Arinsa, sorang dokter residen tahun ke-4 meninggal karena kelelahan. Tapi dia tiba-tiba membuka matanya dan melihat suasana yang jauh berbeda dengan kehidupan sebelumnya.
" Weeeh dimana ini, bukannya aku sudah mati? Beeeuh diiiingiiin."
Awalnya Arinsa tidak bisa mengetahui situasi nya hingga dia mendapatkan semua ingatan dari tubuh ini.
" Putri terbuang, dasar bajingan. Mereka yang tidak bisa mengendalikan kelaminnya tapi anak yang jadi korban. Tenang saja Arinsa, nama kita sama-sama Arinsa. Aku akan membalas semua rasa sakit hatimu. Dan kamu bisa istirahat dengan tenang. Kerajaan ini, akan aku hancurkan dengan tanganku."
Bagaimana cara Arinsa bertahan hidup dengan status barunya sebagai Putri Arinsa De Rouglas?
Dan bagaimana cara dia membalas dendam pemilik tubuh asli yang sudah diabaikan oleh keluarganya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reyarui, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
RAP 23
Ratu Beatrix mengerutkan alisnya saat melhat kereta kuda milik Ariga kembali lebih cepat dari dugaannya. Jika perhitungannya benar, maka seharusnya Ariga pulang setelah jam makan malam.
" Kenapa kamu kembali, Pangeran?"
" Mereka ingin membahas sesuatu tentang ekspedisi besok. Jadi aku pulang saja."
Plak!
Ratu Beatrix menepuk keningnya dengan sangat keras. Bahkan sampai membekas merah. Ia sungguh tidak mengerti mengapa putranya ini sungguh sangat bodoh. Ya, Ratu Beatrix sebenarnya mengakui bahwa Ariga adalah anak yang bodoh. Tapi ia masih berharap bahwa kedepannya Ariga bisa berpikir sendiri.
Namun, agaknya harapannya itu mungkin masih jauh. Kenyataannya sekarang Ariga pun masih belum bisa berpikir sama sekali.
" Kenapa ku pulang hah!" Pekik Ratu Beatrix. Dia tak lagi peduli dengan tata krama yang ada. Rasa marah yang dirasakannya kini sudah berada di ubun-ubun kepalanya.
" Ya kan aku tidak ikut, kata Duke Muda Adentine, hal tersebut hanya bisa dibicarakan kepada orang yang akan ikut melakukan perjalanan."
" Pangeran Mahkota Ariga De Rouglas, sebenarnya untuk apa kepala milik mu itu hah! Bisa-biasanya kau kembali tanpa mendapat informasi apapun. Seharusnya kau tetap berada di sana, mendengarkan rencana mereka. Kalau kau tidak diizinkan, ya bagaimana caranya agar tahu. Dasar bodoh!"
Ratu Beatrix tak lagi bisa membendung rasa kesalnya. Bagaimana bisa Ariga, putra kesayangannya itu tidak bisa berpikir hingga seperti itu. Bagaimana bisa, ketika dia diminta pergi, dia akan pergi layaknya orang bodoh.
" Haah sudahlah, kembali ke kamarmu. Kau di hukum untuk tidak meninggalkan istana selama satu minggu."
Ariga membuang nafasnya kasar. Dia pergi begitu saja tanpa memberi salam. Sambil memasuki kamar, sang pangeran menggerutu. "Ya memangnya aku tahu kalau aku harus tetap di sana."
Sedangkan Ratu Beatrix saat ini masih diliputi rasa kesal. Dia lalu menyuruh seseorang untuk pergi ke sebuah guild. Guild tersebut diketahui merupakan sebuah Guild pembunuh.
Ratu Beatrix agaknya memang akan menjalankan rencananya untuk menyingkirkan Arinsa. Dia menyewa seroang pembunuh untuk menghabisi anak dari suaminya tersebut.
" Ohooo, apa bayarannya sesuai?"
"Tentu saja, tuanku bahkan sudah memberi uang mukanya. Lima ratus ribu koin emas, itu sebagai uang muka. Setelah berhasil maka kau akan mendapatkan dua kali lipatnya lagi."
" Baik, aku senang berbisnis begini."
Meskipun ketua guild sudah paham siapa yang menginginkan kematian putri, namun dia memilih diam. Itu adalah rahasia pelanggan, dan dia hanya tinggal melaksanakannya saja.
" Apa yang harus ku bawa untuk membuktikan keberhasilanku."
" Kepala Putri Arinsa, bawa dia kehadapan tuanku."
" Baik, aku akan membawakannya untuk Tuan mu itu."
Orang yang diutus itu langsung keluar saat sang ketua Guild menyetujui. Dia memang hanya perlu menyampaikan itu. Orang itu juga harus segera kembali ke istana untuk melaporkan hasil pekerjaannya.
" Saya sudah melakukannya, Baginda."
" Bagus."
Hanya itu yang Ratu Beatrix katakan pada dayang kepercayaannya. Dayang itu adalah seorang Countess yang berada di pihak Ratu. Jadi apapun yang Ratu katakan baginya adalah merupakan sebuah keharusan.
Di sisi lain, saat ini Glen mengumpulkan semua kesatria termasuk Gilman. Glen menjelaskan apa yang harus mereka lakukan dalam ekspedisi nanti.
" Ingat di gunung es nanti akan banyak hal yang terjadi. Selain monster yang sudah kita ketahui, maka badai salju pun juga tidak kalah pentingnya. Sir Gilman, kau selalu lah berada di sisi Tuan Putri."
" Baik."
Glen memang melakukan pembicaraan secara terpisah antara para kesatria dengan Arinsa dan Glencia. Meskipun baginya ini memang merepotkan namun memang harus dilakukan.
Cara berbicara dengan kesatria jelas berbeda dengan seorang putri. Maka dari itu Glen akan melakukan pembicaraan dengan Arinsa dan Glencia setelah ini.
" Aku juga berharap kalian mengutamakan keselamatan nyawa kalian masing-masing. Besok kita akan berangkat, jadi sekarang kalian bisa istirahat."
" Baik Yang Mulia Duke Muda."
TBC
wow apakah naga es disana? lagi kak jadi g sabar nih /Proud/
ayo reader sawerannya biar othor semangat /Kiss/
semoga tidak akan menjadi bibit hama untuk kehidupan arinsa /Sweat/
kangen banget nih, Ama othor juga walaupun lebih banyak Ama babang Glen /Smirk//Sly/