Bisa saja nanti sidik jarimu yang ada di sana dan kamu nanti malah yang akan tertuduh ayo bangun nak " ucap seorang guru.
"Apakah kamu yakin itu Vania " tanya salah satu guru pada Lala yang masih tak percaya, kalau ini salah satu murid teladan di sekolahnya yang menjadi korban.
"Iya benar Bu, kalung itu adalah tanda dia Vania belum lagi ada nama Vania juga di pakaiannya"
Polisi sudah tiba dan membubarkan semua orang yang berkerumun disini. Datang juga orang tua Vania, orang yang pertama di datangi adalah Lala.
"Tante, om "
Plak "Dasar ga becus kenapa anakku bisa seperti ini. Sudah aku bilang kan jaga anakku dengan baik kenapa malah anakku kehilangan nyawa seperti ini Lala. Kamu harus tanggung jawab" teriak Ibunya Vania malah menyalahkan Lala.
"Lala udah cari Vania Tante, tapi ga ketemu-ketemu"
"Kamu saja yang bodoh tak bisa menjaga anakku dengan baik. Lihat saja orang tuamu akan aku pecat"
Lala menggelengkan kepalanya memohon agar tak membawa-bawa orang tuannya. Tapi kedua orang tua Vania tak peduli langsung saja melihat keadaan anaknya yang begitu mengenaskan.
Teriakan histeris dari Ibunya terdengar, lalu suara itu menghilang ternyata Ibunya Vania pingsan. Laura yang tak mau nanti semua ini mengarah padanya langsung saja pergi. Tak ingin terlalu lama juga disini, tak penting juga kan.
"Apakah disekolah kita ada seorang pembunuh sangat menakutkan sekali, aku takut menjadi korban berikutnya" ucap salah satu murid.
"Benar sekolah ini sudah tak aman sangat menakutkan sekali, aku rasanya ingin pindah sekolah saja. Lihatlah Vania orang baik saja bisa jadi korban "
Laura hanya bisa tersenyum kecil saja mendengar setiap celotehan dari teman-temannya itu, sangat lucu sekali mereka ini.
"Laura ikut aku" Andi menarik tangan Laura ketempat sepi.
"kenapa " tanya Laura yang binggung tiba-tiba saja Andi menemuinya.
"Apakah kamu terlihat dalam penghilangan nyawa Vania"
Laura mengerutkan keningnya "Kenapa tiba-tiba menuduh. Apakah ada bukti akurat yang kamu punya"
"Tidak, hanya saja aku takut kamu yang tertuduh karena selama ini kamu selalu bertengkar dengan Vania. Aku takut nanti ada yang menyangkut pautkan denganmu Laura"
"Tenang saja aku tak terlibat sama sekali, mana mungkin aku setega itu kan" Laura tersenyum dan menepuk bahu Andi untuk menenangkannya.
Tapi Andi rasanya ragu. Laura yang dulu pernah dia kenal memang sangat berbeda dengan yang sekarang. Entah kenapa firasatnya mengatakan kalau ini bukanlah Laura dan semua apa yang terjadi ada sangkut pautnya dengan Laura yang sekarang. Andi harus tahu sebenarnya siapa orang yang tinggal bersama keluarnya ini dan dimana Laura yang asli.
Semoga aja cerita ini g seperti itu yg beda dong thor yg jahat y dihempaskan
Semangat terus dlm berkarya semoga makin maju