Kalandra merupakan siswa pintar di sekolah dia selalu datang tepat waktu, Kalandra bertekad untuk selalu membahagiakan ibunya yang selama ini sendiri menghidupinya. Kalandara ingin memiliki istri yang sifatnya sama seperti ibunya dan setelah dia berkata seperti itu, ternyata semesta mendengar doanya Kalandra bertemu seorang gadis cantik ketika dia membaca buku di perpustakaan. Kalandra terpesona oleh gadis itu yang belakangan di ketahui bernama Aretha. Apakah Aretha juga punya perasaan yang sama seperti Yang Kalandra rasakan. Jangan lupa selalu tunggu cerita menarik dari Kalandra dan Aretha ya...!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hani Syahada, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 26 CPPP
“Ibu, mending sekarang kita pulang saja, Andra, udah mulai bosen ini disini! Retha, kamu juga pulang bareng aku dan ibu ya..! Aku tidak mau lagi, nanti di kata tidak peka!” Ujarku yang kemudian melirik ibu.
"Nak, kamu ngapain melirik ibu? Di wajah ibu tidak ada jawaban lo.. Ya.!"
"Kalau mau cepat pulang! Ikut ibu ke ruang administrasi untuk bayar obatmu!"
Ujar ibuku sambil membantu aku berdiri.
"Oke ibu" ucapku
Aku dan ibu segera keruang administrasi untuk membayar pengobatanku dan karena Retha sendirian, ibu memutuskan untuk dia saja yang ke ruangan administrasi sementara aku menemani Retha di pintu depan puskesmas, aku duduk di samping Retha sembari ibu membayar pengobatanku.
“Andra, ini kamu beneran udah sehat kan? Soalnya besok kamu mau masuk sekolah dan kamu ada ujian nasional! Kamu yakin tidak ingin di rawat lagi! Ucap Retha khawatir.
“Aku beneran udah sembuh kok, Retha, aku sudah tidak apa-apa! Ini buktinya aku bisa angkat tas ibu! Ujarku sambil memberi senyuman manis sama Retha.
“Tapi Andra, tas itu kan ringan! Orang sehat pun bisa mengangkatnya!” ujar Retha bingung.
Aku tidak tahu kenapa tiba-tiba ada suara jangkrik.
“Krik..Krik..Krik..
“Tas ibuku ini, banyak isinya jadi berat!” ujarku sambil memalingkan muka karena malu.
Bisa-bisanya aku, membuat kata-kata menjadi lelucon, mana ada tas ini berat, anak SD juga bisa bawa, kayaknya aku sudah terlanjur malu sama Retha gara-gara kejadian tadi.
Setelah menunggu beberapa menit, ibuku pun segera keluar dari ruangan administrasi dan kemudian kami pulang namun sebelum itu kami mengantar Retha dulu pulang ke rumah neneknya.
“Retha, ayo.. naik ke motorku! Ucapku dengan semangat padahal tadi baru saja pingsan.
“Cieeee...cieeee... Udah mulai peka nih...! Goda ibuku, sambil tertawa kecil.
“Ibu, na... Ini itu bentuk kepedulian Andra, bu! Jadi hargai dong..!”sahutku kepada ibu sambil menyalakan motor.
“Andra, kayaknya ada yang aneh deh..! Ucap ibuku sambil melirik aku.
“Maksud ibu, aneh kenapa? Aku tidak merasakan keanehan!” sahutku sedikit bingung.
“Tadi bilang mau peka, masak sekarang sudah tidak! Kamu lihat tidak, motornya cuma satu. Terus kalau kamu bonceng Retha, ibu sama siapa? Ujar ibuku kesal.
Aku baru sadar kalau motorku masih di tempat Retha, terus bagaimana ini, aku tidak mungkin meninggalkan Retha disini, nanti kalau dia di goda pemuda sini bagaimana nanti sedih aku. Apa aku jalan saja sama Retha, biar ibu yang naik motornya, sekalian bisa romantis sama Retha, soalnya pas di danau kemarin kurang lama.
“Ya.. sudah bu, begini saja! Aku sama Retha jalan kaki soalnya rumah neneknya tidak jauh?” ucapku sambil mengedipkan mata kepada ibu.
Aku memberikan kode kedipan mata untuk ibu, agar mau naik motornya tapi aku tidak tahu ibu peka tidak dengan kode itu, soalnya kan dia ibuku, takutnya saja sifatku yang tidak peka ini karena nurun dari ibu.
“Oke Andra, ibu sangat senang sekali kamu mau jalan kaki! Kalau begitu ibu pamit ya.. Andra! Retha!” ucap ibuku, yang tanpa basa-basi mengambil kunci motor dan menyalakannya.
“Oke bu” sahutku.
Oke Tante” sahut Retha.
Setelah ibu pergi, aku dan Retha sempat terdiam sejenak, seperti merasa ada yang salah tapi kita berdua juga bingung apa yang kurang dan ternyata setelah di ingat-ingat sendalku malah terbawa oleh ibu.
“Retha, kayaknya ada yang kurang ya.. tapi apa ya..!
"Ya.. ampun Retha, sendalku kebawa sama ibu ini! Aku gimana jalannya! Masak nyeker sih..!”
Ucapku, sambi memandang kembali Retha.
Bisa-bisanya karena terlalu senang, sampai lupa bawa sendal, kayaknya gara-gara aku lihat sendal Retha yang beda sebelah dan aku malah ketawa makanya dapat karmanya langsung instan.
“Ya.. sudah, kamu pakek sendalku saja ya.. walaupun beda sebelah yang penting bisa di pakai! Apalagi kamu baru saja keluar dari puskesmas, aku takut nanti kamu tambah sakit! Ucap Retha sambil melepas sendalnya.
Bagaimana mungkin kaki yang mulus itu aku tega melukainya, apalagi aku seorang laki-laki masak menahan sakit begini saja tidak mampu, payah sekali kalau aku seperti itu.
“Tidak usah Retha, aku tidak perlu pakai sendal lagian juga jarak rumah nenekmu tidak jauhkan! Jadi anggap saja ini sebagai olahraga pasca pemulihan sakit! Ujarku sambil berjalan melewati Retha.
Sebenarnya aku tidak ingin membuat dia khawatir makanya aku bilang seperti itu. Lagian ini juga cuma pingsan saja tidak ada penyakit lain, justru aku malah khawatir kalau kakinya nanti lecet karena perempuan sangat menjaga penampilan.
“Oh.. iya Retha tadi kamu bahas ujian nasional! Emang kamu besok tidak ujian apa? Tanyaku penasaran.
“Aku ujiannya besoknya lagi Andra, soalnya guruku ada rapat penting yang tidak bisa di tinggal! Ucap Retha sambil menggandeng aku.
Aku tetap saja salting sama Retha, karena aku masih tidak percaya cewek cantik kayak dia suka juga sama aku.
“Andra, kamu lagi ngelamun apa?” tanya Aretha penasaran.
"Oh.. Tidak apa-apa Retha, aku memang suka lihat kamu saja!" ujarku yang seperti laki-laki gombal.
"Jadi besok kamu belum ujian? Terus kamu pulangnya besok dong..? Tanyaku sambil memainkan bibir.
Andra-Andra, tadi bukanya kamu muji dia kenapa tiba-tiba tanya ujian sekolah aneh banget. Namun tidak apa-apa karena dia sudah tahu sifatku.
"Iya Andra, aku pulang besok ke Samarinda! Sebenarnya aku masih betah di sini! Apalagi ada kamu, cuma ya.. Mau gimana lagi aku harus pulang besok!" ujar Retha sedikit kecewa.
Aku merasa menjadi laki-laki yang beruntung karena mendapat gadis secantik dia, walaupun aku dan dia belum resmi pacaran tapi tidak tahu kenapa mendengar dia suka juga sama aku membuat hatiku senang.
"Yah.. Kita bakal lama lagi ketemunya, nanti kalau aku kangen kamu, aku bolehkah vidio call?" tanyaku dengan mata berbinar-binar di depannya.
"Tentu boleh dong.. Tapi ingat jangan suka mikirin sesuatu yang belum pasti oke! Nanti kamu sakit lagi, mending kamu mikirin aku saja!" ucap Retha dengan menggodaku.
"Retha, kamu ini ada-ada saja, bisa gombal juga ya... Kamu! Ujarku sambil tertawa kecil
"Kamu lok.. Yang ngajari aku, kalau kamu enggak mau mengaku, aku bilangi tante Siti nanti! Ucap Retha sedikit mengancam ku.
Aku sudah menebaknya kalau Retha dan ibuku sudah berteman dari awal, kalau dia sudah berbicara seperti itu, aku tidak bisa berkutik lagi. Apalagi melawan perintah ras terkuat di bumi mending aku kuras air laut saja.
"Iya Retha, aku mengalah sama kamu! Ujarku agak sedikit cemberut.
Aku tetap saja, tidak bisa berdebat sama perempuan karena kalau aku ngomong selalu salah dimatanya, kayak tidak ada yang bener saja, jadi ada satu kata yang pas buat kaum laki-laki yaitu diam, biarkan para perempuan ini berekspresi nanti juga capek sendiri.
"Bagus Andra, sekarang kamu jauh lebih peka! Nanti kalau ada apa-apa aku hubungi kamu! Termasuk kucing tadi nanti di pelihara bersama ya... Banyak soalnya kucingku!" ujar Retha dengan napas ngos-ngosan.
Mungkin, dia terlalu lelah berjalan kaki, apalagi sepanjang jalan kita berdua mengobrol terus, sehingga cepat lelah tapi sebentar lagi juga sudah sampai ke rumah nenek Retha.
"Retha, sabar ya.. Bentar lagi sampai ke rumah nenekmu!" ujarku sambil memapah dia.