Setelah malam naas penjebakan yang dilakukan oleh Adik tirinya, Kinanti dinyatakan hamil. Namun dirinya tak mengetahui siapa ayah dari bayi yang dikandungnya.
Kinanti di usir dari rumah, karena dianggap sebagai aib untuk keluarganya. Susah payah dia berusaha untuk mempertahankan anak tersebut. Hingga akhirnya anak itu lahir, tanpa seorang ayah.
Kinanti melahirkan anak kembar, berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. Kehadiran anak tersebut mampu mengubah hidupnya. Kedua anaknya tumbuh menjadi anak yang genius, melebihi kecerdasan anak usianya.
Mampukah takdir mempertemukan dirinya dengan laki-laki yang menghamilinya? Akankah kedua anak geniusnya mampu menyatukan kedua orang tuanya? Ikuti kisahnya dalam karya "Anak Genius : Benih Yang Kau Tinggalkan."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SyaSyi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Satria dan Bunga
"Bun, ayo kita berangkat! Nanti kita terlambat," ajak Bunga kepada sang Bunda.
Hari ini Bunga akan mengikuti kompetisi melukis kategori usia 5 sampai dengan 7 tahun. Dia terlihat sangat antusias. Bunga memiliki bakat melukis sejak dirinya berusia tiga tahun, semakin hari kemampuan dirinya dalam melukis semakin meningkat. Dia juga tampak percaya diri untuk mengikuti berbagai macam kompetisi melukis.
Saat ini kembar sudah berusia 5 tahun, mereka tumbuh menjadi anak yang genius. Meskipun kehidupan Kinanti pas-pasan, dia selalu memprioritaskan pendidikan kedua buah hatinya. Kinanti juga memfasilitasi kembar untuk tumbuh menjadi anak yang berkembang.
Bunga memiliki bakat menari dan melukis, sedangkan Satria memiliki kemampuan otak yang genius. Disaat anak-anak seusianya masih senang bermain, Satria justru memanfaatkan waktunya untuk kegiatan yang bermanfaat. Satria memiliki bakat di bidang teknologi.
Saat ini dia sedang mengikuti kompetisi pembuatan program game online. Dia juga mampu meretas data, menjadi seorang hacker. Bukan itu saja, kemampuan teknologi yang dimiliki Satria sungguh luar biasa. Satria juga mampu membuat program-program yang memudahkan untuk sebuah pekerjaan.
Kinanti tak pernah tahu, kalau kedua anaknya mampu mengangkat derajatnya. Kehidupan perekonomian mereka semakin membaik. Setiap penghasilan yang kembar dapatkan, mereka selalu berikan kepada sang Bunda. Namun, tak pernah sekalipun dia gunakan untuk kepentingan pribadinya. Uang tersebut dia tabung untuk pendidikan kembar. Dia berharap bisa menyekolahkan kembar hingga sampai duduk di bangku kuliah.
"Siapapun kamu, kamu pasti akan menyesal. Jika suatu hari nanti kamu melihat anak yang selama ini kau tak pernah harapkan kehadirannya, saat ini tumbuh menjadi anak-anak yang luar biasa."
Sakitnya masih terasa, dan dadanya terasa sesak kala mengingat kejadian malam kelamnya dulu. Dimana laki-laki itu dengan seenaknya merenggut kehormatannya, dan meninggalkan dirinya begitu saja.
"Semoga aku bisa menang ya Bun, aku ingin selalu menjadi anak yang membanggakan. Meskipun aku tak memiliki seorang ayah. Aku akan buktikan, kalau aku bisa bersaing dengan mereka," ungkap Bunga. Tatapannya kearah peserta lainnya, yang datang dengan didampingi kedua orang tuanya yang lengkap.
Jika seperti ini, Kinanti tak bisa berkata-kata lagi. Karena dia pun tak pernah tahu siapa ayah dari kedua anaknya. Dia masih terus berharap, suatu saat nanti Tuhan akan mempertemukan kedua anaknya dengan ayah kandungnya. Meskipun dirinya tak pernah tahu, kapan hal itu terjadi.
Inilah waktu yang dinanti, pihak juri telah melakukan penilaian dan mereka sudah menentukan siapa yang akan menjadi pemenang dalam kompetisi melukis kali ini. Hasil karya Bunga begitu memukau, dan menarik perhatian para juri. Lukisan yang dibuat Bunga, layaknya seperti asli.
"Baiklah untuk mempersingkat waktu, kami selaku panitia akan segera mengumumkan juara kompetisi melukis kali ini. Pemenangnya, jatuh kepada peserta termuda kita yaitu Bunga. Untuk Bunga, diharapkan segera naik ke Podium," ujar sang pembawa acara.
Rezeki datang tak di sangka-sangka, Bunga menjadi juara. Sungguh suatu kebanggaan bagi Kinanti, memiliki anak yang luar biasa. Dengan percaya diri Bunga naik ke podium.
"Halo adik cantik. Selamat ya, kamu menjadi pemenang utama dalam kompetisi melukis kali ini. Kamu senang tidak menjadi seorang juara? Hadiahnya sangat banyak loh. Om mau tanya boleh tidak? Uangnya, kira-kira untuk apa? Oh ya, kamu kesini sama siapa?" tanya sang pembawa acara.
"Tentu saja aku senang Om, Aku bisa membahagiakan Bunda, dengan prestasi yang membanggakan. Sungguh aku masih merasa tak percaya. Aku kesini datang sama Bunda dan Kakak aku, karena aku tak punya Ayah. Selama ini, Aku hanya memiliki Bunda di hidup aku. Alhamdulillah Om, uangnya sangat bermanfaat untuk biaya sekolah aku nanti," ungkap Bunga membuat semua orang yang hadir di sana merasa terharu, memberikan tepukan yang meriah, dan mereka sangat bangga dengan ucapan Bunga.
"Om salut banget mendengarnya. Di usia kamu yang masih kanak-kanak, kamu sudah memiliki pikiran yang dewasa. Om ingin dong bicara banyak sama Bunda kamu. Boleh ya? Kami minta waktunya ya, Bun. Mari kita panggilkan Bunda dari Bunga. Dimohon kesediaannya untuk naik ke podium," ucap sang pembawa acara.
Kinanti berjalan dengan menampilkan wajah yang bahagia. Semua orang yang berada di sana memuji kecantikan Kinanti. Meskipun Kinanti hadir menggunakan pakaian yang sederhana, dan tanpa riasan makeup. Kecantikannya alami.
"Assalamualaikum," sapa sang pembawa acara. Saat Kinanti datang dan naik ke podium.
"Waalaikumsalam," sahut Kinanti dengan ramah dan senyuman terbit di wajah cantiknya.
"Pantas yo Bunga cantik, wong Bundanya ayu tenan," puji sang pembawa acara.
"Bagaimana kabarnya, Bun? Bun, boleh ya kami sedikit mewawancarai Bunda. Selaku dari orang tua Bunga," ucap sang pembawa acara dan Kinanti tampak menganggukkan kepalanya. Dengan wajah yang sumringah.
Pembawa acara mulai mengajukan pertanyaan kepada Kinanti. Banyak mata yang merasa kagum kepada Kinanti selaku Ibu dari sang anak. Acara ini diliput oleh stasiun TV. Bukan hanya mereka saja yang hadir di sana yang memuji Kinanti, tetapi seluruh Indonesia yang melihat wawancara Kinanti.
"Kalau anak itu cucu kita, kita pasti bangga banget punya cucu berbakat seperti itu. Sudah cantik, pintar lagi. Ibunya juga cantik, meskipun pakaiannya sederhana dan tidak memakai riasan di wajahnya. Pintar banget Bundanya mendidiknya. Anak seusia itu, sudah pintar bicara di depan umum. Lukisannya juga bagus banget. Mungkin punya bakat dari turunan orang tuanya kali ya?" ucap Mama Camelia kepada sang suami.
Keduanya tampak serius mendengarkan percakapan Kinanti dengan sang pembawa acara. Kedua orang tua Gio berharap, sang anak bisa segera menikah dan memberikan cucu. Mama Camelia begitu terhanyut mendengar pernyataan Kinanti. Bahwa Bunga sudah ditinggal ayahnya, sejak masih dalam kandungan.
Kinanti menjelaskan kalau dirinyalah yang seorang diri berjuang keras untuk membesarkan kedua buah hatinya. Air mata Mama Camelia, tanpa sadar menetes.
"Ya Allah kasihan sekali nasib anak itu, tega sekali ayahnya. Pasti dia akan menyesal, kalau melihat anak yang dia tinggalkan dulu menjadi anak yang membanggakan. Semoga anak itu segera bertemu ayahnya, dan mereka berkumpul kembali. Salut banget Mama sama Ibunya. Wanita yang tegar," tanpa sadar dia memuji Kinanti, wanita yang dihamili anaknya.
Sayangnya dia tak melihat Satria, karena Satria memiliki wajah yang mirip saat Gio kecil. Satria juga memiliki sifat yang mirip dengan sang ayah.
Berbeda halnya dengan Kinanti yang sedang berbahagia, Gio justru sedang stres berat. Pasalnya, data yang dimiliki perusahaannya di curi oleh pihak yang menjadi rivalnya. Mereka berniat menghancurkan perusahaan Gio.
"Yang benar saja, saya ini sedang tidak bercanda. Masa iya, kau menyuruh saya untuk memakai jasa anak kecil untuk menyelesaikan permasalahan perusahaan ini," ucap Gio ketus.
"Maaf Tuan, ini hanya sekadar saran saya. Anak ini memang masih berusia 5 tahun. Namun, dia memiliki kemampuan yang melebihi anak seusianya. Semacam anak genius," ungkap Erland.
"Anak genius?" ucap Gio. Rasanya dia masih tak percaya.