"Kalo sudah malam, jangan keluar rumah ya ndok. Nanti di bawa kuntilanak!"
~~
"Masalah nya bukan di kamu, tapi di dia."
~~
"JADI SELAMA INI EYANG!??"
Dara, adalah seorang gadis yang baru saja lulus sekolah SMA, dia tidak langsung melanjutkan studi karena orang tua nya terkendala biaya. Dara lalu di titipkan pada Eyang nya yang Dara sendiri tidak pernah tau kalau dia punya eyang, dia di kirim ke kampung yang entah itu dimana.
Dan di sanalah Dara mengalami semua kejadian yang tidak pernah dia alami sepanjang hidup nya, dia juga mengetahui rahasia tersembunyi tentang keluarga nya yang tidak pernah dia sangka..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratna Jumillah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPS. 18. Pak Kyai
Dara sudah selesai menumpang mandi, dan jam saat itu sudah menunjukan pukul 10 malam. Dara masih kepikiran dengan jasad mang Nuri, dia ingin segera pulang. Karena tidak ada pakaian perempuan, Dara di pinjamkan satu set pakaian milik Amar yaitu celana panjang dan hoodie.
Dara pun keluar menuju ke ruang tamu, dimana saat ini Amar dan nenek nya duduk. Dara juga masih terpikirkan dengan ucapan nenek Amar sebelumnya.. Siapa yang nenek Amar lihat pikir Dara.
"Nduk, kamu tinggal di mana?" Tanya nenek nya Amar.
"Aku tinggal di rumah eyangku, nek. Rumah nya masih naik lagi ke atas.." Ujar Dara.
"Tapi kamu bukan dari sini, ya?" Tanya nenek Amar.
"Bukan, nek. Aku dari Jakarta sebener nya, tapi pulang ke sini buat nemenin eyang." Ujar Dara, berbohong..
Dara terus memperhatikan mata nenek Amar yang melirik ke samping dirinya, seolah di sebelah Dara memang ada seseorang. Nenek Amar lalu memberikan sebotol air mineral pada Dara, Dara bingung.. Alih - alih menggunakan gelas, nenek Amar memberinya minum dengan air mineral kemasan.
"Makasih nek." Ujar Dara meskipun ragu untuk meminum nya.
"Itu bukan untuk di minum, nduk." Ujar nenek Amar, yang melihat Dara hendak meminum nya.
"Eh, terus buat apa nek?" Tanya Dara.
"Siramkan ke tempat kamu mengalami kecelakaan tadi, supaya arwah orang yang bersamamu pergi dengan tenang." Ujar nenek Amar.
"Pakde! Pakde di sini, nek?!" Tanya Dara terkejut, dia menoleh kesana kemari.
"Ada banyak yang ikut kamu kemari, salah satu nya yang baru saja kecelakaan sama kamu." Ujar nenek Amar, baik Dara dan Amar.. mereka sama - sama kaget.
Amar kaget bukan apa, karena dia tidak melihat siapapun.. padahal sejujur nya dia lumayan sensitif dengan hal ghoib. Sementara Dara, dia kaget karena mendengar nenek Amar bilang ada banyak yang ikut dengan nya, banyak?? Siapa saja yang ikut..
Dayn yang membuat Dara sedih adalah mang Nuri kini menjadi sosok yang gentayangan padahal saat berangkat beliau masih sehat walafiat.
'Pakde, tolong maafin Dara.' Barin Dara.
"Hal baik tidak boleh di tunda, Amar.. anterin cah ayu ini ke rumah pakde mu." Ujar nenek Amar.
"Udah malem ndak apa - apa, ti?" Tanya Amar.
"Ndak apa - apa, pakdemu pasti tahu harus melakukan apa." Ujar nenek Amar.
Akhir nya Amar mengangguk dan menatap Dara..
"Yuk, abang antar kamu ke rumah Kyai." Ujar Amar dan Dara mengangguk.
"Iya bang." Sahut Dara.
Mereka pamitan dengan nenek nya Amar dan akhir nya pergi jalan kaki karena rumah nya tidak begitu jauh dari rumah nenek Amar, sekitar jeda enam rumah terlihatlah rumah yang bangunan nya sama sama bangunan rumah jaman dulu.
Amar dan Dara naik ke teras dan mengetuk pintu rumah itu sambil mengucap salam..
"Tok! Tok! Tok!"
"Assalamualaikum.."
Dara menoleh kesana kemari, entah kenapa dia merasa ada yang sedang menatap nya. Beberapa kali bahkan Dara merasa ada angin dingin yang meniup tengkuk nya. Amar yang melihat Dara gelisah pun menepuk pundak Dara.
"Kenapa?" Tanya Amar.
"Nggak bang, cuma merinding." Sahut Dara.
Amar lalu menoleh kesana kemari juga, dan di mata Amar.. kini baru terkihat bahwa memang banyak yang ikut dengan Dara, salah satunya tante nya.. Melisa.
'Tolong jaga dia..'
Amar mendengar suara perempuan tepat di telinga nya, entah suara siapa tapi meminta agar Amar menjaga seseorang, tapi siapa?? Amar lalu kembali menatap Dara yang masih mengusap - usap tengkuk nya..
'Apa mungkin dia?' Batin Amar, ia lalu kembali mengetuk pintu..
"Tok! Tok! Tok!"
"Assalamualaikum, pakde."
"Waalaikumsalam." Sahut suara seorang pria dari dalam.
Pintu pun di buka, dan terlihatlah seorang pria yang sudah tua dengan rambut putih nya, ia juga menggunakan pici putih dan koko putih serta sarung, khas nya.
"Amar??" Ucap nya, lalu menatap Dara.
"Pakde, aku nganter orang yang nyari pakde." Ujar Amar.
"Nduk, kamu banyak yang ikut." Ujar pak Kyai pada Dara secara tiba - tiba.
"Ayo masuk." Ujar pak Kyai tanpa basa - basi lagi.
Dara dan Amar masuk kerumah pak Kyai, Dara baru saja duduk dan pak Kyai langsung membuka satu botol air yang masih segel di depan Dara dan membacakan doa lalu memberikan nya pada Dara.
"Minum nak, supaya yang ikut sama kamu pergi." Ujar pak Kyai.
Dara pun dengan patuh mengambil botol air itu dan meneguk nya meski dia keheranan dan kebingungan. Hanya saja setelah meminum air itu, Dara merasa tubuh nya lumayan ringan.
"Ada banyak sosok makhluk ghoib yang ikut sama kamu, mereka seolah memperebutkan kamu nduk." Ujar pak Kyai.
"Kalo saja kamu ndak di jaga, kamu sudah lewat.." Ujar pak Kyai.
"Apa yang ikut saya Kyai?" Tanya Dara.
"Banyak, dan salah satunya membawa rantai." Ujar pak Kyai.
"Rantai.." Gumam Dara..
Dara teringat dengan cerita bi Endang tentang tante nya yang juga melihat sosok yang seperti itu dulu saat tante nya masih hidup.
"Pak Kyai, saya dateng kesini mau minta tolong." Ujar Dara.
"Saya tau nak, ayo kita ke rumah eyangmu sekarang juga." Ujar Kyai, Dara terkejut mendengar nya.
"Amar, ikut pakde." Ujar pak Kyai.
"Iya pakde." Sahut Amar.
"Dek, ayok." Ujar Amar dan Dara menganguk lalu langsung berdiri.
Dara sedikit terkejut Kyai itu sudah tau tujuan nya datang padahal dia bahkan belum mengutarakan apapun tentang apa yang akan dia mintai tolong, mereka kembali ke rumah Amar dan di sana nenek nya Amar sudah duduk di depan rumah.
"Amar tak bawa ya, bu." Ujar Kyai.
"Iyo, ati - ati.." Sahut nenek Amar..
Dara salim pada nenek Amar, dan saat itu juga nenek Amar tersenyum dan memeluk Dara.
"Makasih nek.." Ujar Dara dan nenek Amar mengangguk.
"Iya nduk." Sahut nenek Amar,
Mereka pun akhir nya masuk kedalam mobil, Amar yang mengemudi, Kyai duduk di sebelah Amar dan dan Dara duduk di belakang. Dara masih terus menggenggam botol air yang di berikan oleh nenek nya Amar, mereka pun akhir nya pergi dari sana..
SEMENTARA ITU DI TEMPAT LAIN..
Di rumah eyang nya Dara, bi Lastri dan bi Endang sedang harap - harap cemas menunggu kepulangan Dara dan mang Nuri, pasal nya mereka belum juga kembali padahal sudah larut malam.
"Semoga mereka berhasil bawa kyai nya, Tri." Ujar bi Endang
"Iyo." Sahut bi Lastri.
Mereka duduk du ruang tamu menunggu Dara, dan entah mengapa malam itu rasanya sangat mencekam. Bi Endang dan bi Lastri merasakan hawa yang berbeda, bahkan angin di luar rumah terdengar kencang jika di dengar dari gesekan pepohonan bambu yang tak jauh dari sana.
"BRAK!!"
"AAH!!" Teriak bi Endang dan bi Lastri bersamaan ketika tiba - tiba pintu terbuka sendiri.
"Kok kebuka.." Gumam bi Lastri dan dia segera menghampiri pintu untuk menutup nya.
"Aku tak rebus air dulu barang kali non Dara mau mandi air hangat." Ujar Endang dan pergi ke dapur.
Saat bi Lastri berdiri di daun pintu, dia dari sana melihat seseorang tengah berdiri di dekat gerbang masuk. Karena di sana hanya ada lampu gerbang yang tidak terlalu terang jadi bi Lastri memfokuskan pandangan nya.
"Lho, mang sampean ngapain di situ." Ujar bi Lastri.
Yang bi Lastri lihat itu adalah mang Nuri yang sedang berdiri di depan gerbang, dan tiba - tiba saja hujan deras turun.. Bi Lastri makin tidak bisa melihat mang Nuri karena hujan yang begitu deras nya..
"Mang, non Dara mana!?" Teriak bi Lastri.
BERSAMBUNG..
ato ga bisa pindah rumah karena ada sesuatu yg mengikat di rumah itu?