NovelToon NovelToon
Pengawal Yang Bunuh Ayahku

Pengawal Yang Bunuh Ayahku

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Yatim Piatu / Action / Cinta Terlarang / Mafia / Romansa / Balas Dendam
Popularitas:100
Nilai: 5
Nama Author: Dri Andri

"Tujuh tahun aku hidup di neraka jalanan, menjadi pembunuh, hanya untuk satu tujuan: membunuh Adipati Guntur yang membantai keluargaku. Aku berhasil. Lalu aku bertaubat, ganti identitas, mencoba hidup normal.
Takdir mempertemukanku dengan Chelsea—wanita yang mengajariku arti cinta setelah 7 tahun kegelapan.
Tapi tepat sebelum pernikahan kami, kebenaran terungkap:
Chelsea adalah putri kandung pria yang aku bunuh.
Aku adalah pembunuh ayahnya.
Cinta kami dibangun di atas darah.
Dan sekarang... kami harus memilih: melupakan atau menghancurkan satu sama lain."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dri Andri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 33: MALAM HUJAN

Rabu malam. Tiga minggu setelah pengakuan.

Chelsea ada meeting di pusat kota—Lucian menyetir seperti biasa, diam sepanjang perjalanan.

Meeting selesai pukul delapan malam—langit sudah gelap.

Mereka dalam perjalanan pulang ketika hujan tiba-tiba turun—deras, sangat deras.

Jarak pandang nyaris nol.

"Aku harus pinggirkan mobil," kata Lucian—profesional, dingin. "Terlalu berbahaya menyetir dalam hujan seperti ini."

Ia meminggirkan mobil di bahu jalan—mematikan mesin.

Hujan menghantam kaca mobil—keras, memekakkan.

Keheningan di dalam mobil—canggung, tegang.

Chelsea menatap keluar jendela—hujan deras membuat segalanya blur.

"Lucian," panggilnya—suaranya hampir tidak terdengar di atas suara hujan.

"Ya, Nona?"

Nona. Bukan Chelsea. Nona.

Dadanya sakit mendengar itu.

"Sampai kapan kamu akan terus begini?"

Lucian tidak menjawab.

"Sampai kapan kamu akan terus menjaga jarak? Sampai kapan kamu akan terus menghindari aku?"

"Nona, saya—"

"JANGAN PANGGIL AKU NONA!" Chelsea berbalik—menatap Lucian dengan mata penuh air mata. "Aku Chelsea! Kamu biasa memanggilku Chelsea! Kenapa sekarang kamu tidak bisa?"

Lucian menatap setir—menghindari mata Chelsea.

"Karena itu lebih profesional."

"Aku tidak mau profesional! Aku mau—" Suara Chelsea pecah. "Aku mau kamu."

"Chelsea—"

"Kenapa kamu menolakku?" Chelsea menangis—air matanya mengalir deras seperti hujan di luar. "Kenapa? Apa aku tidak cukup baik? Apa aku tidak cukup cantik? Apa aku—"

"BUKAN KAMU!" Lucian akhirnya meledak—berbalik menatap Chelsea, matanya juga berkaca-kaca. "Bukan kamu yang tidak cukup baik! Kamu sempurna! Kamu terlalu baik untukku!"

"Lalu kenapa—"

"KARENA AKU YANG TIDAK PANTAS!" Lucian berteriak—suaranya pecah, air matanya akhirnya jatuh. "Aku yang tidak cukup baik! Aku yang... aku yang tidak pantas berada di sampingmu!"

Chelsea terdiam—terkejut melihat Lucian menangis.

Lucian mengusap air matanya dengan kasar—marah pada dirinya sendiri.

"Kamu bilang kamu tidak peduli masa laluku. Tapi kamu harus peduli. Karena masa laluku... gelap. Sangat gelap. Aku... aku pernah melakukan hal-hal yang tidak bisa dimaafkan."

Ia menatap tangannya—tangan yang pernah membunuh 47 orang.

"Aku takut, Chelsea. Aku takut suatu hari nanti kamu akan tahu siapa aku sebenarnya. Dan ketika itu terjadi... kamu akan membenciku. Kamu akan menatapku dengan jijik. Dan aku... aku tidak akan sanggup."

Suaranya bergetar—penuh rasa sakit.

"Aku mencintaimu. Sangat mencintai. Lebih dari yang bisa kamu bayangkan. Tapi justru karena aku mencintaimu—aku tidak bisa bersamamu. Karena aku takut akan menghancurkanmu suatu hari."

Chelsea menatapnya—air mata mengalir, tapi ada sesuatu yang berbeda di matanya.

Bukan kemarahan. Bukan kekecewaan.

Tapi... pengertian?

"Lucian," bisiknya—perlahan menggenggam tangan Lucian, "aku tidak peduli apa yang kamu lakukan di masa lalu."

"Kamu tidak mengerti—"

"Aku mengerti." Chelsea menggenggam lebih erat. "Aku mengerti kamu punya luka. Aku mengerti kamu takut. Tapi aku tidak takut."

Ia menatap mata Lucian—mata yang penuh air mata.

"Aku tidak takut masa lalumu. Aku tidak takut siapa kamu dulu. Karena aku tahu siapa kamu sekarang. Dan orang yang sekarang—orang yang merawatku saat sakit, orang yang bermain dengan anak yatim piatu, orang yang menangis karena takut menyakitiku—orang itu bukan monster."

"Tapi aku—"

"Kamu orang baik yang pernah melakukan hal buruk," potong Chelsea—tegas. "Tapi itu tidak membuat kamu monster selamanya. Orang bisa berubah. Dan kamu sudah berubah. Aku lihat itu."

Chelsea menangis lagi—tapi kali ini sambil tersenyum.

"Jadi kumohon... berhenti menghukum dirimu sendiri. Berhenti menolak kebahagiaan karena kamu pikir kamu tidak pantas. Biarkan aku mencintaimu. Biarkan aku jadi orang yang memutuskan apakah kamu pantas atau tidak."

Lucian menatapnya—dadanya terbelah antara ingin percaya dan ingin lari.

"Aku... aku tidak tahu, Chelsea. Aku tidak tahu apakah aku bisa—"

"Kamu tidak harus tahu sekarang," bisik Chelsea. "Kamu tidak harus menjawab sekarang. Aku hanya ingin kamu tahu—aku akan menunggu. Sekama apapun."

Ia mengusap air mata di pipi Lucian—lembut, penuh cinta.

"Karena kamu pantas dicintai, Lucian. Kamu pantas bahagia. Dan aku ingin jadi orang yang membuat kamu bahagia."

Lucian menutup matanya—merasakan sentuhan Chelsea, mendengar kata-katanya.

Kata-kata yang ia butuhkan tapi takut percaya.

"Aku mencintaimu," bisik Chelsea sekali lagi. "Dan aku tidak akan menyerah padamu."

Mereka duduk di sana—di dalam mobil yang dikepung hujan, tangan bergandengan, air mata bercampur.

Dan untuk pertama kali sejak penolakan itu—Lucian tidak menarik tangannya.

Ia membiarkan Chelsea menggenggamnya.

Membiarkan kehangatan itu mengalir.

Membiarkan dirinya... merasakan cinta itu.

Meski ia masih takut.

Meski ia masih merasa tidak pantas.

Tapi malam itu—di tengah hujan deras yang mengisolasi mereka dari dunia luar—Lucian membiarkan dirinya merasakan harapan.

Harapan bahwa mungkin—hanya mungkin—ia pantas dicintai.

Harapan bahwa mungkin—hanya mungkin—mereka bisa bersama.

Meski badai yang lebih besar menunggu mereka di depan.

Badai yang akan datang dalam bentuk kebenaran.

Tapi malam itu—mereka punya satu sama lain.

Dan untuk sekarang—itu sudah cukup.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!