Sekuel My Ketos My Husband
Dia bagaikan duri beracun untukku. Menyakitkan namun selalu berhasil membuatku candu. Parasnya yang tampan benar-benar membuatku terlena.
-Diva-
Di dunia psikologi, Jouska adalah kondisi saat kita berbicara dengan diri sendiri, dan hanya kita sendiri yang tau. Tapi bagi Diva, Jouska adalah kisah tiada akhir, mengalir seperti air, menusuk seperti pisau dan membekas setelah luka.
Note : Cerita mengandung unsur 18+, untuk yang dibawah umur tidak disarankan membaca.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DiAgaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 27
Diva sangat kesal dengan random people yang tiba-tiba mengirim chat tak sopan itu padanya, padahal Diva bukan tipikal orang yang suka berkata kasar didalam Chat, namun ia kali ini benar-benar tak bisa menahan emosinya karena hal yang dia bahas sudah bersangkutan dengan harga diri.
"Huh dasar orang ga waras! Orang kayak gini kenapa sih ga masuk rumah sakit jiwa aja!" kesal Diva.
Tinggg....
Tinggg...
Ponsel Diva berbunyi lagi dan ia semakin kesal karena tadi merasa sudah memblokir nomor orang tak jelas yang memancing emosinya tadi. Diva pun hanya melihat dari lockscreen saja karena malas meladeni orang tak jelas itu.
"Masa nomernya beda sih!" kesal Diva
Diva terkejut dan terdiam sesaat, ia berusaha percaya namun juga tak percaya. Ia bingung harus apa saat ini.
"Prank kah? Tapi kalo prank masa sampe segitunya sih? Bukannya kelewatan banget kalo udah bawa-bawa gender, lagian selama ini Kak Andra juga kelihatan normal-normal aja tuh, mana ada sisi ceweknya. Tapi muka dia emang ada cantiknya sih," pikir Diva.
Diva pun kepo lalu mengecek akun Instagram Andra untuk mencari tau lebih detail mengenai informasi yang baru saja dia dapatkan.
"Ih postingannya normal semua, ga ada yang keliatan cewe. Keliatan cool malah, terus gimana?" pikir Diva yang melihat postingan Andra. "Oh cek foto yang ditag aja!" pikir Diva.
"Lah ini cewe yang dibilang sahabatnya itu, yang kemana-mana selalu ngintil mulu. Coba cek postingan dia lah, kepo aing hehe."
"Lah padahal dia cakep, kenapa sama Andra terus? Mana kayak pacaran, kan sama-sama cewe? Lah? Masa... Belok sih?!" pikir Diva.
Diva menggaruk kepalanya yang tak gatal dan berpikir sejenak, ia berusaha memahami semua ini karena semuanya terasa tak masuk akal.
"Tapi kalo beneran Andra cewe, gua harus jauhin lah. Orang gua masih lurus Ya Allah, eh apa jangan-jangan yang labrak gua barusan itu dia ya? Si Vior Vior barusan? Temenan tapi mesra banget mana kemana-mana selalu ngikut," Diva berusaha menyambungkan semua teka-teki ini.
...***...
Sudah 4 dan Diva masih saja dirumah sakit, mamanya keluar mengurus beberapa administrasi dan obat. Diva pun sendirian dikamar, ia ingin keluar sebentar mencari angin karena kebetulan ruangan Diva berada di lantai 3, ia ingin melihat pemandangan lewat depan kamar inapnya.
"Haih enaknya udara ini, bosen banget ga sembuh-sembuh!" keluh Diva.
"Diva!"
Diva menengok kearah suara yang memanggilnya itu, dilihatnya Andra datang membawa buah dan buket bunga. "Kak Andra!" kaget Diva.
"Hai, gua tau lu belum sembuh jadi gua kesini buat ngasih ini. Lu ngapain diluar? Ayok masuk kedalem, dingin diluar," ujar Andra sambil tersenyum.
"Darimana kakak tau? Ah, kakak ikutin gua? Please bisa berhenti ga, gua udah ada pacar dan gua gamau salah paham sama pacar gua cuma karena kakak!" kesal Diva.
"Lu bohong Div, lu ga ada pacar!" Andra mengeyel.
Terlihat seorang pria tampan berjalan dari arah berlawanan Diva, saat sudah dekat, Diva langsung mendekatinya dan memegang lengan pria itu.
"Bisa berhenti ga? Dia cowoku, aku ga mau terlihat kayak tukang selingkuh cuma karena kakak!" tegas Diva.
"Ga! Lu bohong Div!"
"Apaan sih lu, dia cewe gua nj*ng, gausah mancing-mancing deh lu. Dia punya gua, lu gausah sokap ya! Mending lu pergi deh, ganggu banget urusan kita berdua!" tegas Pria itu.
"Heh lu yang harusnya ikut campur, dia itu cewe gua ya sat!" ujar Andra dengan nada meninggi.
Pria itu mencengkeram kerah baju Andra, "Heh dia ini cewe gua. Lu gausah macem-macem, apaan dah lu ngaku-ngaku dia cewe lu, mau gua hajar lu?" tanya Pria itu menantang.
Andra tak mau kalah, ia menjatuhkan buket dan coklat ditangannya lalu mencengkeram kerah baju pria itu dengan erat. "Apa? Berani lu? Ayo, gua buktiin kalo dia itu punya gua!" tegas Andra.
Diva pun melerai mereka berdua sampai-sampai darah Diva mengalir terbalik diselang infus. "Ihhh udah! Apaan sih kalian, stop deh gausah berantem. Tau ga sih ini tuh rumah sakit!" kesal Diva.
"Tangan lu!" ujar pria itu sambil memegang tangan Diva yang diinfus dengan wajah khawatir, "Gini deh, kalo dia emang ga aneh-aneh juga gua ga bakalan kayak gini. Suruh ni monyet pergi!" kesal Pria itu.
"Lu kayak anj*ng!" bantah Andra.
"Stop okay! Stop it please! Kak Andra mending lu pergi, dan satu lagi ya gua minta lu jauhin gua sejauh mungkin. Kenapa sih lu ga pacarin aja orang dideket lu! Oh iya, gua udah tau kalo lu itu cewek jadi gausah deketin gua lagi, gua masih lurus!" tegas Diva.
"Paan sih lu Div, gajelas!" Andra mengelak.
Diva menunjukkan sisa chatannya dengan orang tak dikenal kemarin, Andra terkejut dan terlihat sedikit panik.
"Udah yee neng, lu mending pergi dan gausah ngarepin pacar gua lagi ok! Dia punya gua, cuma punya gua!" pria itu berkata penuh penekanan.
"Tapi gua sayang sama lu Div!" jelas Andra tak mau kalah.
"Gua lurus dan sampai kapanpun gua bakalan lurus! Jadi jangan ganggu gua lagi!" Diva mengatakannya dengan penuh penekanan.
Andra melangkah mundur perlahan dan berlari pergi meninggalkan mereka berdua, setelah dirasa cukup jauh, Diva berterimakasih pada pria asing itu yang telah membantu dan menyelamatkannya dari Andra.
"Ehm makasih ya udah bantuin gua," ucap Diva.
"Oh sans, gapapa kok lagian itu orang banyak tingkah juga." Pria itu tersenyum manis dan membuat Diva sedikit salah tingkah karena senyumnya begitu manis.
"Oh iya nama lu siapa, dari tadi belum kenalan," pria itu mengulurkan tangannya dengan ramah.
Diva membalas jabatan tangannya, "Gua Diva, Diva Elvania. Kalo lu ?"
"Gua Dylan, Dylan Xabiru."
"Ehm," Diva menahan tawanya.
"Kenapa?"
"Engga, namanya unik, Dilan. Romantis dong kayak di film itu, Dilan nya Milea hehe," gurau Diva untuk mencairkan suasana.
"No, beda kalo dia Dilan pake i, aku Dylan pake y."
"Oh gituuuu."
"Tau ga apalagi bedanya aku sama Dilannya Milea?"
"Engga, apatuh?"
"Kalo Dilan 1990, dia punya Milea. Kalo gua Dylan 2022, punyanya Diva Elvania," rayu Dylan hingga membuat tertawa.
"Hahahaha bisa aja buaya."
"Jangan ketawa, ketawamu bagus dan manis. Nanti kalau aku jatuh cinta bagaimana? Apa lu tau pertanggung jawaban hakiki dari membuat seorang Dylan Xabiru jatuh cinta?" tanya Dylan yang dibalas gelengan kepala Diva.
"Kalo lu berhasil bikin Dylan Xabiru jatuh cinta berarti lu harus jadi cewenya Dylan Xabiru dan menjadi bidadari cantik setelah ibundanya."
.
.
.
.
.
Tbc
Jangan lupa like dan komen ya :)
Jadi pilih mana nih? Dilan 1990 atau Dylan 2022?