NovelToon NovelToon
Menyembunyikan Benih Mantan Suami

Menyembunyikan Benih Mantan Suami

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil / Slice of Life / Single Mom / Nikahmuda / Cerai / Duda
Popularitas:5.8k
Nilai: 5
Nama Author: Ara Nandini

Selina harus menelan pahit kenyataan di kala dirinya sudah bercerai dengan mantan suami hasil perjodohan. Ternyata tak lama setelah itu, dia menemukan dirinya tengah berbadan dua.

Selina akhirnya memutuskan untuk membesarkan bayinya sendiri, meskipun harus menjadi ibu tunggal tak membuatnya menyerah.

Berbeda dengan Zavier. Mantan suaminya yang hidup bahagia dan mewah dengan kekasihnya. Seseorang sudah hadir di hidup pria itu jauh sebelum kedatangan Selina.

Akankah kebenarannya terungkap seiring berjalannya waktu? Belum lagi Selina Kini harus terjebak dengan seorang bos yang sangat menyebalkan.

Ikuti kisahnya!!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ara Nandini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

4. Jayden Menyebalkan

Seperti biasa, pagi ini Selina sudah sibuk di dapur menyiapkan sarapan untuk putranya. Ian, bocah enam tahun yang ceria itu, bukan tipe pemilih dalam soal makanan. Apa pun yang dimasakkan ibunya, selalu ia makan dengan lahap.

Tak lama, Ian keluar dari kamar dengan seragam sekolah yang belum terkancing rapi. Rambutnya masih sedikit acak-acakan.

"Mama, bantuin Ian pasang kancing seragam,"

"Oke, bentar ya."

Selina segera mematikan kompor setelah mengaduk-aduk nasi gorengnya. Ia berjongkok di depan putranya, jari-jarinya cekatan mengancingkan baju putih itu satu per satu.

"Mama, Ian lupa bilang kalau kata Bu guru hari ini ada orang baik yang bagi-bagi makanan gratis ke sekolah Ian."

"Wah, bagus dong! Nanti Ian jangan lupa bilang makasih ya sama orang yang udah ngasih,"

"Tentu aja. Ian nggak akan pernah lupa sama pesan Mama."

Setelah sarapan dan bersiap-siap, Selina keluar rumah. Ian sudah lebih dulu duduk manis di atas motor.

"Hari ini mau ikut Mama ke kafe lagi?" tanya Selina sambil menyalakan mesin motor.

"Di rumah aja, Ma. Ian mau nonton kartun," jawabnya.

"Okedeh."

Perjalanan menuju sekolah tak memakan waktu lama. Sesampainya di gerbang, Selina menunduk dan mengusap pipi putranya dengan lembut.

"Ingat selalu pesan Mama, ya,"

"Always!" sahut Ian terkekeh, lalu ia berlari memasuki halaman sekolah.

Selina tersenyum melihat punggung kecil putranya. Tanpa terasa, enam tahun telah berlalu. Bayi mungil yang dulu ia gendong kemana-mana kini sudah bisa berlari sendiri menuju kelasnya. Ada rasa hangat sekaligus haru yang menyeruak di dadanya.

Setelah memastikan Ian masuk, Selina memutar balik motornya menuju kafe. Begitu tiba, ia segera berganti pakaian kerja dan mulai melayani pelanggan yang sudah berdatangan.

"Lin, katanya kafe kita bakal di-booking malam ini," ujar Emel yang baru saja menghampirinya.

"Oh ya? Siapa? Apa buat acara lamaran lagi?"

"Nggak, kata Pak Bos tadi sih buat ngerayain ulang tahun."

Selina hanya mengangguk. Kafe Lincoley memang sering menerima bookingan dari berbagai kalangan-mulai dari orang kaya sampai kelas menengah-untuk mengadakan acara penting seperti lamaran, ulang tahun, bahkan pertemuan bisnis.

Ting! Ting!

"Gih, kamu yang anter ke meja dua belas," kata Emel sambil menunjuk nampan yang sudah tertata rapi.

Selina mengambil nampan itu, lalu melangkah anggun menuju meja dua belas. Ia meletakkan makanan dengan hati-hati,

"Selamat menikmati."

Setelahnya Selina berbalik hendak kembali ke dapur. Namun, langkahnya tiba-tiba terhenti. Pandangannya tertuju pada sosok yang sedang berdiri di depan kasir, sibuk menatap ponsel.

Jantung Selina mendadak berdegup kencang. Wajah itu... bukankah dia? Selina masih sangat ingat raut manis berciri kebule-an dengan rambut keriting cokelat yang khas. Seakan waktu berhenti sejenak, kenangan lama menyeruak di benaknya.

Lalu, seorang pria yang tak lain adalah bosnya, Nathan, mendekati gadis itu.

"Sayang, ayo berangkat. Hari ini, aku yang bayarin. Kamu tinggal pilih apa aja yang kamu mau,"

"Okedeh, karena kamu yang minta, aku bakal lakuin," sahut gadis itu terkekeh, lalu menggandeng lengan Nathan dengan mesra.

Tatapan Selina masih terpaku pada keduanya hingga mereka keluar dari kafe. Perasaannya campur aduk antara terkejut, tidak percaya, dan entah apa lagi. Ia buru-buru menarik napas panjang, lalu kembali ke dapur.

"Emel!" serunya setengah berteriak, memanggil rekannya yang sedang sibuk menyusun pesanan ke nampan.

"Kenapa, oi?" sahut Emel tanpa menoleh.

"Si... siapa nama pacarnya Pak Bos?" tanya Selina, dada wanita itu naik-turun menahan sesak yang kian menghimpit.

"Kalau nggak salah namanya Kim deh. Emangnya kenapa?" jawab Emel sambil menoleh, heran melihat ekspresi wajah Selina.

Saat itu juga, air mata Selina jatuh membasahi pipinya.

"Hei, kamu kenapa?" Emel terkejut, lekas menghampiri Selina yang tampak limbung.

Nggak salah lagi... dia... memang beneran Kimi, batin Selina.

"Ng... nggak apa-apa. Aku... aku ke toilet dulu," ucap Selina terbata-bata. Ia segera membalikkan badan dan bergegas pergi, meninggalkan Emel yang masih memandanginya dengan bingung.

"Selina!" panggil Emel, namun wanita itu tak menggubris.

Sesampainya di toilet, Selina menutup pintu rapat-rapat. Tangannya gemetar saat menyentuh wastafel, lalu ia menyalakan keran air dan membasuh wajahnya berkali-kali.

"Bagaimana ini... Ya Allah... berarti Kimi selama ini adalah pacarnya Pak Nathan..." lirih Selina.

Ia meremas rambutnya kasar, lalu tubuhnya ia sandarkan ke dinding.

"Aku harus apa..." katanya parau.

Matanya terpejam rapat, mencoba menahan segala rasa yang meluap. Ia memaksa dirinya untuk berpikir jernih.

Tenang, Selina... tenang... Dia nggak akan lama di sini.

Selama Kimi masih ada di sekitar kafe, aku... aku nggak akan bawa putraku ke sini. Dan sebisa mungkin... aku harus menghindarinya...

Selina berdiri melamun di dekat jendela, menatap keluar. Langit sudah gelap, lampu-lampu jalan berkelip samar di kejauhan. Tepukan di bahunya membuatnya tersentak dan menoleh.

"Dari tadi pagi sampai malam kamu banyak diamnya. Kenapa?" suara Emel terdengar pelan. "Kamu belum cerita ke aku kenapa kamu syok banget waktu tahu nama pacarnya Pak Bos."

Selina menarik napas panjang sebelum akhirnya berkata lirih, "Dia... adalah mantan adik iparku."

"Apa?!" mata Emel membesar, jelas terkejut. "Ja... jadi dia... dia itu..."

Selina mengangguk pelan. "Ya, dia adiknya Zavier."

Emel menutup mulutnya. "Pantes aku lihat mukanya ada mirip-miripnya sama mantan suami kamu..." ia menggeleng pelan, masih tak percaya. "Terus... apa yang bakal kamu lakuin setelah ini?"

"Selama dia masih di sini, aku nggak bakal bawa Ian ke kafe. Aku juga nanti bakal pakai masker kalau melayani pelanggan," jawab Selina sambil menunduk.

Emel menatapnya kasihan "Orang kaya loh Lin mereka itu. Kenapa nggak kasih tahu aja kalau Ian itu keponakannya? Maksudku, kamu cukup kasih tahu ke Kim aja. Dia kan ontinya, berhak tahu sama keponakannya. Sama keluarganya yang lain nggak usah."

Selina menggeleng tegas. "Nggak, Mel. Aku nggak mau semuanya jadi ribet. Aku nggak mau Ian kenal keluarga itu. Jadi... biarin aja kayak gini."

Emel menghela napas panjang, lalu menatap temannya lekat-lekat. "Kalau Pak Bos tahu Ian keponakan pacarnya, pasti Ian bakal makin disayang dan diistimewakan,"

Selina tak lagi bicara. Baginya, masa lalu dengan keluarga Zavier adalah pintu yang sudah ia tutup rapat.

Pukul delapan malam, kafe sudah siap sedemikian rupa untuk acara ulang tahun yang sudah membooking tempat.

"Ya Bi, titip Ian ya. Bibi kalau mau makan apa pun, ambil aja di dapur."

"...."

"Hm, aku tutup teleponnya ya, Bi. Assalamualaikum."

Selina memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku setelah menghubungi Bi Desi.

"Lin, katanya orangnya udah datang."

"Oh iyakah?"

Ia lalu ikut berbaris bersama Emel dan beberapa pegawai lain, berjajar rapi dengan nampan di tangan masing-masing. Nampan-nampan itu berisi berbagai kue berlapis krim mewah, dessert manis beraneka bentuk, dan minuman dingin yang dihias elegan.

"Tempatnya cozy banget, Mama suka deh," ucap seorang wanita paruh baya yang baru duduk.

"Thanks ya, Ma. Mama nggak pernah sekalipun ngelewatin hari bahagia aku, meskipun Mama juga punya anak lain,"

"Heh, kamu itu anak kandung Mama. Nggak mungkin Mama ngelewatin momen pentingmu,"

"Permisi...," suara salah satu pelayan kafe menginterupsi obrolan ibu dan anak itu sambil meletakkan nampan di meja besar.

"Terima kasih,"

Satu per satu pelayan maju, hingga tiba giliran Selina, ia hendak menaruh gelas minuman berisi mocktail berwarna merah anggur ke meja besar itu. Namun, tatapannya mendadak menegang saat menyadari siapa pria yang duduk di kursi di depannya ini.

Pria itu pun terdiam, matanya menyipit, mencoba mengingat-ingat wajah Selina.

Brugh!

Tangan Selina yang gemetar tak sengaja menumpahkan minuman itu hingga membasahi kemeja putih pria itu.

Jayden-ya, pria itu baru teringat. Wanita di depannya ini tak lain adalah perempuan yang tempo hari menabrak bumper mobilnya.

"Selina... ya ampun..." Emel yang berdiri di belakangnya meringis, menepuk dahinya pelan.

"Kamu!?" bentak Jayden dengan suara lantang, membuat semua orang disana kaget.

1
Ayano Rosie
Jayden juga egois banget memaksakan kehendaknya udah tahu seluna berdarah darah hatinya masih juga begitu
Sunaryati
Yang sangat egois itu kalian, seorang ibu memaksa anaknya menjauhi dan memisahkan dari menantunya. Eliza juga sudah ditentang ayahnya tidak boleh menikah dengan Zavier, ayahnya meninggal nekat.
Sunaryati
Tabah dan semangat Sellina mulut Zavier masih kasar untuk ibu dari anaknya demi mendapatkan keinginannya, tidak menjaga perasaan Sellina, sampai punya anak 6 tahun masih mendapatkan hinaan yang sama.
Sunaryati
Kamu bengkarung ya di depan ibunya kau hina, emak yang baca saja jadi nyesek dan nangis, namun bersyukur Sellina semakin kuat. Sedangkan di depan Ian lembut dan membela, dasar pria bunglon tak sumpahin bucin pada Sellina🤣🤣🤭
Sunaryati
Mulut Zavier busuk orang lain saja peduli kok mulutnya mudah bilang Sellina mati atau hidup tak peduli. Sellina itu korban dari kedua orang tuanya penderitaan masih bertambah, syukur dia wanita tangguh dan pekerja keras. Fix Zavier harus dapat karma, jangan diber keturunan pada pernikahan dengan Eliza karena arogansi dan kesombongannya, buat perusahaannya bangkrut agar bisa merasakan hidup jadi orang miskin
Sunaryati
Kapan kamu bebas dari tekanan orang- orang- kaya yang atogan
Sunaryati
Astaga apa tidak ada saksi, masa sih orang tua kok membully anak. Seharusnya jadi contoh
Sunaryati
Hati Zavier saja tak ada getaran jika dia mempunyai anak
Sunaryati
Ayahnya banyak uang ibunya menghidupi diri saja sampai berusan dengan toilet, mudah- mudahan orang- orang yang membuat hidupmu menderita mendapatkan balasan setimpal, dan Jayden kena karma ibunya jatuh cinta pada Sellina
Sunaryati
Banyak ya orang semena- mena pada orang miskin, miris/Cry/ Semoga kedepannya kamu mendapatkan kebahagiaan Sellina emak nyesek
Sunaryati
Hati kamu baik Kim
Sunaryati
Kasihan ayah dan keluarganya hidup enak, dia hidup sederhana hanya dengan ibunya
Mirrabella
muak liat jayden sok keras
padahal lembek
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!