Sheila yang dibesarkan dari orang tua yang tak pernah menyayanginya dan selalu dianggap sebagai pembantu di rumah sendiri, dia tak pernah menyangka bahwa dia akan menikah dengan seorang pengusaha terkenal dan ternama juga seorang mafia yang sangat kejam.
Menikah dengan orang asing apa lagi dengan seseorang yang belum ia kenal sama sekali karena dia harus menggantikan kakaknya yang kabur di pernikahannya karena harus membayar hutang.
Brian seorang pengusaha terkenal di New York dan memiliki banyak bisnis di berbagai negara namun tidak banyak orang yang tahu bahwa dia juga seorang mafia kejam yang tak segan-segan untuk melenyapkan orang yang mengganggunya. Sedangkan Sheila wanita periang dan juga lemah lembut harus dipasangkan dengan mafia kejam yang bisa saja menyakitinya.
Bagaimana kelanjutannya???
Kalau kepo langsung baca ceritanya ya......
🥕🥕🥕
FOLLOW INSTAGRAM @LALA_SYALALA13
FOLLOW TIKTOK @LALA_SYALALAA13
FOLLOW FACEBOOK @LALA SYALALA
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lala_syalala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 27_Perduli
Sedangkan di mansion keluarga Ardolph, isak tangis Sheila mulai reda namun membekas hingga membuat matanya menjadi bengkak dan hidungnya merah.
Sebenarnya Sheila tidak ingin terlihat lemah di depan Brian, namun entah mengapa rasa sakitnya yang sudah ia pendam dari dulu langsung luruh saat Brian di sana tadi.
TOK TOK TOK
Suara pintu di ketuk membuat Sheila menghapus sisa-sisa air matanya yang berada di wajah cantiknya.
"Sayang, mami boleh masuk?" ternyata yang mengetuk pintu adalah mami Salma.
"Iya, mi." balas Sheila dengan beranjak dari kasur dan akan membuka pintunya namun belum sampai depan mami Salma sudah masuk dengan membawa gelas susu hanya di tangannya.
"Sayang ini mami buatin susu, kamu minum ya." sahut mami Salma menaruh susu hangat tersebut di nakas kemudian mendekati Sheila yang duduk di tepi ranjang.
"Makasih, mi." ucap Sheila tulus kemudian megambil minuman tersebut dan menyesapnya sedikit.
"Kamu kenapa sayang?" ucap mami Salma saat melihat mata Sheila bengkak seperti habis menangis.
"Sheila gak papa kok mi, tadi cuma sedih aja lihat film." alasan Sheila padahal mami Salma sendiri tahu pasti Sheila memiliki masalah dengan Brian, namun ia menutupinya darinya dan berkata yang tidak benar.
"Sayang, mami tahu kamu pasti lagi berantem saja Brian bukan!" tebak mami Salma.
Sheila pun melihat ke arah mami Salma dengan tatapan sendunya, seketika mata Sheila pun sudah tak bisa membendung lagi air mata yang sudah bisa ia pastikan akan turun lagi.
Sheila pun memeluk erat mami Salma, dia merasakan pelukan seorang itu kepada anaknya, Sheila sangat iri sekali dengan anak anak lain yang memiliki orang tua harmonis dan bahagia sedangkan dia malah layaknya seorang babu di rumahnya sendiri, tidak ada yang memihak nya sama sekali di sana kecuali mbok Ijah.
"Ada apa sayang?" tanya mami Salma lagi saat Sheila masih berada di pelukannya.
"Mami, apa Brian marah dengan Sheila sampai harus pergi malem malem gini?" ucap Sheila dengan air mata yang tak bisa di bendung sama seperti saat Brian keluar kamar.
"Brian gak marah sama sekali sayang, dia hanya ada kerjaan yang sangat penting tadi, malah dia sangat khawatir saat harus meninggalkan kamu tadi, bahkan dia berpesan agar mami mendampingi kamu dan segera mengubungi Brian kalau kamu kenapa kenapa sayang!" ujar mami salam dengan menggenggam tangan Sheila yang sudah lepas dari pelukannya.
"Beneran, mi?" tanya Sheila tidak percaya Brian akan mengatakan hal seperti itu.
"Iya, sayang. Brian emang kelihatannya aja dingin, cuek gak ada ekspresi namun saat dia sayang sama orang itu dia akan perduli sayang!" sahut mami Salma mencoba menenangkan Sheila.
"Sayang?" tanyanya pelan.
"Apakah Brian sudah sayang sama aku?!" pikirnya dalam hati.
Sedangkan Sheila yang mendengarkan mami Salma berbicara pun bersemu semu pipinya merah karena ucapan mami Salma.
(Berarti Brian sayang sama aku?) gumamnya lagi Sheila dalam hatinya memikirkan ucapan dari maminya tadi yangs sangat ambigu baginya.
"Kalau gitu buruan di habiskan susunya, mami mau keluar dulu, kamu tidur yang nyenyak ya sayang!" ucap mami Salma.
Sheila pun menganggukkan kepalanya dan melihat mami Salma yang beranjak dari tepi ranjang untuk keluar kamarnya, setelah itu baru lah Sheila merebahkan tubuhnya dan tidur.
Sedangkan di markas Elang, setelah mengeksekusi tahanan yang berontak tadi Brian tidak langsung pulang karena ada uncle Steven yang kebetulan ada di sana.
"Brian!" panggil uncle Steven.
"Uncle," balasnya.
"Bagaimana soal penjahat itu?" tanya uncle.
"Dia sudah mati uncle, orang seperti dia pantas di perlakukan seperti itu!" ucapnya masih menahan amarah jika berbicara orang tidak berguna seperti itu.
Sedangkan uncle Steven hanya menganggukkan kepalanya paham dengan emosi brian.
"Terus untuk pernikahanmu bagaimana son? uncle belum bisa mampir ke rumah karena anak kesayangan uncle satu itu selalu saja rewel dan ingin mengajak kami ke London!" ucap uncle Steven.
"Hahah, begitu lah kalau punya anak cewek uncle." balas Brian sambil tertawa, karena unclenya ini selalu saja curhat tentang sang anak yang susah di atur.
"Jawab pertanyaan uncle dulu, bagaimana pernikahan kalian son?" tanya uncle Steven karena Biran tak juga memberikan jawabannya.
"Lancar uncle, terima kasih sudah memilihkan pasangan yang cocok untuk Brian, mami dan papi juga suka." jawaban Brian membuat uncle Steven bangga karena tidak salah memilih.
"Iya dong, uncle bakalan mencarikan pasangan yang cocok dong untuk mu son," bangga uncle Steven.
Brian hanya tersenyum simpu saat uncle berbicara seperti itu, karena memang benar ucapan uncle nya tersebut.
"Kau tidak pulang son, sekarang sudah malam nanti istri mu mencari mu, apa lagi kalian baru saja menikah pasti hawa hawa panas masih menyerang!" goda uncle Steven kepada Brian, sedangkan yang di goda hanya diam tak menjawab dengan muka datarnya.
"Kalau begitu Brian balik dulu uncle!" pamit Brian.
"Iya, son. hati-hati!" balas uncle Steven.
"Pasti!"
Setelah mengucapkan itu Brian segera melesat pergi dari markas dan menuju ke mansion besar keluarga Ardolph, dia sebenarnya dari tadi sangat khawatir dengan sang istri karena sang istri yang marah kepadanya, sehingga emosinya tadi terbawa sampai di markas dan membuat tahanan tadi yang terkena imbasnya.
Karena Brian yang menghujani beberapa peluru ke arah tahanan tadi setelah penyiksaan tadi selesai.
Sampai di mansion, segera Brian masuk ke dalam dan keadaan sudah sepi mungkin karena sudah malam.
Brian segera menuju ke lantai dua di mana kamarnya berada, saat masuk dia melihat sang istri sudah tertidur dengan meringkuk di kasur seperti mencari kehangatan, melihat hal itu Brian pun merasa tak tega.
Dia segera masuk ke kamar mandi dan membersihkan tubuhnya yang terkena noda darah, setalah bersih dia segera naik ke atas ranjang dan membaringkan tubuhnya di samping Sheila yang tertidur pulas.
"Cantik!" gumamnya pelan saat wajah mereka berdua saling berhadapan.
Dengan nekat Brian memajukan wajahnya dan menci*m singkat bibir tipis sang istri.
Bibir ini sudah menjadi candu untuknya sekarang, rasanya Brian ingin melakukan hal yang lebih namun tiba-tiba kesadarannya hadir sehingga Brian pun memundurkan wajahnya dan mengurungkan niatnya yang tadi ingin merasakan hal yang lebih.
Setelah merasa sudah bisa mulai berpikir jernih Brian pun mendekatkan tubuhnya dengan sang istri dan tidur dengan memeluk tubuh indah sang istri.
Dia sangat nyaman saat memeluk Sheila di tidurnya, Brian yang biasanya tidak bisa tidur cepat karena dia memiliki gangguan tidur.
Sedangkan Sheila yang merasakan kehangatan di dalam tidurnya pun semakin mendekat dan mengeratkan pelukannya, dia sangat nyaman berada di kasur yang sangat hangat ini, begitulah pikiran Sheila bekerja tanpa membuka matanya dan tak terganggu sama sekali tetapi malah mengeratkan pelukannya.
.
.
TBC