Lie seorang pria dari keluarga kelas menengah harus di usir dari sekte karena bakatnya yang buruk, tidak hanya itu, bahkan keluarganya pun dibantai oleh sebuah sekte besar, dia akhirnya hidup sebatang kara di sebuah desa terpencil. Tanpa sengaja Lie menemukan sebuah warisan dari leluhur keluarga, membuatnya tumbuh menjadi kuat dan mulai mencari siapa yang sudah membantai keluarganya,
akankah Lie berhasil membalaskan dendam keluarganya dan melindungi para orang-orang terdekatnya...
Cerita ini adalah fiksi semata, penuh dengan aksi dan peperangan, disertai tingkah konyol Mc
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mdlz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sama-sama memalukan
Ledakan terdengar sangat keras saat dua bayangan tinju bertemu, Darto mundur lima langkah karena dampak akibat ledakan energi. Sementara Lie hanya mundur dua langkah, terlihat jika Lie lebih unggul dari Darto.
"Tinju yang dahsyat, dari peringkat apa yang di pelajari Lie?" pikir Darto heran.
Lalu Darto segera mengeluarkan pedang dan melesat kearah Lie. Tanpa ragu Lie pun mengeluarkan pedang tombak Kegelapan dari cincinnya dan segera menyambut serangan ayahnya.
Gerakan tombak Lie hanyalah gerakan dasar tanpa jurus apapun, namun penguasaannya telah ditahap sempurna. Sehingga semua serangan bisa ditepis olehnya dengan lugas.
Lie menggunakan kelembutan untuk menghadapi kekerasan, membuat efek serangan langsung buyar ketika bertabrakan, percikan api terlihat saat kedua logam beradu di udara.
Di sela-sela serangan pedang, Darto mulai mengeluarkan jurus-jurus tingkat tinggi, namun semua berhasil ditepis Lie dengan tombaknya.
Lie seperti tahu dimana kelemahan setiap jurus Darto, membuatnya paham harus menahan serangan dengan cara apa, menghindar lalu menyerang balik. begitulah terus hingga tak terasa seratus jurus telah keluar.
Saat Darto sudah mulai frustasi, Lie melesat ke udara dan langsung mengayunkan tombaknya, Siluet Naga berwarna hitam pun melesat keluar dari tombak Lie.
"Cakar Abadi menghancurkan bumi." pekik Darto, tanpa sengaja dia melakukan serangan dengan kekuatan surga awal.
Tidak mau kalah, Lie pun mengeluarkan jurusnya, "Naga Hitam mencari mangsa,"
Serangkaian angin melesat menyongsong serangan itu, saat benturan tidak ada yang mendengar. Bayangan cakar besar terbelah menjadi dua dan berhamburan, sementara serangan Lie terus melesat kearah Darto.
Sebuah tombak melesat cepat, Darto yang terkejut segera melintangkan pedangnya untuk menahan Tombak angin tersebut.
Daaarr...
Tubuh Darto terlempar jungkir balik ke udara dan jatuh setelah menghantam salah satu pohon, Darto merasakan dadanya terasa sedikit sesak, tapi dia takjub melihat kekuatan Lie di depannya.
Di benaknya tidak pernah terpikir untuk kalah dari seseorang yang berada dibawah ranahnya, Apalagi dia masih berusia sangat muda.
"Langit memberkati keluarga Prakasa." teriak Tetua Erwin tiba-tiba dengan penuh kebahagiaan yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata.
Keputusan membawa Lie adalah keputusan yang benar-benar paling bijak yang dia lakukan.
Ekspresi kagum dan takjub juga dirasakan oleh Parto dan juga ketiga wanita, yang ternyata melihat pertarungan ayah dan anak itu
Wajah Acha Bahkan memerah dengan tatapan memuja dan kagum saat melihat Lie, perasaan hangatnya mengalir dihatinya, yang membuatnya yakin bahwa dia sudah jatuh cinta pada Lie.
Sementara Lie sendiri masih berdiri dengan posisi pedang menghadap ayahnya, mengantisipasi serangan berikutnya dari ayahnya.
Saat menyadari ayahnya tidak menyerang balik, dia segera meloncat-loncat kegirangan sambil berputar-putar, bahkan sambil melakukan koprol beberapa kali.
"horeeeeeeeyyy....uraaaaa.... Uraaaa....uraaa! Aku berhasil mengalahkan ayah." teriak Lie kegirangan.
Kegembiraan sangat terlihat di wajahnya, ini pertama kalinya dia bertarung dengan ranah diatasnya. Meski dia tahu ayahnya tidak mengeluarkan segala kemampuannya, setidaknya dia bisa berbangga karena mengalahkan ayahnya.
Sementara Darto tersenyum kecut saat menyaksikan tingkah anaknya itu. Parto dan Tetua Erwin tertawa terbahak-bahak, bahkan Parto sampai mengeluarkan air mata.
"Hahahaha.... Tampaknya kau semakin tua Darto, melawan anakmu saja kau sampai kalah." ejek Parto yang tidak menghentikan tawa.
"Kau saja yang tidak tahu kekuatan anakku, coba kau rasakan sendiri, aku tak yakin kau bisa mendesaknya dalam 100 jurus." jawab Darto kesal sambil melayang kembali ke tepi danau.
"Baik, akan ku tunjukkan bagaimana caranya mengajari anakmu, Darto!" seru Parto seraya melesat cepat kearah Lie.
Melihat Parto yang sudah melesat tanpa menurunkan ranah, Darto pun memekik keras kearah Parto.
"Hei, turunkan ranahmu setara dengan Lie, jangan menindas anak kecil."
Parto yang sedang melayang segera menekan ranahnya menjadi surga awal, dia melihat bahwa kekuatan sejati Lie adalah surga awal, bukannya langit menengah. Namun Parto tidak tahu bahwa saat menghadapi ayahnya, Lie tidak mengeluarkan seluruh kekuatan puncaknya.
Lie segera memasukkan tombak Kegelapannya dan ikut melesat juga kearah Parto.
Saat mereka hendak berhadapan dan tinju Parto siap bertemu dengan tubuh Lie, tubuh Lie tiba-tiba memudar dari pandangan Parto. Saat Parto tersadar dengan keadaan itu, dia merasa ada bahaya dibelakang punggungnya dan dengan cepat dia berbalik dan menangkis serangan dari belakangnya.
Duuuuaaaaggh...
Terdengar suara beradu dari pertemuan serangan itu, tinju Lie mengarah dada Parto dan Parto menahan tinju itu dengan kedua tangan di silangkan.
Seolah ada Hembusan angin meledak di pertemuan mereka, Parto terlempar sejauh tiga puluh meter jauhnya menuju pinggir danau. Sementara Lie dengan posisi tangan meninju, kakinya terbenam ke tanah, dari sini kita bisa lihat betapa tangguhnya kekuatan fisik Lie, yang pukulannya saja mampu mengeluarkan angin tanpa menggunakan energi.
Parto terhenyak dalam keterkejutan, kekuatannya memang lebih rendah dari Darto, namun seharusnya tidak lebih rendah dari Lie. Dia merasa kedua lengannya saat ini mati rasa dan aliran darahnya kacau, membuat tangannya sulit di gerakan .
Dia tidak tahu bahwa tubuh Lie telah menjadi Tubuh abadi, dimana setiap bagian tubuhnya telah di perkuat, hingga sel-sel darahnya yang menyebabkan kekuatannya menjadi lebih besar.
"Rasakan itu, aku pun harus menggunakan energi pelindung saat menghadapi Lie, namun kamu malah melawannya dengan kekuatan fisik belaka." ejek Darto senang karena Parto justru kalah hanya dengan sekali gerakan.
"Aku telah meremehkan mu Lie, tampaknya benar aku tak akan sanggup melawan mu dalam seratus gerakan." kata Parto frustasi sambil melangkah kearah ketiga orang lainnya.
"Paman terlalu merendah... Bila paman mengeluarkan kemampuan paman, aku tak yakin bisa mengalahkan paman dengan mudah." jawab Lie sambil sedikit membungkuk setelah kembali berdiri.
Dia sadar jika tubuh seseorang di ranah surga sangatlah kuat, dan ternyata kekuatan tubuh Lie masih lebih kuat. Saat melawan ayahnya karena dari pertama ayahnya sudah menggunakan Qi untuk melapisi suluruh tubuhnya, Lie pun menggunakan Qi dalam pertempurannya.
Sedangkan Parto tadi hanya menggunakan kekuatan tubuhnya, sehingga Lie pun hanya menggunakan kekuatan tubuh.
"Sudah, hentikan latihan hari ini, bersihkan tubuh kalian dan segera bersiap untuk makan malam." teriak Hilda setengah berteriak kearah para laki-laki.
"Baik bibi, aku akan mandi dulu." jawab Lie sambil segera melesat kearah salah satu rimbunan semak di tepi telaga.
Semua yang melihatnya bingung melihat tindakan Lie, namun tak lama kemudian terdengar suara air yang tertimpa beban berat. Mereka baru sadar apa yang dilakukan Lie, dia tidak mandi di kamar mandi, melainkan di telaga.
Setelah puas mandi dan berenang, Lie beranjak dari dalam air dan segera memakai kembali pakaiannya, berjalan masuk ke dalam rumah kayu itu.
Sedangkan yang lainnya sudah lama kembali ke rumah. Mereka memandangi Lie yang baru saja masuk dengan wajah yang terlihat segar, dan tentu terlihat sangat tampan.
***
keesokan harinya
"Selamat pagi bibi, paman, selamat atas kenaikan ranah." kata Lie cepat sambil membungkuk.
"Hida, apakah kamu sudah sembuh, wajahmu sudah tidak pucat, dan ranahmu?" tanya Kakek Erwin antusias.
"Iya, ini.berkat Lie, racun jarum es sudah hilang dari tubuhku." jawab Hilda sambil tersenyum bahagia.
"hahaha, langit memberkati keluarga Prakasa kita, dengan begini kita akan semakin kuat dan mudah untuk mencari kebutuhan keluarga kita." kata Kakek Erwin senang.