Menikah dengan pria usia matang, jauh di atas usianya bukanlah pilihan Fiona. Gadis 20 tahun tersebut mendadak harus menerima lamaran pria yang merupakan paman dari kekasihnya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sept, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Flashback
"Fiona ... Apa yang kamu lakukan? Kau tahu? Ini sangat beresiko," gumam Arga.
Sosok pria dewasa ini mencoba keras untuk membuat dinding pertahanan miliknya tak runtuh. Dari menahan tubuh Fiona sampai memperingati gadis itu agar tidak melakukan sesuatu yang merugikan si gadis.
Namun, semuanya tak bisa ditahan oleh Fiona. Efek obat yang sudah dilarutkan dalam minuman yang dia minum sebelumnya, lama-lama membuat logikanya goyah. Jangankan takut pada peringatan Arga, Fiona sepertinya langsung berubah jadi sosok gadis liar yang tidak bisa dikendalikan.
Lihat saja tangannya, tidak berhenti menjalar menyusuri bagian-bagian otot-otot keras milik Arga. Gadis yang kelihatan polos dan santun itu, malam ini berubah menjadi kucing liar yang siap menerkam Arga, yang notabenenya adalah om dari kekasihnya saat ini.
Di sisi lain, Arga juga mulai terpengaruh. Tiap sentuhan jemari lembur Fiona, nyatanya mampu membuat pria itu merasakan sensasi tersendiri. Adrenalin nya mulai bangkit, niat semula ingin memanggil dokter pribadi, kini justru langsung membuang jauh ponselnya dan langsung membopong badan Fiona.
Jelas Fiona langsung tersenyum dan semakin mempererat lengannya di leher Arga saat ia dibawa ke dalam salah satu kamar apartemen tersebut.
Bukkk!
Badan Fiona diletakkan di atas tempat tidur, kamar utama milik Arga. Fiona akan jadi perempuan pertama yang bisa rebahan di atas tempat tidur lelaki tersebut.
Sementara itu, setelah meletakkan Fiona di atas tempat tidurnya, Arga menatap wajah Fiona secara intens.
"Lihat baik-baik ... Buka mata kamu Fiona ... kamu tahu siapa saya?" tanya Arga. Pria itu juga memegangi tangan Fiona yang hendak merayap terus ke tubuhnya.
Saat ditanya, Fiona kembali tersenyum tidak jelas. Hal itu membuat Arga mengulang lagi pertanyaan yang sama.
"Lihat dengan baik? Kamu tahu siapa saya?"
Fiona langsung diam, karena pergelangan tangannya tak lagi bebas, Arga mencengkram tangannya, membuat Fiona langsung menatap mata Arga.
"Om Arga ..."
Suara Fiona amat lirih, tapi cukup jelas di telinga lelaki tersebut.
(Jadi dia tahu siapa aku saat ini ... )
Arga sempat terdiam, hal itu dijadikan kesempatan Fiona untuk menarik tangannya agar lepas. Benar saja, beberapa detik kemudian, Fiona sudah bisa menyentuh pinggang pria di depannya itu.
Semakin dibiarkan, tangan Fiona semakin aktif. Bahkan dengan berani menyentuh Gasper dan mulai aksinya. Jelas Arga cukup kaget, dia tak menyangka Fiona kelewat berani. Apa jangan-jangan Fiona sudah pernah melakukannya dengan Davin?
(Fiona ... Apa kau sudah pernah melakukannya?)
Arga menatap ke bawah, dilihatnya Fiona yang sibuk dengan Gasper miliknya tersebut.
"Stttt!!!"
Arga tiba-tiba seperti tersengat arus listrik tegangan tinggi. Fiona sudah berhasil dengan misinya. Gadis itu kini sudah menguasai Arga sepenuhnya. Sampai pria itu tak bisa lagi berpikir jernih dan hilang semua akal sehatnya.
Bukkkk!!!
Fiona yang sempat duduk kembali direbahkan, kini sempurna dalam kungkungan lelaki dewasa tersebut.
(Fiona ... Kau yang sudah memulainya ... Kau yang sudah membangunkannya, Kau juga harus tanggung jawab atas nya)
Dengan jakun yang naik turun, Arga melepaskan kemejanya dengan kasar, setelah semuanya terlepas, ia lalu membuangnya ke lantai. Matanya hanya fokus pada wajah Fiona, gadis muda yang membuatnya jadi gila malam ini.
Fiona, gadis itu sudah tamat malam ini. Arga tidak melepaskan gadis itu meskipun suaranya merintih kesakitan. Malam yang panjang, malam yang mungkin tidak akan pernah dilupakan oleh keduanya.
Beberapa jam kemudian
Di lantai sudah berantakan sekali, pakaian masih berserak. Baik baju-baju Fiona ataupun milik Arga.
Pria itu belum tertidur, dilihatnya Fiona yang sudah terlelap sambil memeluk selimut. Arga sempat ke balkon sebentar, kemudian kembali masuk kamar dan masuk ke dalam selimut yang sama dengan Fiona.
Arga tidur miring, mengamati dan menatap wajah Fiona yang terlelap.
"Entah besok apa yang akan terjadi ... Kau pasti akan membenciku?" gumam Arga.
Tangannya terangkat, mengusap kening Fiona dengan lembut. Namun, kelopak mata Fiona bergerak-gerak. Arga langsung menarik kembali tangannya. Ia rebahan dan mencoba untuk tidur.
Hingga tidak terasa, matahari mulai muncul. Fiona terbangun dengan rasa sakit dan perih di sekujur tubuhnya.
Flashback End
...----------------...
Asrama Putri
Fiona menyandarkan tubuhnya lemas di tembok kamar mandi. Bekas-bekas ruam di sekujur tubuhnya jadi saksi kejadian malam tadi.
(Kenapa kamu bdoh sekali Fiona! Kenapa sampai melakukan itu dengan Om Arga? Apa yang akan kamu lakukan selanjutnya?)
Fiona memukul-mukul kepalanya sendiri, karena bisa begitu sembrono, tak bisa jaga diri. Mahkota yang selama ini dia jaga, khusus untuk suaminya kelak, malah diberikan cuma-cuma pada om pacarnya sendiri.
Hampir gila dan sudah stres, Fiona bolak-balik di kamar sambil memukul-mukul kepalanya tersebut. Kalau tidak ada telpon masuk, mungkin dia masih saja menyumpahi didinya sendiri.
"Hallo?" ucap Fiona saat mengangkat telpon Davin.
"Astaga! Kamu ke mana saja? Semalam aku cari-cari. Nomor juga tidak aktif!" omel sang kekasih.
Fiona sepertinya bingung mencari alasan, ia pun langsung mengarang cerita.
"Aku langsung balik Asrama, naik taksi. Kepalaku semalam pusing banget, HP batrenya abis. Ini juga baru bangun, aku gak kuliah," ucap Fiona mencari alasan.
"Jadi kamu di asrama sekarang?"
"Ya."
"Oke, tunggu ya. Aku susul ke sana. Nanti kamu tunggu di bawah."
"Eh, gak usah. Kamu jangan ke sini." Fiona langsung melarang.
"Kenapa?"
"Gak apa-apa, aku kurang enak badan. Aku mau istirahat hari ini."
"Oh, oke ... Tapi aku tetep mampir ke sana. Aku bawakan sesuatu."
"Gak usah. Jangan repot-repot," cegah Fiona. Sebenarnya dia mencoba menghindar dulu dari pacarnya itu.
"Repot bagaimana? Aku belikan makana dan buah. Serta camilan. Nanti kalau sudah sampai, aku call lagi. Oke? Bye!" Telpon terputus.
Fiona menghela napas berat, kemudian pergi ke jendela. Menatap taman dekat gerbang asrama.
(Bagaimana ini? Untuk sementara waktu, aku harus menjaga jarak dengan Davin ataupun keluarganya)
Gadis itu mengusap wajahnya yang kusut dan tidak bersemangat.
......................
Setengah jam berlalu, Fiona mau tak mau harus turun ke bawah untuk bertemu sang pacar. Seperti yang Davin bilang sebelumnya, dia datang membawakan banyak barang untuk Fiona.
"Kamu pucat, kayaknya memang kurang sehat. Aku antar ke dokter ya?"
Fiona menggeleng cepat. "Gak usah. Aku ingin tidur aja. Ntar juga baikan lagi. Btw, makasi sudah dibawakan banyak makanan," ucap Fiona.
"Makasih segala, kaya sama siapa. Ya udah, kamu masuk lagi, jangan keluar dulu ... Inget jaga kesehatan," ucap Davin lalu maju dan mengecup kening Fiona.
Gadis itu kemudian mundur, merasa canggung. "Aku ke atas dulu!" pamit Fiona segera.
"Oke, istirahat ya sayang!" Davin melambaikan tangannya.
Cowok keren, ganteng dan kaya itu, kelihatan tulus dan sayang pada sang pacar. Meskipun di belakang Fiona, Davin masih suka main-main dengan bebasnya tanpa ketahuan.
Namun, yang orang-orang lihat, mungkin Fiona seperti Cinderella yang punya kekasih sempurna. Beruntung dicintai cowok kaya, ganteng dan sangat perhatian. Kadang yang terlihat memang tak seperti kelihatannya.
...****************...
Fiona masuk ke asrama lagi, dengan membawa barang-barang pemberian dari sang kekasih. Hanya diletakkan begitu saja di atas meja, kemudian Fiona merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Matanya menatap langit-langit kamar yang tidak begitu luas tersebut.
"Aku harus membuat alasan dan putus dengan Davin secepatnya ..."
Fiona mengusap wajahnya dengan frustasi. Tak berapa lama kemudian, Fiona tertidur. Bangun-bangun hari sudah sore.
"Berapa jam aku ketiduran?" Fiona melihat jam di ponsel. Ia menghela napas panjang.
"Oke Fiona ... Lupakan ... lupakan kecelakaan itu. Kejadian yang memalukan malam itu. Asal putus dengan Davin, semuanya akan beres. Oke ... Aku akan minta putus sama Davin, dengan alasan ingin fokus kuliah dulu. Pokoknya aku harus putus dengannya segera!" gumam Fiona.
...----------------...
Beberapa hari kemudian
Sudah seminggu Fiona tak bertemu sang kekasih, hari ini kebetulan akhir pekan, mereka janjian ketemu. Fiona bilang ada yang mau diomongin. Mereka pun sepakat ketemuan di salah satu mall dekat kampus.
Fiona sudah datang lebih awal, dia sudah duduk di salah satu kafe langganan saat mereka kencan dulu. Beberapa kali Fiona berbicara sendiri, dia sedang praktek untuk kata-kata yang akan diucapkan nanti pada Davin.
"Dav, maaf ... Aku ingin fokus kuliah dulu. Bagaimana kalau kita berteman saja? Nilaiku banyak yang buruk, mungkin selama ini aku kurang fokus."
"Davin, sebelumnya aku mau minta maaf. Selama ini kamu baik banget sama aku. Kamu selalu ada kalau aku butuh bantuan. Di sisi lain, aku jadi kurang fokus sama mata kuliah aku, mending kita putus dulu. Karena aku mau fokus biar lulus tepat waktu."
Fiona terus saja melatih bicaranya, sampai telponnya berdering.
"Hallo, Sayang ... Sorry! Aku gak bisa ketemu kamu sekarang. Ini aku mendadak ke rumah sakit."
"Siapa yang sakit?" tanya Fiona khawatir.
"Mama aku tiba-tiba pingsan, udah dulu ya. Nanti aku telpon lagi."
"Oke ... Oke ... Semoga Tante lekas membaik."
Telpon terputus.
Setelah tidak tersambung lagi, terdengar suara tawa dari sebelah Davin. Bukan di rumah sakit, Davin sedang di dalam mobil dengan seorang gadis, gadis muda yang kemarin ngaku hamil anak Davin.
"Gila kamu Beb, masa Tante kamu jadikan alasan," ucap gadis itu sambil terkekeh.
"Mau bagaimana lagi? Gara-gara kamu ..." ucap Davin dengan senyum penuh arti.
Keduanya berada di dalam mobil di sebuah parkiran apartemen. Dari luar, tak lama kemudian terlihat mobil hitam itu sedikit goyang-goyang.
...----------------...
Asrama Putri
Pukul 7 malam
Fiona baru pulang, rupanya tadi tak langsung pulang setelah ditelpon sang pacar. Gadis itu muter-muter mall, main game di Timezone untuk ngilangin stres. Jujur, dia masih kepikiran perihal om Arga. Bagaimanapun juga, kejadian malam itu susah dihilangkan dan dilupakan begitu saja. Semakin Fiona menghapus ingatan itu, semakin dia teringat dan ingin cepet-cepet putus dari Davin, biar tidak ada sangkut pautnya lagi dengan keluarga tersebut.
Inginnya menghindar, tapi yang dihindari justru ada di depan mata.
Turun dari taksi online, Fiona dikejutkan dengan sosok pria yang menyandar di sebuah mobil dekat asrama.
(Astaga ... Gawat. Gimana ini? Aduh ... Ngapain om itu ke sini? Ya ampun ... Apa aku sembunyi dulu?)
Fiona menatap ke belakang, dilihatnya mobil taksi sudah jalan pergi.
(Apes ... Aku lagi apes ...)
Jantung Fiona seperti akan meledak, apalagi saat sosok pria dewasa itu menatapnya dari jauh, tidak hanya menatap. Pria yang memiliki tinggi 180 an itu perlahan jalan mendekat ke arahnya.
(Mati aku ... Om itu ke sini ... Bagaimana ini? Aku lari aja? Aku diam aja? Ahhhhh!!!! Gimana ini ...????)
mau sedot sedot aja ooommmm 😂
udah kau bobol sieee
🤣
mlendung fiiiii
😂
pikiran mu liar sekali Tarrrr
😂🙆♀️
😃
kang buaya
beresiko kembung 9 bulan 🤣🤣🤣🤣😂
😃
kejadian 😱
Taraaaa gak usah dipikirin 😃
hiiiiiiiiiiiiiii fio...
semoga tidak kenapa2